Selasa, 23 April 2013

hy blog udah lama nih ngak ngeposting blog....
nah sekarang saya mau posting blog dulu nih

ini adalah momen yg aku tunggu-tunggu nih, kenapa aku bilang momen yg aku tunggu-tunggu?
ingat ngak ini tanggal berapa tentu saja ini tanggal 23 April 2013, kenapa dgn hari ini? Yups, karena hari ini adalah FAREWELL PARTY SMA NEGERI 5 PALEMBANG yg tentu ya perpisahan kakak kelas 12 dong tentunya, aku bisa bepoto bareng dengan firriz. Tapi kenapa ya hati aku dak semangat itu untuk menyambut hari ini :'(  Apakah kalian tau? emb yups bener sekali ini adalah perpisahan ya kakak firriz tentu ya :'(
sedih deh ngak bisa ketemu kk firriz lagi deh :'(
gimana dong :'(
tapi aku doa'in mudah'an kk dpet PERGURUAN TINGGI yang kk ingin kan, trus jgn lupo dgn adek ya kk dan kenang'an yg kito lewatin bersama kk, oh ya jgn lupain eskul yg tercinta ini ya kk BLOGGER 5 kapan' kakak maen ke 5 ya, adek selalu merindukan kk :')

oh yo kk kirain mitha, mitha ngak ada kesempatan untuk bepoto bareng dgn kk tpi rupanya bisa :')
makasih ya kk tdi kk mau bepoto bareng dgn adek :)

adek ngak bakalan lupa dgn kk
poto kk selalu adek simpan terus dgn baik dan kenang'an yg kita lewati bersama :')
kakak aku yakin suatu saat kito pasti ketemu lgi trus aku yakin suatu saat kita bersatu lagi.
aku yakin itu aku akan menunggu kakkak sampai kapan pun :)
hati aku untuk firriz seorang :)


BUAT Kakak FIRRIZ HAPPY ANNIVERSARY 1 TAHUN 6 BULAN kakak :)
mitha ngak bakalan lupa dgn tanggal jadian kita kakak yang 29 AGUSTUS 2011 :) :*


Selasa, 09 April 2013

Lirik Lagu Peterpan – Aku dan Bintang


Intro: C Gsus2 C Gsus2 Am C F C G
Verse 1
C G Am
Lihat ke langit luas
C G Am
Dan semua musim terus berganti
C G Am
Tetap bermain awan
F C G
Merangkai mimpi dengan khayalku
F C G
Selalu bermimpi dengan hariku

C G Am
Pernah kau lihat bintang
C G Am
Bersinar putih penuh harapan
C G Am
Tangan halusnya terbuka
F C G
Coba temani, dekati aku
F C G
Selalu terangi gelap malamku
Reff :
F C
Dan rasakan semua bintang
Am C F
Memanggil tawamu terbang ke atas
C Am G
Tinggalkan semua, hanya kita dan bintang
Interlude : C G Am x2
Back to : Verse 1 and Reff
Interlude : F C Am C F C Am G
Back to : Reff
F C
Yang terindah meski terlupakan
Am C F
Dan selalu terangi dunia
C Am G
Mereka reka hanya aku dan bintang

Ibu

Ibu,engkau yang melahirkan kami
Engkau yang mengurus kami dari kecil hingga dewasa
Engkau yang mengobati kami di waktu sakit
Engkau yang menghibur kami di waktu sedih

Kami sangat menyayangi-mu
Kami sangat mencintai-mu
Kami sedih bila kau pergi
Kau pelita dalam hidup kami

Kau menyekolahkan kami
Sehingga kami pintar
Kau segalanya dalam hidup kami
Terima kasih Ibu, atas segalanya ...

KEINDAHAN YANG TERENGGUT

Keindahan itu membawaku pada sejengkal kenyataan
Dimana aku dipertemukan dengan sesosok dirimu
Mencintaimu, menyayangimu bahkan memilikimu
Namun nyatanya, semua terenggut begitu saja

Ya,
Kematian merenggutmu dariku
Semua seolah mimpi yang mengelabuiku
Kau pergi meninggalkan sejuta keindahan
Sembari melukiskan sejuta tangis
Ironisnya..
Aku belum pernah menyentuh nisanmu

Pertanyaannya..
Apakah ku sanggup mendapati sebuah kenyataan
Bahwa kau benar tlah pergi ?
Meninggalkan aku yang masih membutuhkanmu
Takdir membawaku pada sebuah ilusi
Bahwa takkan ada lagi kau yang menciptakan syair
Diatas kertas dan tinta hitammu tak lagi berjalan

Semua begitu nyata kau ciptakan
Namun kini.. semua tak berarti
Semua tersimpan rapi diruang keputusasaan
Menjadikannya kenangan yang menggores luka
Jika ku dapat memutar kembali kenangan itu
Mengembalikan apa yang tlah Tuhan renggut dariku
Dan menghentikan waktuku sejenak..

BUKAN DULU LAGI

Indah terasa benci bila ku ingat
ingin ku ulang duniaku dulu
ku perbaiki waktu
musnah semua menghilang jauh

Kamu harus tau...
entah dulu , lusa , kini dan seterusnya
rasaku itu tetap sama
aku tetap sayang sama kamu

Aku memang tercipta bukan dengan kesempurnaan
sadarlah wahai kasih ..
percayalah aku jauh dari yang kamu cintai
karna itu jauh pula cintaku untukmu

Let's Fight For Love

This second suppose you know
awe that never changes
never spoken
but it feels so wonderful sometimes painful

I realized my mistake to open my heart
but if I mistake if you keep a close heart
too much to admire
what wrong I'm going out of their

Is it possible I could grab just wishful
I just rub off the dust
and could never survive
for problems guess I let these dreams that fill

Although never unrequited
although the taste is wrong
although love is dumb
but the heart is never dumb to vote

~ I'm so sorry if this is not a beautiful poem, but the poem I made, for anyone special .. I hope you can come to feel is from this poem ~
27 December '12

HANYA SEBUAH KADO TITIPAN TUHAN


Pagi seperti biasanya, Putri langkahkan kaki menelusuri lorong lorong koridor sekolah menapaki jejak menuju kelas. Saat itu hanya ada beberapa siswa yang hilir mudik berjalan santai menuju kelas masing masing. Terik matahari yang mulai meninggi. Namun, pagi itu tampak sepi. Langkah Putri yang perlahan berjalan santai agak lambat seakan akan tak berpijak lagi pada sang bumi. Tibalah Putri dikelas hanya seorang diri lalu segera duduk dikursinya yang berada di pojok belakang. Matanya agak terlihat sembab, sipit seperti anak cina. Tanpa kata hanya diam dalam berjuta bahasa. Namun matanya yang berbicara dengan apa yang telah terjadi, matanya sekali lagi menerawang waktu itu, sebelum terjadi sesuatu yang membuatnya jadi seperti ini, seperti kehilangan arah untuk hidup, seakan bila awan mendung yang berada di langit yang memuntahkan air matanya tak lagi menghadirkan cahaya cerahnya mentari, bahkan di saat air mata langit mulai mereda menetespun tak akan bisa ditemui lagi pelangi, serta waktu pun mungkin tak terasa berjalan lagi, dan satu hal yang ingin Putri inginkan hanyalah ingin pergi bersamanya... menyusulnya.... “ huft “ hela nafas Putri. 

Masih jelas memori ingatan seperti apa masa masa indah bersamanya, semua tampak begitu indah, keceriaan yang menghiasi kebersamaan mereka, dan apabila ada duka yang menghampiri tetap akan hadir keceriaan lagi. Putra, satu nama yang telah beberapa tahun belakangan ini mengisi hari hari yang Putri lalui. Tapi seketika ibarat pelangi tertutup kabut awan kelabu tanpa pernah lagi warna warna itu muncul, semenjak bermula satu minggu lalu dimana hari itu telah terjadi sesuatu pada Putra kekasihnya, Putra mengalami sebuah kecelakaan tertabrak bus yang sedang melintasi jalan yang mengakibatkan seketika itu juga menghembuskan nafas terakhir, pergi berada kealam yang berbeda. Putra telah pergi untuk selamanya tanpa pernah ada kesempatan untuk kembali.
 

Tanpa Putri sadari, dua sosok cowok sedari tadi telah memperhatikan Putri, salah satu dari mereka menghampiri Putri sementara yang satunya masih tetap berdiri memantau dari kejauhan.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.

Tersentak dari lamunan, Putri menatap asal suara dan tanpa di sadari, satu sosok cowok telah berada duduk disampingnya.
“ kamu siapa ? “ mulai berbicara , Tanya Putri yang agak terkejut akan kehadiran cowok itu.
Sambil tersenyum cowok itupun menjawab. “ aku Ricky, kamu tentu sangat mengenalku Putri. “

Tersentak dari satu sosok yang berada di sebelahnya itu, Putri berusaha mengingat “ siapa dia ? mengapa bisa mengenal ku ? “ Tanya Putri pada dirinya. “ ah entahlah ! “ Putri pun membuyarkan fikirannya seakan ingatannya buntu untuk mengingat ingat apapun yang ada.
“ aku mengerti perasaan mu, kehilangan itu satu hal yang menyedihkan. “ ucapnya lembut

Putri merasa heran dengan sosok cowok tersebut. Seakan cowok itu tahu semua tentang Putri. “ Tapi siapa ? “ satu tanda Tanya yang muncul di dalam benak Putri.
“ apa yang harus kamu mengerti tentang aku ? diri ku dan keadaan ku ? “ ucap Putri agak sinis.
“ karena aku sama seperti mu Putri. Aku pun kehilangan ! “ raut wajah Ricky berubah muram, Ricky menunduk, Ricky pun mulai bercerita lagi. Sontak membuat Putri menjadi merasa bersalah atas ucapan yang baru saja Putri lontarkan.
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put, Membuat aku tidak tenang meninggalkannya pergi jauh ! “ ucap Ricky bercerita menerawang lurus kedepan.
“ kenapa kau harus meninggalkannya, jika kau tak ingin melihat kesedihannya ?. “ Tanya Putri merasa heran.
“ Put, kau tentu akan mengerti dengan sendirinya maksud dari kata yang baru saja aku lontarkan. “ nada Ricky yang misterius.

Tampak dari kejauhan satu sosok cowok yang melihat Putri dan Ricky. Ia ingin rasanya pergi mendekat menghampiri lalu memeluk Putri, ada rasa kesedihan yang memilukan melihat Putri yang seperti itu. Namun dari luar muncul dua cewek masuk kekelas yang sedang tengah berbincang bincang satu sama lain. Melihat Putri yang sedang duduk, mereka pun menghampiri.
“ Putri ! “ sapa Sesil lalu mendekat menghampiri Putri. Sontak Putri pun tersentak dan memandang mereka.
“ kamu yang sabar ya, gak terasa sudah satu minggu kamu baru masuk ke sekolah. Kami kangen sama kamu, tau...!. “ ucap Nindi agak centil mencoba menghibur Putri sambil memeluk sahabatnya itu.
“ gak ada yang kan abadi Put ! meski dia telah tiada, percayalah ! dia pasti gak akan inginkan orang yang Ia tinggalkan seperti kamu ini Put, murung gak habis habisnya ! masih ada warna lain dari cinta yaitu kita sahabat kamu. “ Ucap Sesil secara hati hati berusaha menghibur.
“ iya Sob, mungkin aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. “ ucap Putri menenangkan diri.

Teringat Putri akan sosok Ricky. Putri menelusuri sudut pandangnya kesegala arah. Tampak bingung raut wajahnya mencari cari satu sosok yang beberapa waktu lalu menemani Putri dan secepat kilat tanpa disadari dengan waktu yang bersamaan datangnya Sesil dan Nindi masuk kekelas menghampiri Putri. Sosok Ricky telah raib, ditelan bumi hilang entah kemana. Meninggalkan tanda Tanya yang menggantung.
“ ada apa Put ? apa yang sedang kamu cari ? “ Tanya Sesil agak heran.
“ aku mencari Ricky, Sil ! tadi sebelum kalian berada di sini, dia ada. Kalian ada gak ngeliat dia pergi ? “ Tanya Putri.
“ Ricky ? siapa dia ? kita hanya bertiga dikelas ini, gak ada yang lain. “ jawab Sesil.
“ ye…….. kamu ini Put, ngelawak ya ? gak lucu deh,,,,, masih pagi tau ! “ celoteh Nindi.

Putri tak menghiraukan ocehan Nindi, Putri malah merasa bingung, heran dan terus berusaha mencari sosok Ricky yang misterius. Datang secara tiba tiba dan pergi tanpa di duga. Putri melangkahkan kaki keluar teras kelas dari kejauhan Putri melihat Ricky dan satu sosok cowok, mereka menoleh kearah Putri dengan memandang tanpa ekspresi. Tak ada tawa maupun air mata. Tatapan yang tak bisa dijelaskan. Perlahan sosok mereka pergi semakin menjauh menghilang di lorong lorong kelas.
“ hei ! “ sapa Nindi mengejutkan.
“ oh ya, kenapa ? “ Putri terkejut.
“ masuk yuk, ada sesuatu yang pengen aku sampein nih... “ menarik Putri yang di teras luar menuju kedalam kelas.
“ Put. “ dengan hati hati kini Nindi berkata. “ dua hari yang lalu, teman yang di bonceng oleh Putra meninggal setelah koma beberapa hari di rumah sakit akibat kecelakaan itu. “
“ apa ? “

Putri tak mengetahui tentang hal itu, yang Ia tahu hanyalah kekasihnya. Putri shock pada berita meninggalnya kekasihnya. Semenjak saat itu tak ada lagi yang Putri tahu, Putri hanya mengurung dirinya di kamar tanpa mengetahui lagi tentang dunia luar. Baru seminggu setelah kejadiaan itu Putri pun berhenti menyendiri dan hingga tiba saat ini baru Putri melangkahkan kaki kesekolah.
“ temannya itu sama seperti kamu Put, Ia punya kekasih. Dan seperti sama yang kamu rasa. “ sambung Nindi bercerita lagi.
“ aku gak tau tentang temannya itu Nindi, siapa namanya ? “ tanya Putri masih dalam berduka
“ seingat aku kiki gitu deh namanya… aku juga kurang tahu banyak sih, tapi ets….. tunggu bentar ! “ Nindi mengeluarkan hanphone dari saku bajunya lalu mengotak atik dan memperlihatkan sebuah foto dan menunjuk salah satu dari mereka yang ada didalam foto itu. “ ini dia “ telunjuk tangan Nindi menunjuk satu sosok yang ada didalam foto tersebut.
Oo..o…,, Putri sontak lagi lagi terkejut, hari yang aneh penuh dengan kejadian yang membingungkan dengan misteri teka teki penuh tanda Tanya. Foto yang di tunjuk oleh Nindi tak lain ialah Ricky yang baru beberapa waktu lalu hadir disini menemui Putri. Sosok yang misterius meninggalkan tanda Tanya di kepala Putri kini sudah terjawab siapa dia. Putri hanya menahan air mata yang seakan memang telah habis terkuras kering tak berair. Terang saja, hal ini yang membuat matanya sembab. Keadaan hening walau secara normal suasana saat itu telah riuh. Tanpa di sadari bel pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran pertma akan segera di mulai.
*****

“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put. Membuat aku tidak tenang meninggalkannya pergi jauh ! “
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu, Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.

Saat itu di mimpinya, Putri tengah berada di taman yang indah, tampak sebuah telaga dan ada sebuah kursi kecil di tepi telaga, tampak satu sosok cowok yang tak asing lagi bagi Putri. Putri sangat mengenalnya. Ya, itu adalah Putra kekasihnya. Putri pun berlari menghampiri Putra yang menyambut kedatangan Putri dengan sunyuman. “Sayang.... aku merindukan mu, aku kesepian tanpa kehadiran mu.” Sapa manja Putri sambil memeluk Putra.
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ? berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”

Dengan berat hati “ Putra, aku akan mencoba ! .” ucap Putri sambil berusaha menampakkan senyumannya.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.

Dari telaga itu, berlabuh sebuah kapal besar entah berasal dari mana. Tampak di atas kapal terlihat Ricky yang melambaikan tangan kearah Putri dan Putra.
“ sayang aku akan pergi, waktu ku telah menjemput ! ingat pesan ku.”
“ aku ingin ikut bersamamu Putra. Jangan tinggalkan aku,..” rengek Putri.
“ jangan sekarang sayang, percaya yakinkan aku di sana akan selalu menunggu mu.” Putra kecup kening Putri sebelum beranjak melangkah kan kaki kekapal.
“ sayang, biarkan aku tenang diatas sana tanpa kau usik dengan kesedihan mu karena aku. “ ucap Putra terakhir kalinya.
Kapalpun perlahan menjauh membawa Putra dan Ricky pergi, ada rasa enggan di hati namun Putra tak bisa berbuat apa apa terhadap keadaan. Ada tampak kesedihan diraut wajah putra. Sementara itu Putri dari pinggir telaga terus menerus memanggil manggil Putra “ jangan tinggalkan aku Putra…… jangan ……….! “ terus saja berteriak hingga Putri pun tersadar terbangun dari mimpinya itu. Tampak sepucuk surat telah tergeletak berada di sampingnya. Surat yang entah dari mana, Putri pun membuka untuk segera membacanya.
*****

Putri,,,,,
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..

Forever
Putra
****

Beberapa hari kemudian, Putri tak menampakkan raut wajah yang kusut seperti kaset kusut, murung tak menentu. Karena satu janji untuk mengenang cintanya. Tak ingin menampakan kesedihan itu lagi untuk Putra. Biarkan cerita ini mengendap dalam sebuah memori ingatan yang takkan terlupa menjadi sejarah kenangan indah bahwa dalam hidup Putri pernah ada Putra. “Senyum ini selalu ku persembahkan untuk mu… abdi ku yang terakhir atas cinta kita. Aku ingin kau tenang berada di alam sana.”ucap dalam hatinya tulus. Sambil menatap langit dan tersenyum Putri pun berkata lagi“ Putra, kau kado terindah yang pernah di titipkan Tuhan untuk ku” dari kejauhan di atas sana Putra membalas senyuman Putri.

Tamat

JALAN CINTAKU....!!!!


Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita masih kanak-kanak. Kita adalah sahabat, kita tlah seperti saudara, begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan nama Rama. Tak ada sedikitpun angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan cintanya, semua tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita tlah mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan yang didampingi dengan cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku bukan sebagai sahabat ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi, ku tak mau membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima permintaannya itu. Sejak saat itu, ada kebimbangan dalam hatiku, apakah ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau mengecewakan Rama, tapi di satu sisi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan salah seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada yang mengetahui, hanya aku dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku takut jikalau dia marah dan membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci kepadaku. Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak kita tak lagi satu sekolah, saat kita memilih sekolah yang berbeda, hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita tlah jauh. Saat itu ku akui, hatiku tlah berpaling, dan setelah ku mengetahui hatinya juga tlah berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.
‘’ mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa satu, sudah tak ada lagi kecocokan dalam hubungan kita, jadi lebih baik kita berhenti cukup sampai disini”


Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini. Sejak saat itu, aku menjalin hubungan dengan orang lain. Saat ini kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu terhadap hubungan ku dengan orang ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir berkata lain, Adrian meninggalkan aku dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak kusangka begitu pahit ini semua bagiku, tak kusangka dirinya tega khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk bangkit dari semua kenyataan pahit ini.
‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari pada aku “
Pesannya ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud. Selau ku coba melupakan dan menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit ini semakin terasa, disaat dia tak mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak pernah ia lakukan.

Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.
‘’ aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku tlah lewati hari dengan hati yang lain, tapi tak pernah ku rasakan sayang seperti dirimu’’

Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang seperti dulu.
‘’kita lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini hubungan seperti dulu, aku sayang kamu sebagai sahabat ku “

Tak pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau mengecewakannya, aku tak tahu. Yang aku tahu, aku melakukan semua ini demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia menyerah tuk meluluhkan hatiku, selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku. Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan selau buatku bahagia.
‘’ aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk menghapus kesalahan ku dimasa lalu, aku berjanji tak kan khianatimu, tak kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan sayangku buat kamu itu tulus’’

Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali tuk mencoba menjalin hubungan spesial dengan Rama.
‘’ ku coba mempercayaimu lagi, ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku mohon jangan sakiti dan khianati diriku ini’’
Tanggal 17 januari 2012, kita menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian dan kasih sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku. Tapi, masih ada kebimbangan dalam hatiku, aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apakah aku sayang sama dia?? Tiap dia bilang sayang kepadaku, ku selalu bilang ‘’ aku juga sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku mengatakan bahwa aku juga menyayanginya.

Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi masih saja ada sikap yang membuatku jengkel. Ingin selalu ku tegur tapi aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku Cuma ingin menjalin hubungan yang lebih lama dengannya. Walaupun ku coba hindari pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek kepadanya, dia selalu mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian lama ku jalani hari bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan kebersamaan kita selama ini.

Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini tanpa diiringi restu kedua orang tuaku. Sakit saat ku dengar ucapan mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir. Ku coba bicara hal ini pada Rama, tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia. Sekarang ku di hampiri kebimbangan, apa yang harus aku lakukan, menuruti kata orang tua, apakah memperhatakan hubungan ini. Sungguh, jadi kayak sinetron, hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas. Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.

Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja namanya Putra, karena kebetulan banget pacarnya Putra adalah temen dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya double date gitu deh. Seru juga double date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua, dia nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau, tapi dia maksa. Ya, okelah aku turutin. Dan tak lama kemudian aku rasakan ada sesuatu di leherku, ku buka mataku dan ternyata dia telah memasangkan kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’. Ku balas senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga sayang kamu ‘’.

Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,
‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”

Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.
‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’

Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.
‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’
‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’
‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’

Rama terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini ngeliat dia kayak gitu. Dia kemudian mengajukan pertanyaan kepadaku.
‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’
‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas
‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup kehilangan kamu ‘’

Rama menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak tega aku, rasanya tubuh ini makin lemas bahkan mau pingsan.
‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’
‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’
‘’ aku juga sayang kamu ‘’

Dia berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk sama pacar. Dan tak ku sangka air mata ini menetes begitu deras.
‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’

Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.
‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’

Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.
‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’
‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’
‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’
‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan mendapatkan restu’’
‘’ apa kamu yakin?’’
‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’

Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.
‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’

Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.
‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’
Semakin kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang. Rasanya aku tak ingin lepas dari pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari ini semuanya akan berakhir begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus berjalan dan belum berakhir.
Sejak saat itu, cerita ini semakin indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu menemani tawaku, dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat ku bersedih. Rasanya sayang ini semakin kuat.
Suatu hari saat meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk berangkat kesekolah esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia akan berangkat dengan Putra dan kami berencana berangkat agak siang dari pada biasanya.
Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku dan Isna berangkat, kami janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan baru Rama yang disana, Putra belum nongol ternyata. Rama mengajakku berangkat lebih dulu karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau ditinggal sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra nongol juga, kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang sama. Kami memang berbeda-beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna nantinya akan bertemu di depan gerbang sekolah.

Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku melayang tinggi. Dia berkata padaku
‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah, pengen banget “
‘’aku juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan pulang bareng,tapi apalah daya itu mustahil terjadi’’

Kami terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat sampai di depan sekolahku, ku tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan ternyata ia belum datang.
‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’
‘’ aku nunggu Isna ‘’
‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’
‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’
‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’
‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’

Aku duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang, dan aku mengajaknya nungguin Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya gerbangpun ditutup, dan ada salah seorang temanku yang baru datang.
‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku
‘’ nunggu Isna, dia belum datang”
‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget
‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’
Aku dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya dia datang juga. Dia datang dengan senyum yang lebar tanpa merasa bersalah karena tela membuat kami menunggu. Saat kami akan masuk, pak satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan pintu gerbang. Beliau menyuruh kami menunggu anak-anak yang lain, mungkin ada yang telat lagi. Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu, kami harus berbaris dengan rapi, dan kamipun dimarahin oleh pak satpam, bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama ketua osis. Wow, kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam dan ketua osis, kami harus berlari keliling lapangan, padahal lagi ada pertandingan futsal. Sumpah, malu banget deh, diketawain dan dilihat sama anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai kantung kresek.
Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak apa-apalah harus dapat omelan yang penting bisa bareng sama mas pacar. Heheehehe

Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil banget deh kejadian ini, mungkin akan selalu teringat dan nggak terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu menjemput Isna, dan kami menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang menjemputku. Kami pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang melewati jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau cepat-cepat berlalu, kapan lagi coba bisa kayak gini. Ada yang lucu sih dari hubungan aku dan Rama, lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar pasti yang satunya juga bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia. Kalau lagi berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,. Tapi kalau lagi baikan dan nggak ada masalah sama pacar, kita pasti ngobrol terus, becanda terus. Kalau di fikir-fikir emang lucu sih, sedih bareng seneng bareng.
Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa, aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia uda nggak perhatian lagi sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya memang bulan puasa ini menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih bareng dan sholat shubuh di mushola bareng.

Suatu malam selepas sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua orang tuaku masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu apa, lalu Rama berkata padaku “ aku sungguh menyayangimu ‘’. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat aku balas ucapannya itu, tiba-tiba ia memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari manisku.
“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap Rama dengan tatapan mata yang sendu
‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “
Ia memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia benar-benar menyayangi aku. Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak kan ada nantinya yang memisahkan aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan yang terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.

Beberapa hari setelah itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh Rama putus, dan ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada ketakutan, ku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?? Lalu, ku coba mengatakan kepada Rama bahwa kalung pemberiannya itu putus.
‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama
‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”
‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “
‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’
‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “
Untung saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku dari Rama tak pernah ada yang tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini. Mulai dari boneka yang ia berikan saat rekreasi waktu SMP dulu uda ada bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah , dan kalungpun putus. Aneh memang dan sempat terfikir dibenakku, apakah ini pertanda bahwa hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami ditakdirkan tidak untuk bersama. Tapi, selalu ku coba singkirkan jauh-jauh fikiran buruk itu.

Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,
‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “
‘’ aneh bagaimana?”
‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “
‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “
‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “
‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “
Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah padanya, dan mungkin ia juga marah padaku.
Keesokan harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia mengirimi aku pesan atau menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi hingga malam tak satupun pesan ku terima darinya, semakin jengkel ku rasa, dan kemarahanku semakin besar padanya.

Hari berikutnya, tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan menghubungi aku. Tapi, hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku, aku rasanya sudah tak tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan
‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda nggak punya pacar ?’’
‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep kalau nggak punya pacar “
‘’ lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin aku dan sekarang ini aku kalau nggak ngirim pesan, pasti kamu juga nggak akan ngirimi aku pesan kan??”
‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “
‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “

Dan pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel aku tak membalas pesan darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku ingin sekali membuka jejaring sosial (fb). Saat itu ku terima pesan, dan anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya di pesan itu ia bertanya
‘’ ini pacarnya Rama?”
‘’iya”
‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’
‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’
‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?
‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’
‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’

Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.
‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’
‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak ada kata-kata putus tuh !!”
‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’
‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’
‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’
‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “
‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’
‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’

Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku masih mencoba untuk tetap tenang.
‘’apa,? nggak mungkin “
‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “
‘’ kalian uda pacaran?’’
‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar aku kak !!
‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’

Beberapa saat kemudian
‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “
‘’oh, gitu ya..!!’’
‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’
Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus dari Febri.

Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.
‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’
‘’ terserah “
‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “
‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’
‘’kalau iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain sebelum kita putus, masa’ aku nggak bisa dengan cowo’ lain, padahal kita uda resmi putus !!
‘’ terserah apa kata kamu aja “
‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “
Dalam pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi sebenarnya hatiku ini hancur banget dengan semua kejadian ini, sakit banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak, pengen marah, tapi rasanya aku nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi putus dan hubungan sudah benar-benar berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan Febri, 7 bulan kurang 4 hari hubungan ini berjalan dengan sia-sia, sad ending.

Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.
‘’ aku uda putus sama Rama “
‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”
‘’uda lah, nggak apa-apa “
‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal lebih dulu,”
‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’
‘’ ma’afkan aku ya !!’’
‘’ya, moga kalian langgeng!!”
‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “
Sumpah, aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang “ semoga kalian langgeng”, muna banget tuh anak, awalnya bilang mau putus sama Rama, tpi akhirnya malah bilang amin. Rasanya pengen aku mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak belur.
Sempat aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia menghindar dan menolak, aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang kalau dia lagi sibuk, tapi menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat marah atau maki-maki tuh anak, aku kan Cuma pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka langsung kan lebih enak dari pada Cuma lewat handphone.

Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.
‘’ tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai dia, seperti aku menyayangi dan mencintai dia, aku titip dia ke kamu, aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka. Semoga kalian bahagia selalu “

Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela untuk melepas begitu saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua sebuah kenyataan yang harus aku hadapi, air mata ini semakin deras mengalir saat ku kumpulkan semua barang pemberianmnya. Firasatku ternyata benar, bahwa hubungan ini kan berakhir, dengan semua pertanda yang ada selama ini.
“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam diriku, dia yang telah ku percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah beriku mimpi, dia yang temani tawaku, dia yang hilangkan dukaku. Tapi, kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta yang baru, cinta yang baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi lagi, apa salahku, apa kurangku hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku mengingat semua kenangan antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari dendam, berikan hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi semua ini. Ku serahkan semua ini padamu ya allah, ku tahu ini semua rencanamu, ku tahu ini semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan kami, dan engkau pula yang pisahkan kami ya allah”
Sebait curahan hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan, dengan semua air mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih mencoba untuk tegar, karena ku percaya dan aku pasti bisa hadapi semua ini.

Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering, dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku buka ternyata itu pesan dari Rama.
‘’ andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi itu sungguh mustahil, tak mungkin aku bisa memutar kembali waktu meski hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau pergi tinggalkan aku. Kini kita tlah berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani semua ini dengan baik.”
Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan tetap tegar, aku tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.

Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam kehidupanku ini, aku coba move on, move on dan move on. Ku coba cari kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia. Kini entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah suatu saat aku bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan sakit ini karena dia. Dan mungkin kelak ku bisa temukan yang lebih dari dia, tak aku mengerti, karena semua itu menjadi rahasia Tuhan dan ku coba siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki dan matiku hanya Allah yang tahu.

TRUE LOVE


Cinta sejati. Apakah kalian percaya akan itu? Akan "Cinta Sejati" yang konon katanya dimiliki oleh semua orang? Cinta yang katanya sangat indah dan menyenangkan? Mitos cinta sejati yang terus menerus melolong dihatiku.
***

Kupandangi bingkai biru di tepi tempat tidurku. Aku tersenyum menatap benda yang ada didalam bingkai itu.

Bukan sebuah foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh. Kertas catatan PKN yang aku robek dari buku miliknya 2 tahun lalu saat perpisahan SMP. Dia sama sekali tidak tahu aku merobek buku catatanya. Bahkan, mungkin dia tidak mengenalku. Aku hanya satu dari ratusan penggemarnya di sekolah.

Dia bukan artis. Dia adalah siswa tampan dan cerdas di sekolahku. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga. Sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjukkan diri bahwa aku menyukainya. Terbukti. Aku tidak pernah menyapa ataupun menegurnya. Aku menyukainya lewat diam.

Bahkan, robekan catatan PKN itu aku ambil diam- diam untuk kenang- kenanganku karena aku tahu dia akan melanjutkan study ke L.A.

Aku kembali tersenyum manis saat melihat robekan catatan itu. Orang bilang, apapun itu, jika memang jodoh, maka dia akan kembali lagi dan lagi. Dan aku percaya dia akan kembali kulihat.

Aku mengeluarkan kertas itu dari bingkainya. Kupeluk- peluk dan kubelai. Ku ajak tertawa dan tersenyum.

Gila. Konyol memang. Setelah puas dengan kegiatanku itu, aku meletakkan kertas itu di atas meja belajarku. Dan...
Syuuuut...
Angin bertiup menerbangkan kertas kenangan itu keluar jendela dan jatuh dipekarangan. Dengan sigap aku keluar rumah dan mengejar kertas itu. Itu adalah satu- satunya milikku yang mampu membuatku mengingatnya.

Saat aku hampir mendapatkanya, angin kembali meniupnya menjauhiku. Argh! Angin ini! Batinku kesal.

Aku kembali mengejar kertas itu. Dan saat aku hampir mendapatkannya kembali...
"Argh!! Sial banget sih?! Malah keinjek lagi!" seruku kesal saat tahu kertas itu di injak seseorang. Orang itu mengambil kertas yang ada di injakannya itu. Aku masih menatap jalanan berdebu dengan kesal.
"Jadi, daritadi kamu ngejar kertas ini ya?" ucap orang itu. Suara bariton yang ku kenal. Ku tengadahkan kepalaku menatap wajah dari si pemilik suara.

DEG!!!
Di... Diakan? Diakan pemilik kertas itu sebenarnya? Vigo. Cowok tampan, keren dan pintar itu... Bagaimana bisa?
"Ma... af. Aku ngerobek kertas itu...."
"gapapa kok Dina. Beneran deh gapapa. Karena, aku juga udah foto kamu diam- diam waktu itu." akunya padaku. Dia... Tau namaku?
"foto?! Diem- diem?"
"Lebih baik, kita nostalgianya ditaman aja deh." ucapnya sambil menarik tanganku ke taman.
***

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Fotoku ada dalam dompet Vigo?
"Aku dulu suka banget sama kamu Dina. Karena, kamu itu satu- satunya cewek yang gak pernah negur aku. Kamu cuek dan aku suka itu." ucapnya sambil tersenyum.
"Dulu, aku berharap bisa kenal dan pacaran sama kamu. Tapi, dekat kamu aja aku udah gemetaran, apalagi ngobrol sama kamu..." ucap Vigo lagi. Lalu dia menatap robekan kertas itu.
"Aku tau kok, kamu ngerobek kertas ini. Cuma aku pura- pura gatau aja. Aku seneng banget waktu kamu robek kertas ini. Karena itu artinya, kamu juga suka sama aku. Iyakan?" ucapnya yang membuatku tersipu malu.
"Ikh... Kok diem aja?" ujarnya sambil mencubit pipiku pelan.
"aku bingung mau ngomong apa..."
"Kamu percaya mitos True Love gak?"
"True Love? Emang ada?" tanyaku.
"mulanya, aku juga gak percaya. Tapi malem ini aku percaya. True Love aku udah aku temuin lagi. Aku suka kamu." ucapnya sambil natap bintang.
"udah jam 12 belom?" tanyanya.
"udah. Udah jam 12 tepat."
"Happy Birthday Dina :). Will you be My True Love?"

Apakah dia menyatakan perasaannya. Tanpa sadar, aku mengucapkan
"yes. I will."
***

Percaya atau tidak, itulah faktanya. True love akan datang. Sejauh dan sesulit apapun, Cinta Sejati akan mencari jalan lagi dan lagi untuk kita temukan. :)

SAMPAI KETEMU LAGI CINTA PERTAMAKU


Suatu pagi
“Fadli, ayo cepat bangun, ini kan hari pertama kamu masuk sekolah”. Itulah suara ibuku, yang setiap pagi menggelegarkan seisi rumah dengan teriakan untuk membangunkan anak-anaknya. aku pun terbangun dengan hadset yang masih terpasang di telingaku, akibat semalam gak bisa tidur dan harus nmendengarkan musik untuk membantuku terlelap.

Oia, kenalkan aku Fadli, aku baru ingat kalau hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah di bangku SMA. Aku pun teringat dua minggu kemarin saat melihat namaku tidak ada dalam daftar siswa yang lulus dalam ujian masuk SMA Negeri. Karena ketidak lulusanku itu, akhirnya aku terpaksa masuk sekolah swasta. Itu pun berkat bantuan tante aku yang memang mengajar disekolah tersebut.
 
Sampai Ketemu Lagi Cinta Pertamaku
Setelah mandi, sarapan dan mendengar sedikit kultum dari ibuku tersayang, akupun bergegas mengeluarkan motorku yang masih di dalam rumah. Sembari memanaskan mesin motorku, aku berpamitan dengan mencium tangan ibu (hal yang selalu kulakukan sebelum berangkat dari rumah).

Setibanya disekolah, aku memarkir motorku dan membenahi tas dan pakaianku yang agak kusut kemudian menuju kelas. Dalam perjalanan dari parkiran ke kelas, mataku tertuju pada sesosok wanita yang sangat manis, yang berjalan ke arahku bersama dua orang temannya. Pandanganku tak lepas dari wanita itu, sehingga aku tidak memperhatikan jalan di depanku, yang aku perhatikan hanya wajah dan senyuman yang membuat pagi ini terasa sejuk dan nyaman. Saat berpapasan aku melemparkan senyum terindahku dengan harapan dia pun membalas dengan senyum. Tapi ternyata dia melewatiku begitu saja. Tapi aku belum menyerah, pandanganku masih mengikuti langkahnya. Suatu keajaiban terjadi, dia berbalik dan membalas senyumku. Roh ini seakan mau kabur dari raganya, terbang keangkasa dan mengatakan pada setiap orang “AKU JATUH CINTA”

Sesampainya dikelas ku lihat kelas sudah rane dengan siswa siswi yang saling berbincang untuk saling kenal satu sama lain.
“hey, di sini masih kosong”, terdengar suara seorang cowo, akupun menoleh kesamping, sambil melambaikan tangan dan tersenyum dia menunjuk kearah bangku kosong yang berada disampingnya. Aku menuju kearahnya dan langsung duduk disampingnya.
“kenalin, guw Armin” kudengar lagi suara yang tadi menyapaku, sambil menyodorkan tangannya dia pun tersenyum
“guw Fadli” aku pun menyambut tangannya
Perbincangan ringan pun terjadi di antara kami berdua. Dari perkenalan dan perbincangan itulah Armin telah menjadi sahabat sekaligus teman terdekatku di sekolah yang baru.

Setahun berlalu
Aku dan sahabatku Armin sudah duduk di bangku kelas XI. Sebenarnya, selain sahabat, Armin juga adalah rival terberatku dikelas, terbukti dengan perolehan peringkat satu dan dua hanya kami berdua yang saling bergantian memperolehnya di kelas.
“Fad, Murni tuh” ucap Armin sambil menolehkan kepalaku yang sedang membaca buku di depan kelas kearah lapangan. Ku lihat sosok wanita yang ku idolakan sejak aku masuk sekolah ini. Sudah setahun aku hanya bisa melihat dan mengaguminya dari kejauhan, namanya pun aku tau karena mendengar teman-temannya.
“ehh, jangan kencang-kencang lu sebutin namanya, entar orang lain dengar!” sahutku sambil menutup mulutnya dengan buku yang ku pegang.

Hanya Armin yang tau perasaanku terhadap Murni.
“Fad, udah setahun lebih perasaan lu ke Murni lu pendam, gak ada salahnya lu ngungkapin perasaan lu sekarang, toh dia belum punya pacar” menasehatiku dengan wajah yang serius
“guw belum cukup berani Min buat ngungkapin perasaan guw”
“pasti karena dia kakak kelas kan ?” Tanya Armin. Sebenarnya dia tau itu alasan utama kenapa aku gak berani ngungkapin perasaanku ke Murni

Aku tertunduk diam seribu bahasa, karena kartu as ku sudah berada ditangannya. Semua tentang Murni aku cerita padanya.
“sudahlah Fad, sekarang udah gak zaman takut mengatakan cinta karena kakak kelas ataupun adik kelas. Cinta itu tidak mengenal usia bahkan status” Armin menasehatiku dengan gayanya yang sok melankolis, padahal dia pun belum punya pacar.
“iya Min!” aku hanya bisa mengangguk untuk membuat sahabatku itu yakin.
“plaaaakkkk” dia memukul bahuku dan meninggalkanku sendiri di depan kelas. Aku mengartikan pukulan itu sebagai penyemangat dari sahabat dan sekaligus kekecewaan karena aku terlalu takut mengungkapkan perasaanku.

Setelah ujian tengah semester berakhir. Aku terangkat menjadi ketua osis dan Armin yang menjadi wakilnya. Bisa dibilang kolaborasi yang sangat kuat, mungkin karena guru-guru sudah kenal dan tau kemampuan kami.
Menjadi ketua osis menjadikan aku popular di sekolah, dari adik sampai kakak kelas tidak lagi memanggilku Fadli tapi memanggilku dengan sebutam ketos (ketua osis).

“Fad, ini daftar pengurus osis yang baru” Armin meletakkan sehelai kertas diatas buku yang sedang asyik aku baca. Akupun melihat kertas itu sambil memperhatikan nama demi nama yang nantinya akan bekerja sama denganku. Aku terteguk diam saat ku lihat yang menjadi bendahara osis adalah wanita yang selama satu setengah tahun ini aku kagumi.
“Min, ini gak salah?” tanyaku
“apanya yang salah?” Armin mengembalikan pertanyaanku
“ini bener, Murni yang jadi bendahara osis?” tanyaku kembali
“iya, emang kenapa?” bertanya lagi
“kok lu gak bilang dulu sama guw?” pertanyaan ke tiga dariku
“kan waktu rapat pemilihan pengurus osis lu gak bisa hadir karena ada pertandingan basket, lu juga bilang terserah guw aja milih pengurusnya. Nah, yang guw pilih ya itu semua dikertas yang lu pegang itu, jadi jangan salahin guw” membela diri, dengan sedikit ngotot.

Aku tau dia sengaja memposisikan Murni sebagai bendahara agar aku bisa dekat dengannya. Tapi biarlah, inilah sahabatku Armin yang selalu memberiku jalan agar dekat dengan wanita pujaanku, hanya saja aku yang masih terlalu takut untuk berkata jujur dan masih selalu melawan perasaan ini.
“aku janji tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, sudah cukup lama aku mengalah dengan perasaan takut” ucapku dalam hati sambil tersenyum
“ehh, kenapa lu senyum-senyum sendiri, otak lu udah sengklek ya?” Tanya Armin kepadaku, tanpa curiga.
“ng…ng…gak kenapa-kenapa!” jawabku, sedikit kaget
“ya udah, guw ke kelas duluan ya, mau ngerjain tugas” kata Armin sambil berjalan keluar ruang osis
“tok tok tok, permisi?” terdengar suara yang tidak asing dikupingku yang sekaligus menyadarkanku dari lamunan
“silahkan masuk” jawabku sambil melihat kearah pintu

Dari balik pintu muncul seorang wanita yang sangat aku kenal wajahnya.
“Murni?” ucapku dalam hati, dengan jantung yang berdetak tidak karuan seperti ingin lompat dari tempatnya.
“kamu Fadli kan, ketua osis baru disekolah ini?” dia bertanya sambil tersenyum, mengingatkanku dengan senyuman dia satu setengah tahun lalu yang sampai sekarang masih sama
“i…i… iya betul” jawabku dengan terbata-bata karena gugup yang sangat luar biasa
“tadi aku ketemu Armin, katanya, aku dipanggil sama ketua osis, karena ada yang mau di bicarakan, makanya aku ke sini” sedikit bingung
“Armin, awas lu” teriakku dalam hati
“kalau boleh tau, ada apa kamu manggil aku?” Tanya Murni penasaran
“oia, betul aku memang meminta Armin untuk memanggil kamu ke sini” jawabku, dengan perasaan yang masih gugup, sembari mempersilahkannya duduk

Kami pun duduk berhadapan dengan meja sebagai pembatasnya.
“ya Tuhan, jantungku seakan mau copot, kuatkan aku, kuatkan aku Tuhan” berdoa dalam hati
Baru kali ini aku berhadapan langsung dan sangat dekat dengan wajahnya. Ternyata dia sangat cantik dengan rambut hitam tebal sebahu, mata yang sedikit agak bulat berhias bulu mata yang lentik ditambah lagi dengan alis tebal menambah keindahan di daerah matanya, wajah yang oriental dengan lesung pipit yang sangat manis bila tersenyum semakin membuat ku jatuh cinta, kulit kuning langsat menambah perpaduan yang hampir sempurna dari seorang wanita. Inilah cinta pertamaku

Lima menit aku mengagumi dirinya yang hanya bisa kuucapkan dalam hati
“Fad?” Murni menyapaku, sementara aku masih larut dalam lamunanku yang indah
“Fadli, kamu gapapa kan?” Tanya Murni kepadaku
“haa, gapapa!” jawabku, tersadar dari lamunanku
“terus kamu mau ngomong apa sama aku?” Murni kembali bertanya
“gini ka” omonganku terputus
“panggil Murni aja, biar lebih akrab” memotong omonganku, sambil tersenyum yang membuat kaki ku kembali menjadi kaku
“o..o..oke, jadi gini ka, ehh maksud aku Murni, kamu kan sebagai bendahara osis yang mungkin hampir seluruh dana buat keperluan kegiatan osis kamu yang pegang, jadi maksud aku, aku mau minta nomor kamu, biar nanti aku gampang kontek kalau misalkan ada keperluan mendadak” “alibi yang kuno” kataku dalam hati, sambil tersenyum paksa
“oo, kirain ada apa” Murni mengambil kertas dan menulis sesuatu “nih nomor aku, save ya”
“oke, makasih ya Murni” sautku
“sama-sama Fad” jawabnya, sambil beranjak dari hadapanku
“oia, kalau ada apa-apa sms aja” Murni berbalik kearahku sambil tersenyum
Aku cuman manganggukkan kepalaku sebagai tanda mengiyakan sembari membalas senyumnya yang sesaat hilang di balik pintu.

Dua bulan berlalu sejak Murni memberikan nomor handphonenya. Aku dan Murni telah menjadi sepasang kekasih dan berita itu menjadi good news disekolah. Banyak yang kecewa dan banyak juga yang senang. Murni adalah primadona disekolah, banyak pria yang ngantri untuk mendapatkan cintanya tapi diantara mereka aku yang beruntung, hahaha. Aku nembak Murni dihari ulang tahunku dan dia pun langsung menerima karena ternyata dia juga sudah lama menunggu pernyataan cinta dariku.

Hari-hari kami lalui dengan bahagia, Murni memang sosok wanita yang aku idam-idamkan selama ini. Cantik, baik, pengertian, perhatian dan bisa mengambil hati keluargaku. Tapi dia selalu marah kalau aku gak ngucapin I LOVE YOU setiap pagi. Dia selalu menemaniku pada saat latihan atau saat pertandingan basket untuk mensupport aku, bahkan pada saat dia ujian nasional pun malam harinya dia masih datang untuk menyaksikan pertandinganku.

Enam bulan kemudian
Ayahku dipindah tugaskan ke jawa barat, tadinya aku tidak terlalu khawatir dengan kabar itu tapi ayah dan ibuku megambil keputusan kalau kita semua harus ikut pindah. Aku tersentak kaget mendengar keputusan itu, difikiranku langsung terlintas tentang kekasihku Murni, apa dia bisa menerima semua ini? apa dia rela aku pergi? Aku tidak mau melihat dia meneteskan air mata karena mendengar kabar kepindahanku.

Minggu depan aku dan keluarga harus berangkat ke jawa barat untuk menyusul ayah yang sudah lebih dulu berada disana. Aku hanya punya waktu seminggu untuk memberi pengertian kepada Murni. Aku mengirimkan pesan singkat
“princes, nanti sore aku tunggu di taman ya, aku mau ngomong sesuatu” isi smsku, princes adalah panggilan sayang.dariku
“oke sayang, aku juga pengen ketemu kamu, udah kangen, hehehe” balasan darinya
Membaca sms darinya aku jadi gak kuat untuk mengatakan perihal kepindahanku nanti. Aku tau dia wanita yang gampang ngeluarin air mata, makanya selama enam bulan bersama dia aku selalu menjaga perasaannya dan tidak pernah membuat dia menangis.

Pukul empat sore aku sudah berada ditaman
“udah lama yah nunggunya?” tanya Murni yang memelukku dari belakang, itu memang kebiasaan dia
“belum lama, aku juga baru nyampe kok” jawabku
“kamu mau ngomong apa?” tanya Murni
“aku mau pindah ke jawa barat” jawabku to the poin dengan wajah tertunduk
“hahaha, kamu jangan bercanda deh” Murni tertawa pelan
“aku serius princes” aku mengangkat kepalaku dan memandang wajah Murni
“kenapa harus pindah?” tanya Murni dengan memegang tanganku erat dan kulihat matanya sudah mulai berkaca-kaca
“ayahku di pindah tugaskan ke jawa barat dan aku sekeluarga harus ikut” aku beranjak dari tempat dudukku
“terus aku gimana?” Murni berdiri dan memelukku, air matanya mulai membasahi kaos biru yang ku pakai. Ini kali pertama aku membuatnya menangis
“aku juga bingung, disatu sisi aku harus ikut dengan keluargaku dan disisi lain aku gak mau ninggalin kamu” pelukanku semakin erat dan tanpa sadar air mataku pun menetes
“aku gak mau kehilangan kamu, gak mau jauh dari kamu, aku mau ikut kemanapun kamu pergi”
“princes, kamu pikir aku sanggup kehilangan kamu? Gak princes”
“terus kenapa kamu harus pergi dengan cara seperti ini?” kaos ku semakin basah karena air mata Murni yang semakin deras
“keadaan yang membuat kita harus terpisah, lihat aku princes” aku melepas pelukan Murni dan memandang wajahnya yang merah dipenuhi air mata, sesuatu yang tak pernah ingin aku lihat sejak awal bersamanya. “aku janji aku akan kembali untuk kamu, aku gak akan ngelupain kamu, kamu akan selalu ada di hati aku, karena kamu cinta pertamaku dan aku mau kamu juga yang menjadi cinta terakhirku, aku janji aku akan kembali ketempat ini empat tahun dari sekarang dengan tanggal dan jam yang sama dan saat aku kembali kesini aku mau melihat kamu juga berada disini” kata-kata terkhirku untuk Murni

Aku segera meninggalkan Murni menuju motorku, dari kejauhan kulihat dia terduduk dan masih menangis. Aku sebenarnya gak sanggup melihat Murni seperti itu tapi ini keputusan yang harus kuambil.
“selamat tinggal princes sampai ketemu lagi empat tahun mendatang di tempat ini” ucapan terakhirku dalam hati

TAMAT

Taman Kecil


TAMAN KECIL
Karya Gufran Algifari

Sejak kecil aku dibesarkan oleh kakek dan nenek. Kedua orangtua bercerai dan meninggalkan aku bersama kakek dan nenekku. Kedua orangtuaku itu kini telah memiliki keluarga baru masing-masing. Ibu menikah dengan seorang lelaki kaya dan memiliki dua orang anak dan hidup ibu sungguh bahagia tanpa mengingatku lagi. Sedangkan Ayah, Ayah kini menikah dengan seorang janda yang juga kaya raya dan tinggal bersama ketiga anak tirinya dan sama seperti Ibu, Ayah tidak mengingatku lagi.

Kini aku bersekolah di salah satu sekolah menengah atas negeri di tempat aku tinggal. Alhamdulillah aku mendapatkan beasiswa berprestasi untuk sekolah di sana dan ada orang yang mau membiayai keperluan sekolahku seperti buku, baju, tas, sepatu, dan kebutuhan sekolah lainnya. Namun, itu hanya untuk biaya sekolah. Aku hidup dengan usahaku sendiri, aku menjual hasil kebun kakek ke pasar dan menjajakan kue hasil tangan nenek yang rasanya enak.

