Selasa, 17 September 2013

Doaku Untuknya

Ya, semua sudah terjadi. Dan tak mungkin kembali. Aku hanya bisa berusaha membuat semuanya menjadi lebih baik. Aku takkan mungkin bisa merubah segalanya aku hanya bisa berusaha untuk membuat lebih baik. Dia, wanita yang ku cintai terbebani karena kesalahanku. Apakah aku harus berlari dari semua tanggung jawab ini? Ataukah aku harus menghadapi semuanya? Aku sadar, ini memang tanggung jawabku. Aku harus bisa membuatnya agar tak tersakiti olehku. Aku hanya ingin berusaha agar selalu ada di saat dia membutuhkanku. Membutuhkan dekapanku, membutuhkan belaianku, membutuhkan diriku untuk membuatnya merasa lebih baik.
Awalnya aku tidak tahu bahwa ini semua akan tejadi. Memang benar sebuah ungkapan “Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat bau bangkai itu akan tercium juga”, ya hubungan yang kami jalani selama ini tanpa restu dan tanpa diketahui oleh keluarganya kini sudah terbongkar. Semua sudah terbongkar. Aku tak bisa melihatnya menderita. Apa yang harus ku lakukan untuknya?
Kejadian itu bermula pada malam itu, malam di mana cinta dan kasih sayang dikalahkan oleh marah dan cemburu. Dia cemburu aku pergi untuk menghadiri acara almamaterku. Dia takut saat aku menghadiri acara tersebut, aku dekat kembali dengan seseorang yang dulu pernah ada di kehidupanku. Aku sudah bilang kepadanya bahwa aku selalu menjaga dan memberikan hatiku hanya padanya. Namun, rasa cemburunya sudah terlalu besar.
Tiba-tiba handphoneku berdering, ada sebuah pesan dari kekasihku itu. Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan pesan itu darinya. Dia memutuskan hubungan kami. Aku yang tak mengerti dengan jalan pikirannya berusaha untuk berkomunikasi melalui pesan singkat maupun dengan meneleponnya. Tapi semua sia-sia, dia tidak menghiraukan sedikit pun usahaku itu.
Aku masih terus mencoba-mencoba dan mencoba, tetapi semua sia-sia. Hingga akhirnya handphonenya tak bisa kuhubungi. Rupanya dia menonaktifkan handphone. Namun aku terus mengiriminya pesan singkat, dan berharap dia bisa mengerti begitu dia mengaktifkan handphonenya lagi.
Waktu berlalu, detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam pun telah ku lalui. Tiba-tiba dia merespon pesanku. Pesan itu bukan sebuah pesan yang aku harapkan, melainkan pesan yang selama ini tak ingin pernah ku dengar. Ternyata saat dia tertidur, kakaknya masuk ke kamarnya dan mengaktifkan handphonenya dan membaca semua pesanku. Kakaknya begitu marah padanya, dan bahkan orang tuanya pun juga mengetahui hal tersebut. Mereka semua marah dan kecewa dengannya.
Aku merasa lemas dan tak mengerti apa yang harus ku lakukan. Haruskah aku mendatangi rumahnya dan menjelaskan semuanya kepada keluarganya? Tidak, itu hanya akan memperparah suasana. Oh Tuhan.. apa yang harus ku lakukan?
Aku tak bisa melihat dia menderita, lebih dari ini. Tuhan.. aku mohon jagalah dia. Hanya dia yang ku harap ada di hidupku, menemaniku dalam setiap langkah kehidupanku. Hanya dia wanita yang selalu ku rindu. Aku sangat merindukannya, merindukan senyumnya yang selalu membuatku merasa tenang.
Jagalah dia selalu Tuhan. Jangan Kau tambahkan penderitaanya karena ulahku itu. Aku berharap Kau memberikan yang terbaik untuknya. Tuhan.. jika memang dia Kau tuliskan untukku, maka dekatkanlah kami, dan buat orang tuanya mengerti. Namun, jika dia bukannlah untukku, aku mohon. Ubahlah takdir-Mu, buatlah dia menjadi masa depanku.
Tuhan.. aku tahu, aku hanyalah manusia bodoh. Namun, ku mohon izinkanlah aku untuk menjaganya, memberikan seluruh cinta dan kasih sayangku padanya. Izinkanlah aku untuk selalu ada di sisinya. Izinkanlah aku Tuhan, untuk selalu bersamanya.

0 komentar: