“Yank nanti tolong jemput aku jam 13:45” bunyi isi pesan singkat yang Via kirim kepada Gio.
Gio dan Via adalah sepasang kekasih, mereka pertama kali bertemu 6 bulan
yang lalu, saat itu mereka sedang mendatangi acara ulang tahun Citra.
Citra adalah sepupu Gio dan merupakan teman satu kelas Via, dan di acara
itu Citra pun saling mengenalkan mereka berdua karena pada saat itu
Citra tahu kalau mereka berdua sedang sama-sama jomblo. Singkat cerita
dari perkenalan itu mulai tumbuhlah benih-benih cinta di antara mereka
dan 3 bulan kemudian mereka resmi jadian.
Dan tepat hari ini 23 oktober adalah 3 bulan tepat mereka pacaran.
Tak terasa bell tanda pulang sekolah berbunyi di sekolah Gio dan waktu
menunjukan pukul 13:30. Gio pin langsung bergegas meninggalkan kelasnya
menuju tempat parkiran “Gio nanti malam kamu bisa datang kan?” ucap
salah satu teman sekelasnya “Maaf, tapi malam ini aku nggak bisa maen
dulu” tolak Gio kepada temanya yang mengajaknya untuk bermain futsal
“Tapi kalau kamu nggak ikut nanti siapa yang jadi kiper?” “Tapi sorry
malam ini aku bener-bener nggak ikut dulu”
Malam ini Gio sudah berencana untuk menggajak Via makan malam untuk
merayakan 3 bulan mereka pacaran, Gio pun berangkat menjemput Via di
tengah perjalanan Gio melihat dua kelompok pelajar SMA yang sedang
tawuran di depan jalan yang hendak ia lalui, Gio bingung apakah ia harus
memutar balik untuk mencari jalan lain atau harus tetap melalui jalan
tersebut, tapi jika dia memutar balik dan mencari jalur lain pasti dia
akan terlambat datang untuk menjemput Via.
Karena tak mau membuat Via menunggu lama di depan gerbang sekolahnya,
Gio pun memutuskan untuk tetap melewati jalan tersebut, tapi memang
sial benar nasib Gio saat melaju di tengah-tengah dua kelompok pelajar
yang sedang tawuran tiba-tiba kepalanya terkena lemparan batu bata dari
salah satu kelompok yang sedang bertikai itu. Karena kencangnya lemparan
batu tersebut Gio pun terjatuh dari motornya, tubuhnya terjatuh ke
aspal. Untung saja Gio memakai helm jadi kepalanya tak sampai bocor.
Gio pun mencoba untuk berdiri tapi belum sampai ia berdiri dengan
tegak tiba-tiba datang seorang pelajar dengan mengegam sebilah pisau dan
langsung menusuk perut Gio. Tubuh Gio kembali terjatuh ke aspal,
seragam putih abu-abu yang ia kenakan kini menjadi berwarna merah darah,
dari dalam perutnya terus mengalir tapa henti walaupun ia sedang
mencoba menutupi lukanya dengan tangan kanan’nya.
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi Gio tak lagi bisa mendengarkan suara
yang ada di sekitarnya, dadanya mulai sesak, ia mulai sulit untuk
bernafas tubuhnya mulai terasa dingin dan semakin dingin, pandanganya
menjadi kabur dan semakin lama menjadi gelap dan semakin gelap Gio pun
pingsan tak sadarkan diri. Gio menjadi korban, ya menjadi korban, salah
sasaran tepatnya, iya dikira sebagai salah satu anggota kelompok lawan
oleh orang yang menusuknya tadi.
Sementara itu Via masih menunggu Gio di depan gerbang sekolahnya ia
tak tau tentang keadan kekasihnya saat ini. “Udah jam segini Gio kok
belum nyampe juga ya!” pikir Via dalam hati. Via pun mencoba menghubungi
Gio tapi tak ada balasan sama sekali dari Gio. Fikiran Via menjadi
kemana-mana ia bingung mengapa sms dan telepon darinya tak ada balasan
sekali dari Gio. Ia takut terjadi sesuatu pada Gio di jalan. Karena
memang tak biasanya Gio berbuat seperti itu.
Sekarang waktu menunjukan pukul 14:05. Tapi Via belum juga pulang iya
masih menunggu kedatangan kekasihnya. Tak terasa lima menit telah
berlalu tapi Via belum juga pulang, tiba-tiba HP di tanganya bergetar
tanda kalau dia sedang di telpon oleh seseorang. Tanpa melihat dari
siapa ia langsung mengangkat telpon itu. “Hallo, Gio udah jam segini
kamu kak belum dateng juga sih!” ucap Via. “Maaf, Vi tapi aku bukan Gio
aku citra” “Oh, maaf Cit aku kira dari Gio!, oh iya Cit ada apa kok kamu
telpon aku?” “Jadi gini Vi, Gio” ucap Citra dengan suara agak lirih.
“Gio kenapa Cit?” “Gio, Gio mengalami kecelakaan!” Yang dihawatirkan Via
teryata benar, mendengar perkataan dari temanya itu Via terdiam
sejenak. “Gio sekarang dimana Cit?” “Sekarang Gio sedang dirawat di
rumah sakit Harapan bunda!” “Kalau begitu aku akan segera kesana Cit”
ucap Via sembari berlari menuju pangkalan ojek yang ada di dekat
sekolahnya. “Kalau begitu sudah dulu ya Vi!” “Iya Cit!” Via pun segera
menuju rumah sakit dengan mengendarai ojek.
Di dalam perjalan ia tak henti-hentinya berdoa agar tidak terjadi
apa-apa kepada kekasihnya. Sekarang waktu menunjukan pukul 14:15. Ia pun
sampai di rumah sakit dan langsung berlari menuju kamar dimana Gio
dirawat. Tapi sesampainya ia di kamar Gio dirawat iya melihat ibu dan
ayah Gio sedang menanggis dan seorang polisi yang nampaknya polisi
itulah yang telah membawa Gio ke rumah sakit. ia pun menghampiri ayah
dan ibu Gio “Buk!, bagaimana keadaan Gio?” tanya Via kepada ibu Gio,
tapi ibu Gio hanya diam saja dan terus menaggis bahkan tanggisanya
semakin menjadi. “pak!, bagaimana keadaan Gio?” tanya Via kepada ayah
Gio, tapi sama seperti ibu Gio, ayah Gio pun hanya diam. Via pun
akhirnya bertanya kepada sang polisi yang berada di sisi kirinya “pak
polisi bagaimana keadaan Gio?” “Gio sudah nggak ada dek” jawab sang
polisi, Gio meninggal, nyawanya tak tertolong lagi, ia meninggal lima
menit sebelum Via datang di rumah sakit, ia kehilangan banyak darah,
para dokter sudah berusaha sebaik mungkin tapi memang inilah garisan
hidup Gio, umurnya memang tak panjang. Gio pergi meninggalkan Via, Tapi
tak meninggalkan Via sendiri, ia telah menitipkan cintanya yang akan
terus ada dalam diri Via, walaupun kini tubuhnya sudah terbujur kaku,
tapi cintanya pada Via akan terus hidup.
0 komentar:
Posting Komentar