Selasa, 17 September 2013

Dad Is My Hero

Aku bernama Sherilla Cintyana. Aku mempunyai seorang Dad. Mom-ku sudah 3 tahun lalu meninggal. Dad-ku sangat menyayangiku. Ia sangat setia mengurusku. Tapi, Dad-ku juga selalu mengajariku disiplin. Menurutku aku nggak perlu disiplin. Karena besar nanti kan aku pasti bisa disiplin. Tapi, Dad-ku tetap sabar mengajariku.
Suatu hari, pulang sekolah aku membuka pintu tanpa mengucap salam. Ayahku langsung menasehatiku, “Cin, kalau kamu mau masuk rumah ucap salam dulu dong”
“Dad, kalau aku mau masuk tanpa salam bukan berarti Dad nggak tahu aku yang masuk kan” kataku.
“Tapi kan biar disiplin dan kamu bisa sopan” kata Dad-ku.
“Lagi-lagi disiplin, Lagi-lagi disiplin, Dad kalau Cintya sudah besar Cintya kan bisa disiplin, sopan, ramah seperti keinginan ayah” kataku pada ayah.
Aku pun masuk kamarku. Ayahku hanya menggelengkan kepala melihatku. Aku pun mengambil buku merah mudaku dengan gambar kupu-kupu. Bisa dibilang itu diaryku. Aku pun mengisinya.
Dear Diary
Aku lagi lagi dibilang Dad harus disiplin
Kenapa aku harus disiplin?
Aku kan besar nanti bisa disiplin
Semoga ayah berhenti menyuruhku disiplin
SHERILLA CINTYANA
Aku pun menutup bukuku dan menyimpannya ke lemariku.
Besoknya, saat pulang sekolah, aku mencari Dad.
“Dad…” panggilku.Tak ada jawaban.
“Dad…” seruku semakin kuat. Aku pun menghampiri Bik Inah, pembantuku.
“Bik, dimana sih Dad” tanyaku pada Bik Inah.
“Oh, Non Cintya sudah pulang. Ayolah…” Tiba tiba Bik Inah menarikku dan mengajakku naik taksi. Kami berhenti di Rumah Sakit Harapan Jaya. Bik Inah membawaku ke ruang nomor 156. Disana aku melihat Dad terbaring lemah.
“Dad kenapa bik?” Tanyaku pada Bik Inah.
“Sebenarnya Dad Non selama 2 bulan ini terserang penyakit leukimia” jawab Bik Inah.
“Apa…” teriakku dan berlari ke balkon rumah sakit. Aku terus menyesal. Selama ini aku melawan Dad untuk disiplin. Aku pun ke ruang Dad. “Maafkan aku Dad selama ini Cintya melawan sama ayah” kataku sedih. Dad memelukku dan berkata pelan “Jaga dirimu baik baik, ya”. Tiba tiba Dad menghembuskan nafas terakhirnya.
Aku menangis histeris. Esoknya aku menulis di diaryku.
Dear Diary
Maafkan aku selama ini Dad
Aku akan selalu disiplin untuk Dad
Dad, is my hero
SHERILLA CINTYANA
Aku melihat di jendela kamarku. Tampak awan putih yang indah. Aku meliahat Dad sedang bercanda tawa dengan Mom disana. Dad, Mom semoga kalian masuk surga.

0 komentar: