2856 hours 1440 minutes maybe the rest of my time in this
world.. I actually sincere God even I remain grateful for all of this,
but there is not yet find.. I am still looking for anyone.. real
family.. please God, give me the time again God until I had finished all
my work.. I pray the Lord.. amin..
Entah bagaimana lagi caranya agar aku bisa menemukannya.. petunjuk,
yang aku butuhkan hanya itu.. tapi bagaimana caranya? semoga besok pagi
semuanya akan terjawab..
“sayang bangun..”
“hmm.. aku masih ngantuk..”
“emang kamu tidur jam berapa tadi malam sayang?”
“aku lupa wekk..”
“kamu ini.. jangan di biasakan tidur malam-malam..”
“kamu bawel sayang.. aku mandi dulu..”
“ea sayang..”
Ku lihat dia keluar dari kamarku.. Erick namanya, dia adalah
pacarku.. pacar yang paling sempurna dalam hidupku.. sudah 1 tahun aku
pacaran dengannya.. 1 tahun lagi dia akan melamarku.. begitulah katanya,
dan aku percaya padanya namun aku tak percaya pada diriku sendiri..
mungkin semua itu hanya mimpi yang semu.. mimpi yang tak akan pernah aku
gapai sampai kapanpun..
Setelah aku mandi aku bergegas keluar dan menuju ruang makan.. ku
lihat Erick sedang ngoborl dengan mami.. mami sangat setuju hubunganku
dengan Erick.. mami juga berharap aku dan Erick bisa secepatnya
menikah.. aku juga ingin namun aku rasa semua itu hanya anganku..
“kenapa kamu termenung di situ Andra? sini ayu kita sarapan bareng..”
“iya mami..”
Tidak berapa lama kulihat papi juga menghampiri kami.. dengan canda tawa
kami pun menikmati menu sarapan yang sudah di siapkan mami.. keluarga
yang hangat, aku Bersyukur pada Tuhan.. benar-benar bahagia.. meski ada 1
yang kurang.. 1 yang sedang aku cari saat ini..
Usai sarapan, Erick dan papi pergi ke kantor sementara aku memilih
untuk diam di rumah.. Erick pacarku adalah pemegang saham di keluarga
papi.. karena kantornya sama maka Erick sering sekali berangkat bersama
papi.. biasanya aku ikut, namun sudah 2 minggu ini aku memilih untuk
tidak ikut.. ada tugas yang harus aku selesaikan..
Ku lihat mobil Erick dan papi sudah melaju jauh, aku pun mengendarai mobilku menuju ke salah satu tempat.. sebuah komplek..
“maaf bu, boleh numpang tanya.. alamat ini di mana iya bu..”
“oh kamu terus saja lalu belok kiri jika ada persimpangan..”
“terima kasih bu..”
Ku lajukan lagi mobilku.. sesampainya aku di sebuah rumah, aku turun
dari mobil dan memencet bel yang ada di pagar.. keluarlah seorang bibi,
mungkin itu pembantunya..
“maaf cari siapa ya?”
“bibi.. benarkah ini rumah ibu Syiah?”
“iya benar, tapi beliau sedang ada di luar negri..”
“kapan ibu Syiah pulang bi?”
“mungkin 2 minggu lagi.. ada apa neng?”
“saya ingin bertemu dengan ibu Syiah.. ada yang mau saya tanyakan.. bibi
bolehkah saya minta tolong, ini kartu nama saya dan di bawahnya ada
nomor hp saya, bila ibu Syiah pulang, tolong hubungi saya karena ini
sangat penting..”
“baik neng..”
“terima kasih bi.. saya permisi dulu..”
Kembali ku lajukan mobilku dan menuju kantor papi.. sesampainya di
kantor papi, aku menuju ruangan Erick, ternyata papi dan Erick sedang
ada di ruangan meeting.. karena aku tak mau menganggu meeting mereka,
aku memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kantor..
Ternyata sejuk juga udara di sini.. tidak salah papi mendirikan
kantor di sini.. selama ini aku kebanyakan sibuk dengan urusan kantor..
baru pertama kali aku jalan-jalan di sini sudah betah rasanya.. begitu
indahnya kehidupan di luar.. selama ini aku hanya mementingkan
kehidupanku saja.. Tuhan, mohon beri aku petunjukMu untuk menemukan yang
sebenarnya..
Beberapa lama kemudian handponeku berdering..
“halo..”
“halo sayang kamu di mana?”
“kamu sudah selesai? aku akan segera menuju kantor..”
“iya aku tunggu sayang..”
Aku langsung menuju kantor.. sesampainya di kantor aku segera menemui
Erick.. dan kemudian aku, papi dan Erick pergi makan siang bersama..
1 minggu telah berlalu, namun belum juga ada telpon dari ibu Syiah..
aku begitu ingin bertemu, hanya dia satu-satunya jalan untuk
membantuku.. Tuhan, permudahkanlah langkahku..
Ku lihat jam dindingku, ternyata sudah menunjukan pukul 13.23 wib..
aku langsung bergegas mandi dan ku ambil kunci mobilku.. aku menyetir
mobil kesayanganku.. ku tuju sebuah jalan menuju Gereja.. aku ingin ke
sana, mungkin setelah aku berdoa di sana hatiku akan jauh lebih tenang..
sesampainya di Gereja, aku langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam
Gereja..
‘Tuhan, apa yang harus aku lakukan.. aku tak mungkin terus menunggu,
tak mungkin membiarkan waktu terus berjalan tanpa hasil.. bantu aku
Tuhan, permudahkan aku.. aku mohon Tuhan, aku hanya ingin menemukan yang
sebenarnya sebelum aku kembali padaMu.. bukan maksudku tak mensyukuri
keadaan ini Tuhan, aku bahagia Engkau memberiku keluarga yang hangat..
namun aku juga butuh kebenaran itu Tuhan.. aku hanya ingin melihatnya
dan mempertanyakan semuanya pada dia..’
Ku buka tasku, ku raih lembaran kertas yang aku dapatkan sekitar 1 bulan
yang lalu.. ku dapat kertas itu dari seorang dokter di Rumah Sakit
milik keluargaku sendiri.. hanya sebuah lembaran surat yang terdapat
beberapa huruf abjad di dalamnya, menurut orang lain ini tak berarti,
isinya tak penting.. namun bagiku isi di dalamnya benar-benar membuatku
takut.. aku sedih, aku kecewa, tapi aku bisa apa.. aku hanya milik
Tuhan, aku hanya anakNya.. aku tak punya Kuasa apapun untuk
menyalahkanNya.. aku ikhlas dan aku siap menjalankan semuanya.. ku
pejamkan mataku dengan iringan tetesan air mata setelah melihat tulisan
‘kanker otak’ di lembaran surat itu, waktu yang tak banyak untukku tetap
tinggal di dunia ini.. maafkan aku Tuhan jika aku harus menangis, bukan
berarti aku tak bisa menerimanya.. hanya saja aku takut melukai
orang-orang yang aku sayang.. aku takut mereka menangis jika mereka tau
keadaan aku yang sebenarnya.. dalam ingatanku, ku ingat sebuah perkataan
dokter tentang umurku, dan tentang penyebab sakitku ‘faktor genetik’..
setelah aku mencari informasi tentang seluruh keluargaku, namun tak 1
pun dari mereka yang pernah mengalami hal yang sama denganku.. tadinya
aku mengira bisa saja karena faktor lain, namun setelah aku mengambil
beberapa helai rambut mami dan papi, diam-diam aku melakukan test DNA..
namun ada yang ganjil.. aku di nyatakan bukan anak mereka.. lalu siapa
aku? aku ingin langsung menanyakan ini semua pada mami ataupun papi
namun aku takut melukai hati mereka.. mereka begitu menyayangiku.. mana
tega dan mana mungkin aku bisa menyakiti mereka.. aku tak ingin apa-apa,
aku hanya ingin tau kebenarannya.. Cuma kebenaran.. maafkan keegoisanku
ini Tuhan, tapi ini hanya sebuah permintaan kecil ku, permintaan
terakhirku sebelum aku kembali padaMu.. beri aku jalan yang mudah
Tuhan..
Usai berdoa dan curhat kepada Tuhan, aku segera meninggalkan Gereja
itu.. aku mendekati mobilku, saat aku membuka pintu mobilku..
“dasar manusia kotor, pergi sana.. jangan mendekati warungku..”
Ku lihat seorang ibu mengusir anak kecil yang kira-kira berumur 8
tahun.. hanya karena pakaiannya yang kumuh, ibu itu mengusirnya.. aku
langsung mendekati anak kecil itu..
“ibu.. jangan menilai orang lain hanya dari penampilannya.. jika hanya
pakaiannya saja yang kotor, bukan berarti dia manusia kotor..”
“jika dia terus-terusan di sini bisa-bisa daganganku gak laku..”
“rezeki ibu sudah di atur Tuhan bu.. ibu tak bisa menyalahkannya.. iya
sudah saya beli kue-kue ibu beserta 1 minuman.. ini uangnya dan ambilah
kembaliannya.. terima kasih bu..”
“adik kecil, ini ambilah..”
“terima kasih kak..”
“segera pulanglah ke rumahmu, aku tak ingin ada orang lain lagi yang menghinamu dan ambilah uang ini..”
“terima kasih kak, semoga Tuhan membalas kebaikan kakak..”
“sama-sama dik..”
“untuk apa kamu memberikan padanya, apa kamu sudah kaya? sudah banyak
uang?” kata ibu yang berjualan kue dan minuman itu lagi padaku
“maaf bu, saya memberikan padanya bukan karena saya kaya.. namun saya tau bagaiman rasanya jika tak punya?”
Aku langsung meninggalkan ibu itu tanpa mau mendengarkan jawabannya..
dalam hatiku, Tuhan maafkan aku jika kata-kataku tadi tak pantas aku
lontarkan pada orang yang usianya lebih tua dariku, namun hatiku tak
sanggup membiarkan seorang anak kecil tak berdosa di sebut manusia kotor
seperti itu hanya karena penampilannya..
Aku mengendarai mobilku, tiba-tiba di perjalanan menuju rumahku.. ku dengar hpku berdering, aku pun langsung mengangkatnya..
“halo..”
“iyah halo, benar ini dengan Andrayani?”
“iya bu, saya sendiri.. maaf ini dengan ibu siapa?”
“dengan ibu Syiah..”
“Puji Tuhan, ibu sudah kembali bu?”
“iya dik, saya baru saja sampai di rumah..”
“kalau begitu bolehkah saya bertemu dengan ibu?”
“silakan saja..”
“sekarang saja akan langsung menuju rumah ibu..”
“baik dik, saya tunggu..”
Ku lajukan mobilku, dalam hatiku berkata ‘Terima Kasih Tuhanku’.. dan
akhirnya aku sampai di rumah ibu Syiah.. aku segera turun dari mobil
dan aku membuka pagar rumah ibu syiah, dan masuk ke dalam rumahnya..
“ibu syiah..” sapaku pada seorang perempuan yang mungkin usianya 20 tahun lebih tua dariku
“iyah.. ada apa mencari saya dik.. ayu sini masuk..”
“terima kasih bu.. ibu sebelumnya saya ingin bertanya, apa ibu pernah bekerja di Rumah Sakit Yani?”
“iya saya pernah bekerja di sana sebelum saya menikah.. sekitar 15 tahun yang lalu..”
“berapa lama ibu bekerja di sana bu?”
“saya bekerja di sana selama kurang lebih 13 tahun dik..”
“lama juga bu..”
“iya dik.. jika tidak karena suami saya mungkin sekarang saya masih bekerja di sana.. tapi kenapa kamu menanyakannya?”
“ibu, apa ibu tau tentang seorang bayi yang lahir 25 tahun yang lalu?”
“maaf dik, itu sudah cukup lama.. saya tidak mungkin mengingat semuanya..”
“ibu maafkan saya, saya hanya minta tolong ibu mengingatnya.. saya butuh informasi itu bu..”
“informasi apa dik?”
“apakah ibu mengenal Ratyani?”
“iya saya mengenalnya nak, beliau adalah pemilik Rumah Sakit tersebut dan beliaulah yang mengontrol keadaan Rumah Sakit..”
“lalu apakah beliau pernah melahirkan seorang gadis 25 tahun yang lalu bu?”
“melahirkan? saya rasa tiii… maaf dik ada apa dengan beliau?”
“saya adalah anak beliau bu.. tapi saya meragukannya, tidak bukan meragukan tapi saya hanya ingin mengetahui kebenarannya..”
“lalu apa hubungan dengan saya? kenapa adik tak langsung bertanya pada beliau..”
“saya takut menyakiti beliau bu.. saya tidak tega.. saya terus mencari
tau, dan saya sempat membuka dokumen Rumah Sakit untuk mengetahui
semuanya, yang saya dapatkan hanya nama perawat yang menjaga saya yaitu
nama ibu.. namun tidak dengan nama beliau bu.. harusnya di dokumen itu
tertulis nama mami saya dan di ruangan mana mami saya di rawat, tapi
kenapa hanya nama perawatnya bu.. tolonglah saya..” air mata kembali
membasahi pipiku
“maaf nak saya sudah lupa..”
“ibu tolong jangan lupa bu.. tolong ingatlah semuanya bu.. hanya ibu yang bisa membantu saya.. saya mohon bu..”
“dik, sebelumnya saya ingin bertanya.. untuk apa adik meragukan beliau, apa beliau kurang menyayangi adik?”
“ibu jujur.. beliau sangat baik, mami sangat menyayangi saya dan tak
pernah sedikitpun mengabaikan saya.. namun saya tak mungkin membiarkan
sebuah kebenaran tetap bersembunyi dalam hidup saya.. saya tak punya
waktu yang lama bu, tak punya banyak cukup waktu untuk membiarkan
kenyataan itu tak di temukan bu.. bantu saya bu..”
“saya tak bisa dik..”
“kenapa bu? apa salah jika saya mengetahui semuanya? apa salah jika saya
mencari jati diri saya yang sebenarnya? hanya ibu yang bisa membantu
saya bu.. hanya ibu.. tolonglah bu..”
“lebih baik adik bertanya langsung pada beliau, saya tak mau
mengecewakan beliau karena beliau sudah sangat baik pada almahrum ibu
saya..”
“apa ibu sudah janji pada mami saya agar tak menceritakan yang sebenarnya kepada siapapun?”
“hmm..”
“lalu ibu tak akan menceritakannya pada orang yang tak punya hidup lebih lama lagi?”
“apa maksud adik?”
“tak ada waktu yang cukup untuk saya bu.. hanya ibu satu-satunya jalan
saya.. saya hanya ingin bertemu dengan keluarga kandung saya bu sebelum
saya pergi dari dunia ini.. saya hanya ingin bertemunya walaupun 1 kali
bu.. walaupun dari jauh.. saya hanya ingin itu bu..”
“maksud adik.. adiik…”
“iya bu, saya menderika kanker otak dan saya sudah di vonis 4 bulan lagi
bu.. jika di hitung dari awal saya menerima surat itu, waktu saya tak
sampai 4 bulan penuh lagi bu.. sudah berkurang.. dan 1 informasi pun
belum saya temukan bu..”
“maafkan saya dik..” ibu itu juga ikut menangis
“terima kasih banyak untuk waktunya bu.. saya tau ibu telah berjanji
dengan mami.. saya tak akan memaksa ibu karena saya tau janji itu adalah
utang.. saya mohon pamit, dan maafkan saya telah menganggu ibu..”
Aku langsung berdiri dari kursi dan segera berjalan keluar.. perasaan
kecewa, sedih namun aku tak bisa memaksanya.. Tuhan, aku pasrah.. aku
tak tau harus bagaimana lagi.. tak ada yang bisa membantuku yang tak
berdaya ini..
“dik.. kembalilah..”
Aku menoleh ke belakang dan aku kembali duduk di kursi.. ibu itu langsung memelukku..
“maafkan saya dik..”
“ibu tak perlu meminta maaf.. ibu tak bersalah..”
“berjanjilah pada saya, setelah saya menceritakan semuanya pada adik.. adik akan tetap semangat..”
“iya bu saya berjanji..”
“25 tahun yang lalu, ada seorang perempuan yang akan melahirkan.. ibu
itu tadinya akan melahirkan di rumahnya dengan bantuan tetangganya namun
tak bisa, darah yang di keluarkannya sangat banyak hingga dia di
larikan ke Rumah Sakit.. setelah 3 hari menjalani perawatan, ibu itu
meminta salah satu suster yang bertugas di rumah Sakit yaitu saya agar
merawat bayi itu.. namun saya menolaknya karena saya tak sanggup..
akhirnya saya memberitau pada ibu Ratyani dan beliau langsung bertemu
dengan ibu itu.. ibu itu meninggalkan bayi itu pada beliau dan meminta
agar beliau menjaganya juga merawatnya.. ibu itu tak punya biaya untuk
merawat bayinya karena keadaan ekonominya, ibu itu adalah seorang janda,
suaminya baru 3 bulan meninggal sebelum ibu itu melahirkan.. sementara
ibu itu hanya mengumpulkan kepingan barang bekas di jalanan.. ibu itu
tak yakin bisa memberi asupan yang cukup pada bayinya.. namun ibu
Ratyani tidak menolaknya, karena ibu Ratyani di vonis tidak bisa
mempunyai keturunan lagi.. ibu Ratyani juga meminta ibu itu agar tinggal
bersamanya, namun ibu itu menolak.. begitu juga saat di minta untuk
sering mengunjungi bayi yang dia lahirkan.. tidak mengerti alasannya
apa.. begitu ceritanya nak..”
“bayi itu adalah saya kan bu?”
“iya dik..”
“lalu apa ibu ingat siapa nama ibu saya?”
“nama kamu siapa dik? Andrayani siapa dik?”
“Andrayani Irs Putri Dros bu..”
“Irs.. itu adalah nama ibu kamu dik..”
“lalu apakah ibu tau di mana ibu saya tinggal?”
“jembatan 4 dik.. tapi saya tidak tau apa beliau masih tinggal di sana atau tidak..”
“terima kasih bu untuk semuanya.. terima kasih ibu telah membantu saya,
dan mohon bu jangan ceritakan semuanya dengan mami saya.. jika nanti
waktunya sudah tepat saya berjanji akan langsung menceritakannya..”
“iya dik..”
“terima kasih bu, saya pamit..”
“baiklah dik..”
Tak ingin membuang waktu, aku langsung bergegas menuju jembatan 4..
memang sangat jauh menuju ke sana, butuh waktu 5 jam, beliau sangatlah
kuat.. di saat akan melahirkanku beliau mengalami pendarahan hebat namun
beliau bisa bertahan padahal perjalanan menuju rumah sakit sangat
jauh.. tapi mungkin dulu tak semacet sekarang.. yang pasti aku bersyukur
pada Tuhan, Tuhan menjaga ibuku..
Hari sudah semakin sore, butuh waktu 1 jam lagi aku sampai.. namun di
perjalanan ban mobilku kempes, aku terpaksa turun.. syukurnya mobilku
berhenti tepat pada tambal ban.. sambil menunggu tukang tambal ban
menambal ban mobilku, aku mengetik sebuah sms pada pacarku dan
mengatakan aku tak bisa pulang dan menginap di luaran, aku memintanya
untuk mengatakan pada mami dan papi.. bukan aku tak mau menelponya
langsung namun baterai hpku sudah low.. tenggorokanku pun mulai kering,
perutku keroncongan dan sudah saatnya aku harus minum obat.. namun aku
tetap bersabar menunggu ban mobilku selesai di tambal..
Beberapa lama kemudian akhirnya penambal ban telah selesai menambal
ban mobilku.. aku langsung naik ke mobil dan melajukan mobilku.. aku
melihat ke kiri dan ke kanan, dan ternyata di dekat persimpangan ada
sebuah cafe.. aku mencari parkiran mobil, setelah ku dapatkan aku pun
langsung bergegas turun dan memasuki cafe itu..
Aku memesan makanan dan minuman sesuai seleraku.. tak ku ingat lagi
perkataan dokter tentang makanan apa yang tak boleh ku makan.. setelah
makanan datang, aku langsung menyantapnya dan setelah selesai aku
kembali melanjutkan perjalanan ku menuju jembatan 4.. sebelumnya aku
belum pernah ke sana namun aku tak pedulikan itu.. yang terpenting aku
bisa menemukan beliau, iya ibu kandungku.. ibu yang telah mengandungku
selama 9 bulan dan melahirkanku ke dunia ini.. meski beliau tak
membesarkanku, namun aku tak berhak membencinya.. oh Tuhan, ingin
rasanya aku segera menemukannya.. aku ingin memeluknya.. meski nantinya
dia tak menginginkanku namun 1 kali terakhir dalam hidupku bisa bertemu
dengannya dan memeluknya itu sudah cukup bagiku.. pertemukan kami
Tuhan..
Dan akhirnya aku sampai ke jembatan 4.. namun aku tak memakirkan
mobilku di daerah itu karena tidak jauh dari daerah itu ada sebuah
penginapan, aku memesan kamar dan ku tinggalkan mobilku di parkiran..
setelah itu aku berjalan kaki menuju jembatan 4.. perlahan ku langkahkan
kakiku diiringin doa..
Iya Tuhan, tempat ini.. tak pernah aku duga.. tempat yang dipenuhi
sampah.. Tuhan apa mungkin beliau bisa nyaman tinggal di tempat ini,
sementara aku selama ini tinggal di tempat yang sangat nyaman.. aku
harus menemukannya dan harus.. 1 per 1 ku tanyai bebarapa orang yang
kulihat ketika aku melitasi mereka, namun tak ada yang mengenalnya..
kemana harus aku cari beliau Tuhan, tolong aku.. air mata mulai menetes
membasahi pipiku.. sudah 15 menit aku berjalan namun tak ada 1 pun yang
mengenalnya, kepalaku mulai pusing.. mungkin karena kurangnya
istirahat.. namun aku tak boleh putus asa, aku harus kuat, aku harus
bersemangat.. tetap ku langkahkan kakiku dan akhirnya aku benar-benar
lelah, kepalaku sangat sakit.. aku menyandarkan tubuhku pada sebuah
pohon yang sangat besar.. aku ingin seperti kamu pohon.. tak beberapa
setelah aku duduk di bawah pohon itu ada seorang ibu yang
menghampiriku..
“maaf nak, kamu siapa?”
“saya Andra bu, saya sedang mencari seorang ibu yang namanya ibu Ish.. apakah ibu mengenalnya?”
“oh ibu Ish.. iya saya mengenalnya..”
“bolehkah ibu mengantar saya ke rumah beliau?”
“oh baiklah nak..”
“terima kasih bu..”
Aku mengikuti langkahnya, aku berharap bisa segera sampai.. tak ku
hiraukan lagi kelelahan yang ada di tubuhku.. Tuhan kuatkan aku..
“ini rumahnya nak..”
“iya bu.. terima kasih bu.. dan ini bu untuk ibu karena telah membantu saya..”
“tidak nak terima kasih, saya ikhlas nak..”
“ambillah bu..”
“tidak nak.. saya permisi dulu..”
Ternyata masih ada orang seperti mereka yang berhati mulia, menolong
orang lain tanpa mengharapkan imbalannya.. Tuhan berilah rezeky kepada
ibu itu.. amin, hanya itu yang bisa aku berikan pada ibu itu.. sebuah
doa
Ku pandangi rumah yang aku tuju itu.. hanya dari kardus-kardus bekas,
atapnya hanya seng-seng yang berkarat.. iya Tuhan, seperti inikah
tempat berteduhnya ibu kandungku? perlahan aku mendekati pintu rumah
kardus itu..
“syalom.. permisi..”
Namun ku dengar jawaban dari seseorang, iya dari perempuan.. mungkin itu ibuku..
“iya, maaf nyari siapa iya?”
“benarkah ini rumahnya ibu Ish?”
“iya benar dan saya …”
Namun rasanya kepalaku sangat sakit, aku tak kuat lagi memandang..
akhirnya aku jatuh pingsan.. aku tak bisa mendengarkan suara apapun
lagi, gelap semuanya gelap.. oh Tuhan, jangan ambil aku dulu, aku mohon
beri aku waktu lagi Tuhan.. tolong..
Pagi harinya
Perlahan aku membuka mataku, terasa sangat pusing tapi aku mencoba
kuat.. tidak lupa aku berdoa dan mengucap syukur karena Tuhan masih
memberiku waktu.. aku beranjak dari tempat tidurku, ku pandangin semua
yang ada di depanku.. tempat ini, rumah ini, ya Tuhan.. aku meneteskan
air mata.. aku mengusap setiap tetesan air mata yang jatuh, aku
mendengar ada suara dari arah belakang dan aku segera menuju di mana
asal suara itu.. kulihat seorang perempuan tua sedang memasak.. air mata
itu kembali jatuh, ku pandangi dirinya.. kaki kirinya tak sesempurna
kakiku.. matan kanannya tak sesempurna mataku.. oh Tuhan, sebegini
menderitanyakah beliau? selama ini aku enak-enakan ternyata beliau?
“pagi nak.. apa kamu sudah enakan.. ke sini nak, ibu sudah buatkan teh
manis hangat untukmu.. mungkin bisa memberikan sedikit tenaga untukmu..
maaf jika Cuma seadaanya nak..”
Aku menghapus air mataku..
“terima kasih bu.. ini sudah cukup..”
“apa sudah manis nak ataukah masih kurang?”
“tidak bu.. ini sudah cukup..”
Pertama kalinya aku mencicipi minuman yang beliau buat kepadaku.. aku
senang, aku bahagia Tuhan.. ingin rasanya aku langsung mengatakan apa
tujuanku datang menemuinya namun aku takut dia tak bisa menerima
kehadiranku.. aku tak mau membuat suasana yang indah ini menjadi hancur
tak berarti..
“ibu.. bolehkah aku tinggal lebih lama di sini.. atau beberapa hari saja..”
“boleh nak.. tapi untuk apa?”
“maaf bu, aku hanya ingin mengetahui kehidupan di luar bu..”
Terpaksa aku berbohong.. maafkan aku ibu, maafkan aku Tuhan.. tapi cepat atau lambat aku pasti akan jujur padanya..
“boleh saja nak, tapi maaf jika seperti inilah keadaannya..”
“terima kasih bu dan aku bisa menerima semuanya bu..”
“setelah memasak saya akan pergi bekerja nak..”
“ibu bekerja di mana? bolehkah saya ikut?”
“jangan nak.. nanti tubuhmu jadi kotor, sayang sekali pakaian bagusmu jika terkena kotoran dan debu nak..”
“ini hanya pakaian biasa bu, tak seindah yang terlihat.. mungkin akan
lebih bagus, indah jika seorang ibu kandung kita yang menyulamnya
sendiri..”
“tapi itu harganya pasti mahal nak..”
“tidak bu, harga suatu barang bisa sangat tinggi nilainya jika orang
yang membuat barang tersebut sangat berarti dalam hidup kita..”
“kamu pintar nak.. baiklah jika kamu ingin ikut..”
“terima kasih bu..”
“tapi kamu harus makan dulu, biar kamu ada tenaga..”
“iya bu, aku ingin sekali makan masakan ibu.. pasti lezat..”
“hanya tempe nak..”
“tapi kelihatannya lezat sekali bu..”
“ayu bu kita makan bersama..”
Tak lagi kuhiraukan apapun, aku bahagia bisa makan bersama ibu kandungku
sendiri Tuhan.. ku lihat senyuman di bibirnya.. cantik, wanita yang
sangat cantik..
“ibu apa ibu tinggal sendirian?”
“iya nak ibu tinggal sendirian..”
“bapak kemana bu?”
“suami ibu sudah meninggal 25 tahun yang lalu..”
“lalu di mana anak ibu?”
“anak saya …”
“maaf bu kalau saya banyak tanya.. ibu ayu makan yang banyak biar nanti lebih bersemangat kerjanya..”
“iya nak..”
Tak tega aku melihat wajahnya ketika senyumannya yang indah mulai sirna
oleh tetesan air mata.. aku sengaja mengalihkan pembicaraan..
Usai makan kami langsung bergegas meninggalkan rumah.. aku dan ibu
menuju tempat pembuangan sampah, aku hanya diam dan mengikuti
langkahnya.. langkahnya begitu perlahan karena kaki kirinya yang tak
sesempurna kakiku.. Tuhan, andai boleh dan andai Engkau mengijinkan
ingin rasanya mengantikan kaki dan matanya dengan yang ku punya..
“nak kamu tunggu di situ saja, di situ ada pohon.. kamu duduk di sana dan beristirahatlah..”
“tidak bu, saya juga ingin mencari yang seperti ibu cari..”
“baiklah nak..”
“ibu apa setiap hari ibu bekerja seperti ini..”
“iya nak..”
Setelah goni yang di bawa oleh ibu penuh kami memutuskan untuk
beristirahat di bawah pohon.. ku lihat di dekatnya ada sebuah warung..
aku langsung berlari dan membeli beberapa minuman dan juga roti..
setelah itu aku kembali, aku membukakan bungkus roti dan minuman dan ku
berikan padanya..
“ibu.. kenapa tidak mencari pekerjaan lain?”
“mana ada yang mau mempekerjakan ibu nak.. lihatlah keadaan ibu yang seperti ini..”
Aku hanya bisa diam.. membisu dan tak bersuara sedikitpun..
“ayu nak kita menjualnya..”
“iya bu..”
Kami menuju ke tempat di mana ibu biasa menjual barang yang telah
beliau kumpulkan.. tak kusangka, ternyata di nilai dengan harga murah..
murah sekali, tak sebanding dengan tetesan keringat yang ibu keluarkan..
tapi beliau tak mengeluh hanya senyuman dan ucapan syukur yang dia
lakukan..
“ibu harga yang ibu kumpulkan dengan susah payah tak sebanding dengan kelelahan ibu..”
“tidak apa-apa nak.. kita harus tetap bersyukur..”
Kembali aku mengikuti langkah kakinya.. akhirnya kami sampai ke
rumah.. ku pandangi langit, sudah mulai sore.. aku tak ingin kembali ke
rumahku, aku tak tega meninggalkan beliau sendirian.. tapi mami dan papi
apalagi Erick pasti sangat khawatir denganku.. aku tak ingin memecahkan
kebahagiaan ini.. aku harus bagaimana Tuhan?
“ibu.. ini foto siapa?”
Tak sengaja aku menemukan foto ibu bersama seorang bayi mungil..
“itu foto anak ibu nak..”
“foto anak ibu? lalu kemana dia sekarang bu?”
“dia pasti sudah sangat besar nak, mungkin seumuran kamu..”
“apa dia juga perempuan bu?”
“iya nak.. dia perempuan.. mungkin secantik kamu nak..”
“secantik ibu dong..”
“?”
“seperti aku yang cantik seperti ibu..” air mataku mengalir lagi tapi
aku berusaha mengusapnya agar beliau tak menyadarinya kalau aku sedang
menangis
“kamu secantik ibumu nak..”
Ku pandangi beliau.. andai ibu tau, aku lah anak ibu.. akulah bayi yang
ada di foto itu bu.. andai ibu tau aku ingin memeluk ibu..
“ibu belum menjawab pertanyaan aku, anak ibu kemana?”
“ibu memberikannya pada orang lain yang lebih mampu nak..”
“maksud ibu, ibu …”
“iya nak, lihatlah kondisi ibu.. fisik ibu, ibu tak mau dia menderita
nak.. apalagi jika nantinya dia di hina oleh orang-orang karena
kekurangan dan cacatnya ibu nak.. ibu tak bisa memberikannya kehidupan
yang layak nak.. 25 tahun yang lalu ibu melahirkannya di sebuah Rumah
Sakit, dan ibu memberikannya pada pemilik Rumah Sakit.. sekarang dia
pasti sudah besar nak, sudah tumbuh cantik dan mendapatkan hidup yang
layak..”
“lalu apakah ibu pernah mencarinya? atau melihatnya saja? apa ibu tak
ingin bertemu dengannya dan memeluknya.. memanjakannya dengan kasih
sayang saat dia merasa kehidupan sangat kejam.. membuatnya kuat ketika
masalah membuatnya terpuruk bu?”
“ibu mana nak yang tak ingin bertemu dengan anak kandungnya sendiri? ibu
mana nak yang tak ingin memeluk anak kandungnya sendiri, apalagi
memberikannya kasih sayang.. ibu juga ingin nak bahkan ibu juga
merindukannya.. namun keadaan ibu tak mungkin nak.. ibu tak ingin
kehidupannya yang bahagia hancur dengan kedatangan ibu nak.. ibu tak
ingin merusak semuanya nak.. tapi ibu percaya meski ibu tak bisa
melihatnya dengan mata, tak bisa memeluknya dengan hangat, tapi doa ibu
akan selalu menjaganya.. Tuhan akan melindunginya nak.. Tuhan akan
menjaganya..”
“ibu maafkan aku sudah membuat ibu sedih..”
aku langsung memeluknya.. pertama kali dan akhirnya impian ini tercapai,
aku bisa memeluknya.. ku rasakan perlukan yang hangat.. dalam hati
kecilku berkata..
‘ibu andai ibu tau, aku tak ingin kehidupan yang layak.. aku tak ingin
tinggal di rumah yang mewah, makan yang enak, tidur yang nyaman.. aku
hanya ingin bersama ibu.. seberapa kekurangannya pun ibu aku ingin tetap
bersama ibu.. aku tak akan malu dengan keadaan ibu.. aku ingin menjaga
ibu.. aku ingin dipeluk ibu saat aku takut, saat aku sedih.. dan aku
ingin saat aku bahagia orang pertama yang mengetahuinya adalah ibu bukan
orang lain.. ibu, jika saat ibu melahirkanku aku sudah bisa bicara, aku
akan bilang aku ingin bersama ibu.. walau tak bisa bersekolah yang
layak, tapi menemani ibu mencari barang bekas aku sudah bahagia bu asal
bersama ibu aku bahagia bu..’
“ibu jika ibu di beri kesempatan bertemu dengan anak ibu, dan anak ibu bisa menerima kekurangan ibu.. apa ibu mau?”
“nak, ibu ingin.. ingin sekali namun ibu tak mau melukai hati seorang
ibu yang membesarkannya.. beliau pasti akan sangat terpukul jika anak
yang di besarkannya dengan kasih sayang kembali dengan ibu kandungnya..
kamu belum mengerti semua itu nak karena kamu belum pernah melahirkan..”
“tapi bu bagaimana kalau semuanya seperti yang aku katakan.. ibu yang membesarkannya juga bisa menerima bu?”
“beliau pasti akan tetap terluka nak.. nak kamu tau kan orang tua pasti
akan sangat sedih jika tak melihat anaknya 1 hari saja.. maka itu
sebaiknya kamu pulang nak.. kasihan orang tua kamu pasti cemas nak..”
“tidak bu aku tak mau pulang.. aku ingin di sini bu.. aku takut kelak
jika aku datang, ibu tak ingin lagi menemuiku, ibu tak ingin lagi aku di
sini seperti saat ini bu..”
“jangan berpikiran yang tidak-tidak nak.. pulanglah.. kapan saja kamu
ingin ke sini, pintu rumah ibu akan terbuka nak, selalu terbuka
untukmu..”
“baiklah bu.. aku akan pulang.. tapi berjanjilah ibu tak akan kemana-mana..”
“iya nak..”
Kembali kupeluk beliau.. tunggu aku kembali bu, aku akan membawa ibu bersamaku..
Ku langkahkan kakiku dan ku tinggalkan rumah kadus itu.. lambaian
tangan ibu mengiringi langkahku.. sesekali aku menoleh ke belakang dan
tersenyum padanya.. sabar bu, tetap di situlah dan menunggu anakmu
datang menjemputmu bu.. ku percepat langkahku dan aku kembali ke
penginapan, aku mengemudi mobilku, ku tancap gas dan berharap aku sampai
ke rumah.. namun belum lagi sampai di perjalanan aku merasakan kepalaku
sangat sakit, sakit yang luar biasa dan tak bisa lagi ku tahan..
mobilkupun menabrak pohon dan aku pun tak sadarkan diri..
4 hari kemudian
aku membukakan mataku perlahan.. terasa sakit, namun di genggaman
tanganku ada tangan Erick.. ku lihat matanya yang terpancar sinar
kekhawatiran yang sangat amat dalam.. aku tersenyum padanya..
“kamu jangan banyak bergerak dulu sayang..”
“Erick, maafkan aku yang pergi tanpa kabar.. maafkan aku yang membuat kamu khawatir..”
“kamu sekarang nakal.. kamu susah di bilangin..”
Ku lihat air mata Erick mengalir di wajahnya.. mungkin Erick sudah tau
tentang penyakitku.. tapi aku tak ingin membuatnya sedih.. aku berusaha
menghiburnya..
“Erick kamu jangan khawatir aku baik-baik saja, aku tak seperti dokter katakan.. semua akan baik-baik saja..”
Erick hanya memelukku.. andai kamu tau Rick aku tak ingin menghapus
angan kita berdua.. aku ingin menikah denganmu.. menjadi orang yang
penting dalam hidupmu.. membina rumah tangga bersamamu, tapi aku bisa
apa.. impian itu, janji itu tak bisa aku wujudkan.. maafkan aku Rick..
maafkan semua kesalahanku..
“gimana keadaanmu nak..” kata mami ketika masuk ke ruanganku
“aku baik-baik saja mami..”
“mami akan melakukan apa saja agar kamu bisa sembuh nak..”
“mami.. serahkan semua ini pada Tuhan.. Dia yang punya Kuasa atas hidup
kita.. kita berusaha dan percaya padanya, semua akan indah mami..”
“mami percaya Tuhan nak.. mami akan percaya padanya..”
“aku tak ingin melihat ada yang meneteskan air mata untukku.. aku tak
ingin orang lain tak mengikhlaskanku.. aku saja ikhlas menerima ini
semua.. aku harap semuanya tak pernah sedih..”
“iya nak..”
2 minggu berlalu.. namun kondisiku tak juga membaik.. segala
pengobatan aku jalanin sampai dengan kemo namun tak ada hasil yang
bagus.. aku tak sekuat dulu.. kita kursi roda yang menjadi kakiku..
rambut yang selama ini menjadi mahkotaku mulai berguguran.. aku ingin
secepatnya pergi, aku tak ingin lagi mereka menangis setiap hatinya..
aku tak ingin mereka khawatir lagi.. aku harus mengatakan pada mami, aku
ingin mami mewujudkan impian terakhirku.. aku meminta Erick membawaku
jalan-jalan di sekitar Rumah Sakit..