Taman Kecil
Tidak setiap hari aku menjual hasil kebun dan menjajakan kue. Kalau kebun kakek hanya bisa menghasilkan hasil kebun hanya dua kali selama tiga bulan. Sedangkan nenek, nenek tidak bisa setiap hari membuat kue karena bahan baku untuk membuat kuenya mahal.
“Kek, Nek, ini hasil jualannya,” kataku memberikannya kepada nenek.
“Iya nak, sana pergi makan kamu pasti lapar,” kata nenek.
“Iya Nek, kalau gitu Beni makan dulu yah?” kataku sambil meninggalkan kakek dan nenek.
“Makan yang banyak yah?” sahut nenek dari depan.
“Iya nek,” jawabku.
***

Keesokan harinya aku seperti biasa ke sekolah dan Alhamdulillah tadi subuh nenek buat kue untuk aku jajakan di sekolah. Sesampai di sekolah seperti biasa juga, aku di olok-olok sama teman-temanku yang memang terlahir di keluarga yang kaya dan bahagia.
“Hei, lihat si Beni sang penjual kue,” teriak Jihan sambil menunjuk ke arahku. Seketika semua orang di dekat Jihan dan sekitar aku menertawaiku. Namun, Nabilah yang juga termasuk orang kaya sangat berbeda dengan mereka ia tidak menyukai kalau ada orang yang dihina kayak aku.
“Kalian kenapa sih? Emang kalian tidak kasihan apa, lihat Beni mencari uang untuk menyambung hidupunya!” bentak Nabilah.
“Kamu tuh yang kenapa, kenapa kamu bela dia Nabilah? Kamu naksir yah?” tanya Jihan spontan.
“Aku nggak naksir dia, aku cuma kasihan lihat dia yang setiap hari kalian tertawai, apa kalian tidak malu apa. Dia menjual kue untuk kakek dan neneknya. Sedangkan kalian dan juga aku hidup senang dengan uang hasil jeri payah orang tua, beda dengan Beni,” jawab Nabilah.

Jihan dan teman-temannya hanya terdiam menunduk mendengar penjelasan Nabilah.
“Beni, ayo pergi tinggalin mereka,” ajak Nabilah.
“Iya Nab,” jawabku sambil mengikuti Nabilah dari belakang.
“Nanti kalau kamu di kasih gitu lagi, langsung tinggalin mereka jangan berdiri tegak di depan mereka,” katanya Nabilah dengan sisi yang lebih lembut.
“Gak apa Nab, aku udah hampir tiap hari kok di gituin,” jawabku
“Biasa sih biasa tapi jangan di biasain donk, emang kamu gak sakit hati apa di gituin?” tanya Nabilah berhenti di depan kelas.
“Kan kenyataan gitu, aku hanya seorang penjual kue beda dengan kalian,” jawabku singkat.
“Iya sih, tapi aku kasihan liat kamu di giniin,” kata Nabilah.
“Aku masuk dulu yah? Mau taruh tas dan membawa kue ini ke kantin,” kataku.
“Ok, aku juga boleh ikutkan ke kantin?” tanyanya.
“Iya boleh,” jawabku sambil berjalan menuju kursiku begitu juga Nabilah yang sekelas dengan aku.

Sepulang sekolah, aku langsung ke kantin dan mengambil hasil penjualan kue nenek terjual dengan upah Rp. 67.000 yang sudah cukup banyak di kehidupan aku, kakek, dan nenek. Di perjalanan pulang mobil putih berhenti di samping dan ternyata itu Nabilah.
“Ben, naik gih aku antarin kamu ke rumah, yah silahturahmi juga ama nenek dan kakek kamu,” kata Nabilah.
“Kagak usah Nab, biar aku jalan saja nanti mobil kamu kotor karena sepatuku yang penuh kotoran,” jawabku menolak.
“Kan ada jasa cuci mobil jadi kagak usah takut kotor,” sambil turun dari mobilnya lalu menarikku masuk ke mobil.
“Kagak usah Nab, aku jalan aja,” kataku menolak.
“Kalau kamu gak mau pulang bareng aku, aku ngambek!” kata Nabilah.
“Baiklah aku terima tawaranmu,” jawabku.

Sekitar lima belas menit perjalanan akhirnya kami sampai di sekitar tempat tinggal aku yang kumuh.
“Rumah kamu di mana Ben, kok gak ketemu-ketemu?” tanya Nabilah.
“Turun di sini aja Nab, rumah aku di gang kecil itu,” jawabku sambil turun dari mobil.
“Yakin di sini aja? Kan masih jauh, perlu aku anterin?” pinta Nabilah.
“Emang mau ikut? Nanti sepatu kamu kotor lagi, kagak usah deh,” jawabku.

Nabilah langsung turun dari mobilnya dan memberi tahu sopirnya agar menunggu sebentar. Ku perhatikan Nabilah tidak ada rasa jijik berjalan di gangku yang sempit dan bau ini. Dia hanya tersenyum ke arahku dan sesekali berteriak karena ada kecoak yang lewat di dekatnya. Sesampai di depan rumah, Nabilah terdiam.
“Kamu kenapa Nab?” tanyaku.
“Gak kok, ayo masuk!” ajaknya.

Kami pun masuk dan di sambut oleh kakek dan nenekku.
“Dia siapa Beni?” tanya kakek.
“Namanya Nabilah kek, dia teman sekolah aku,” jawabku
“Kenalin Kek, Nek, aku Nabilah,” sahut Nabilah memperkenalkan diri.

Tak lama kemudian Nabilah berpamitan pulang karena sopirnya sudah datang menjemput Nabilah.
***

Aku sangat bersyukur bisa mempunyai teman seperti Nabilah. Bisa mengerti keadaan yang aku alami, dia seperti taman kecil yang tak memilih-milih teman. Aku sebagai bunga liar diizin untuk hidup di taman kecilnya. Rasanya hidup begitu mudah untuk ku lalui.
Mungkin susah mencari orang seperti Nabilah untuk kedua kalinya, maka dari itu aku takkan pernah mengecawakannya.
“Upz, maaf yah udah ngejatuhi kue mu?” kata Farel dengan muka sombongnya.
“Iya gak apa-apa,” jawabku.
“Kamu mau, aku ganti berapa kuenya, ini ada sedikit uang,” mengeluarkan uang puluhan ribu yang diberi oleh orang tuanya.
“Kamu sebaiknya menabung uang itu, aku masih bisa cari uang sendiri,” jawabku.
“Oh, sombong yah?” katanya sambil mendorong pundakku.
“Aku tidak sombong, aku nyadar diri kok,” kataku meninggalkan Farel.

Sesampai di kantin aku langsung menitipkan kue nenek lalu ku berjalan ke kelas. Perjalanan ke kelas aku berpapasan dengan Nabilah jadi kami berjalan bersama menuju kelas.
Tadi bukannya masalah sudah selesai tapi Farel memperkeruh masalah dengan menaruh paku di tempat aku duduk, “Sial,” tapi aku tidak membalas itu dengan keburukan tapi aku membalasnya dengan mendapatkan nilai ulangan yang cukup baik, sedangkan dia di bawah rata-rata. Mungkin Farel merasa malu sendiri.
***

Keesokan harinya, semua begitu berubah. Entah apa yang sedang terjadi atau ini sebuah mukhjizat-Nya. Semua teman yang menghinaku, kini balik member pujian untuk diriku. Entah ada apa aku masih tidak mengerti dengan apa yang di atur oleh-Nya.
“Hei Ben,” sapa Farel.
“Hai,” sapaku balik.

Aku terus berjalan, senyuman demi senyuman pun terbentuk dari lekukang bibir siswa di sekolah. Aku tambah penasaran apa yang sebetulnya terjadi.
“Hai Beni, selamat yah?” kata Nabilah.
“Untuk apa?” tanyaku keheranan.
“Ah, jangan pura-pura gak tau,” ledek Nabilah.
“Kamu berhasil mempermalukan Farel yang super duber sombong itu,” katanya.
“Dengan sebuah Nilai Nab?” tanyaku.
“Iya, hanya sebuah nilai, itu bukti kalau orang yang baik akan mendapatkan kebaikan,” jawabnya.
“Tapi?” tanyaku lagi.
“Udah baikan? Masih sakit?” tanyanya.
“Alhamdulillah, udah enggak,” jawabku.

Kini semua rata, semua adalah taman kecilku, mereka yang menerima aku apa adanya. Dengan kenyataan hidup yang pahit, aku mampu membuatnya manis karena berteman dengan mereka yang tak lagi menghina dan mencelahku. (TAMAT)