“Rickku yang gagah, kamu harus bisa menerima semua ini.. kalau kamu
sayang sama aku kamu gak boleh menangis.. jika aku pergi nanti kamu
masih menangis aku akan datang ke mimpi kamu dan memarahi kamu
habis-habisan, aku akan menjewer telinga kamu sampai merah seperti
tomat, aku akan injek kaki kamu agar kamu sadar..”
“maafkan aku Andra yang tak bisa melakukan apa-apa..”
“kamu udah banyak melakukannya Rick.. kamu bisa menerima aku, kamu masih
setia nemani aku sampai saat ini.. itu sama aja kamu melakukan banyak
utukku Rick.. kamu mau bantu aku yang terakhir kalinya?”
“apa itu sayang?”
“waktu aku pergi tak ada kabar, sebenarnya aku pergi mencari ibu
kandungku.. dan kamu tau, karena aku yang kuat ini.. aku menemukannya?
aku ingin memberitahu pada mami secepatnya.. aku ingin ibuku juga hadir
menemani aku saat terakhir aku Rick.. maukah membantuku untuk menjemput
ibuku?”
“baik sayang.. kapan aku akan menjemput ibu?”
“besok sayang.. sekarang aku ingin ke ruangan mami bekerja..”
“iya sayang..”
Erick mengantarkanku ke ruangan mami dan Erick meninggalkan kami berdua..
“mami.. terima kasih telah merawatku, menjagaku, membesarkanku dengan
kasih sayang yang cukup dan kehidupan yang layak.. terima kasih mami
untuk setiap pelukan dan cinta mami.. mami Andra mau mami harus lebih
kuat dari Andra.. kita ini hanya ciptaan Tuhan mami, setiap orang pasti
akan kembali padaNya.. mami maaf sebelumnya, bukan keinginan aku untuk
menyakiti hati mami.. namun sudah saatnya aku mengatakan semuanya pada
mami.. aku sudah tau siapa aku mami, apa yang terjadi 25 tahun yang
lalu.. aku sudah tau mami.. aku ingin di sisa waktuku ibu yang
melahirkanku juga turut menjagaku mami.. maafkan aku jika melukai hati
mami..”
“sebenarnya sejak awal mami ingin mengatakan hal ini nak tapi mami takut
kamu shock.. bukan mami ingin memisahkan kamu dengan beliau nak.. namun
mami …”
“sudahlah mami.. aku sudah tau semuanya.. izinkan aku mami..”
“iya nak, mami akan mengijinkan kamu..”
“terima kasih mami..”
Esok harinya pun Erick menjemput ibu.. Erick mengatakan apa yang
terjadi padaku, bukan Erick saja yang menjemput ibu namun mami papi juga
ikut.. aku bersyukur punya keluarga ini Tuhan..
“nak.. kenapa tidak dari awal kamu mengatakan yang sebenarnya..”
“ibu.. aku ingin tapi aku takut ibu yang tak mengiginkanku namun aku
sudah tau semuanya.. ibu terima kasih atas waktumu ibu.. terima kasih..”
Sampai 1 minggu berlalu.. aku bahagia, semua kebenaran yang aku cari
kini sudah aku dapatkan.. terima kasih Tuhan.. ibu, mami, papi dan Erick
menjagaku dengan hangat.. jika sekarang waktunya, aku siap Tuhan.. tak
akan pernah aku menyesali semuanya Tuhan.. terima kasih atas semua waktu
yang Engkau berikan Tuhan..
Aku yang mulai sangat lemah, meminta semuanya berkumpul..
“Erick, jika aku pergi nanti aku ingin kamu tak melupakanku.. namun
bukan berarti kamu tak bisa membuka pintu hati kamu untuk orang lain..
cari orang yang lebih baik dariku namun jangan yang cantik, nanti aku
cemburu dari atas sana.. hhe aku bercanda kok sayang.. kamu harus jaga
diri baik-baik iya.. kalau aku udah ketemu Tuhan aku akan minta padaNya
agar mengirimkan kamu jodoh yang baik.. maafkan aku gak bisa menepati
janjiku untuk menikah denganmu?”
“kamu gak perlu minta maaf sayang..”
“tersenyumlah Erick?”
“iya sayang”
“papi jaga kedua ibuku iya papi.. terima kasih papi udah
menyayangiku.. papi jangan bekerja terlalu keras, nanti papi kelelahan..
aku juga ingin taman yang di samping papi tetap ada sampai kapanpun,
karena taman itu sangat indah..”
“iya nak papi janji..”
“mami.. ibu aku ingin memeluk kalian berdua.. terima kasih atas semua
yang kalian berikan padaku.. mami bolehkah ibu tinggal bersama mami..
aku tak bisa pergi dengan tenang jika kehidupan ibu masih seperti itu..
ibu mami kalian 2 wanita yang cantik, yang mulia yang pernah aku
miliki.. aku sayang dan bahagia punya kalian juga keluarga ini.. biarkan
aku pergi dan antar aku dengan senyuman iya ibu, mami, Erick dan papi..
i Love u all”
Ku tutup mataku, dan tak akan mungkin bisa aku buka lagi.. jaga
keluargaku Tuhan.. lindungin setiap langkah mereka.. ampuni dosa mereka
Tuhan.. biar nanti aku saja yang menanggungnya, terima kasih telah
memberikanku keluarga ini Tuhan.. aku siap Tuhan, hari ini aku akan
kembali padaMu.. meski belum sampai 4 bulan seperti perkiraan dokter,
namun aku telah siap Tuhan.. Puji Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar