Selasa, 27 November 2012

Jalan santai ;)























Kasih Ibu Sepanjang Masa


 Angin bertiup menerpa wajahku. Terasa sejuk dan menyenangkan. Bunyi daun bergoyang tertiup oleh angin menambah kesan nyaman untukku. Oh ya, kita belum berkenalan nama ku Fita. Aku bersekolah di SMA Negeri  5 Palembang, duduk di kelas XI IPA. Aku suka sekali dengan menulis cerita, mulai dari kisah nyata ku atau fiksi yang aku tulis di sebuah buku khusus yang kira-kira tebalnya 200 halaman. Wah aku curhat jadinya, hehehe.
                Hari ini aku berjalan menuju sekolah ku, sambil bersenandung ria. Mencoba untuk membuat mood ku menjadi lebih baik. Yah aku sangat lelah setelah melakukan tugas rumah, membantu ibu ku yang menjadi Kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Semenjak ayah ku pergi karena telah dipanggil oleh Tuhan, ibu ku merangkap tugas sebagai Kepala keluarga, dan semenjak itu kasih sayang ibu kepada ku dan 2 adik ku, Uti dan Ruli menjadi berkurang bahkan sudah sangat jarang sekali. Jika aku sih tak terlalu, tapi bagaimana dengan adik-adik ku yang masih kecil. Mereka butuh kasih sayang kan?.
                Hari ini ibu pergi pagi-pagi sekali, sehingga aku yang harus mengurus adik-adik ku. Pernah aku melihat ibu ku menangis tersedu-sedu sambil melihat foto ayah ku di saat semua orang terlelap. Saat itu aku mendengar ibu berkata
“Hiks…Hiks…, ayah… sungguh aku lelah… kenapa kau meninggalkan ku…hiks”
                 Aku menangis dalam diam, saat itu aku mencoba merubah sifat ku yang selalu manja menjadi lebih mandiri dan dewasa. Aku tahu pasti ibu ku merasa berat dengan tanggung jawab yang ia emban. Apa pun akan aku lakukan untuk membuat ibu ku bahagia. Walaupun itu harus dengan nyawa ku sendiri.
                Aku ingat sekali, pada saat itu ibu ku jatuh sakit karena kelelahan. Ibu tak sadarkan diri selama 5 jam yang membuat ku risau, khawatir, cemas, semua campur aduk. Sempat terpikirkan ibu ku akan pergi meninggalkan kami sama halnya ayah ku. Aku takut dengan pikiran ku itu, bagaimana apabila itu benar- benar terjadi, sungguh aku tak bisa membanyangkannya. Akhirnya ibu sadarkan diri, ia mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan dengan bias cahaya.
“IBU… sudah sadar?” Tanya ku, bodoh sekali diriku, jelas-jelas ibu sudah sadar.
“Hm, jam berapa sekarang Fit?” Tanya ibu padaku.
“Jam 2 siang bu. Memang kenapa bu? “ aku menatap heran kepada Ibu.
“Kalian sudah makan?” ibu bertanya dengan lemah lembut dan berjalan keluar ke dapur. Ingin rasanya aku berteriak kepada ibu ku ‘Ibu tak perlu cemas, ibu harusnya pikirkan dirimu saja’. Sempat-sempatnya ibu mengkhawatirkan kami, padahal dirinya sedang sakit. Sejak itu aku memutuskan untuk belajar mengurus rumah, memasak , mencuci. Sempat aku bertengkar dengan ibu ku, aku marah besar dengan ibu dan membentaknya. Waktu itu sehari setelah kejadian itu, aku mencoba membantu ibu dengan memasak, tetapi ibu mengatakan “Tak perlu, ibu bisa melakukannya, ibu sudah sehat!”,
“Apanya yang sehat, wajah ibu pucat begitu!” kata ku yang mencoba mengatur emosi ku.
“Tak apa, ibu ingin memasak untuk kalian” kata ibu mencoba mengambil apron ditangan ku.
“Ibu masih sakit biarlah aku yang memasak!” dada ku naik turun, terus menarik napas untuk menenangkan diriku.
“Sudahlah, kau tidak bisa memasak!” saat ibu mengatakan itu, meledak lah emosi ku.
“KENAPA IBU NGGAK PERCAYA PADAKU, AKU SAYANG IBU, AKU INGIN  IBU SEHAT SECEPATNYA,AKU INGIN MEMBAHAGIAKAN IBU, AKU TAK MAU IBU PERGI SEPERTI AYAH, SIAPA LAGI YANG AKU PUNYA SELAIN IBU, AKU BISA IBU, PERCAYALAH, A..a.ku hiks, hiks” aku membentak ibu, air mataku jatuh aku langsung pergi dari dapur dan mengunaci diri di kamar. Aku terus menangis sampai aku mendengar sesorang mengetuk pintu ku. Aku menghapus kasar air mata ku.
“Fit, ini ibu. Buka pintunya sayang!” perintah ibu dari luar. Aku pun membuka pintu dengan perlahan dan memalingkan muka ku tak ingin menatap wajah Ibu. Setelah ibu masuk, ibu menutup pintunya, dan menghampiri ku yang duduk di tepi ranjang. Ibu mengelus rambut ku dengan sayang.
“Maaf kan ibu yang tak percaya padamu” kata ibu masih dengan setia mengelus rambut ku.
“  “ aku hanya diam memejamkan mata merasakan elusan halus di rambut ku.
“Ibu bertrimakasih karena kau mau membantu ibu, ibu janji ibu tak akan meninggalkan kalian, ibu sungguh menyayangi kalian. Ibu sungguh bersyukur memiliki kalian, ibu..i..bu.. hiks” aku langsung memeluk ibu dan menangis bersama ibu.
“hiks..hiks ibu tak perlu khawatir, kami bersyukur punya ibu yang kuat dan tegar. Hiks.. ka.. mi inbgin ibu selalu sehat… ma..af kan aku bu ka..karena  telah membentak mu” aku menangis sejadi-jadinya.
“Ibu..ibu tahu, ibu sangat tahu kalian, terima kasih” ibu mengangis dalam diam.

Jumat, 23 November 2012

seorang cerita cewek dan cowok




dinda bertanya kepada Tama
Tam, kamu cinta ngak sih sama Dinda?
Lalu Tama menjawab: Tama sayang kok dengan Dinda.
Dinda bertanya, kalau Tama sayang dengan Dinda apa buktinya?
Dinda mau bukti apa, biar Dinda percaya dengan Tama?
Dinda pertanya, ya terserah Tama mau bukti apa ?
Tama menjawab: gini aja minggu depan tama melamar Dinda, gimana?
Dinda bertanya: ah melamar, ngak salah tuh?
Tama menjawab, kenapa ada yang salah, kita kan udah lama pacaran hampir 20 tahun, aku mau hubungan kita sampai jenjang pernikahan ?
Dinda menjawab: tapi Tam, aku belum siap untuk menikah?
Lalu Tama menjawab : kalau nikah kita tidak usah terburu-buru, kita tunangan dulu gimana?
Dinda menjawab : yah terserah kamu aja tam, aku mah nurut-nurut aja?
Lalu tama tersenyum dan memeluk dinda.
Tama bilang : dinda sayang, tama janji tama akan membahagiakan kamu untuk selamanya?
Lalu dinda menjawab : iya tama sayang dinda percaya kok kalau tama bisa membahagiakan dinda.
Lalu Tama datang ke rumah dinda bersama keluarga tama untuk melamar dinda.


BERSAMBUNG

Selasa, 20 November 2012

Pengukuhan Eskul Blogger 2012










Lagu Lama, Penuh Rasa

Mendengarkan lagu-lagu lama adalah suatu pekerjaan yang aku sukai sebagai musisi. Senang rasanya bila dapat menemukan sebuah lagu yang "berharga" untuk diolah kembali dengan interpretasiku sendiri dan dengan rasa yang berbeda karena kuaransemen ulang.

Kemarin aku melakukan pertemuan singkat dengan beberapa orang penting untukku memasuki dunia industri musik nanti. Singkat cerita, mereka menginginkanku untuk mengambil sebuah lagu lama untuk kunyanyikan sebagaisingle-ku yang kedua nantinya. *Single pertama saja belum rilis sudah mikirin yang kedua! Ya! Itulah cara kerja industri.

YouTube kami buka bersama untuk mencari lagu-lagu Indonesia generasi ibuku sampai generasi 90-an. Tuhan! Banyak sekali lagu-lagu indah yang bisa kita temukan dari hasil karya musisi negeri kita ini! Nama-nama besar yang sering disebut ibuku seperti Endang S. Taurina, Emilia Contessa, Pance F. Pondaag, Charles Hutagalung, Heidy Diana, Tito Sumarsono dan lain-lain aku buka satu-satu karyanya. Secara kualitas audio, wajar saja kalau mereka kalah. Teknologi mengalami kemajuan. Tapi secara kualitas lagu... Aku tak yakin musisi jaman sekarang mampu membuat karya-karya seperti yang pernah mereka torehkan di dunia musik Indonesia.

Karya-karya lama mereka kunilai sebagai karya yang jujur. Terasa sekali sumber karya mereka adalah kalbu. Sulit untuk musisi sekarang tidak terkontaminasi dengan industrialisme yang sangat mengerikan. Padahal melodi indah yang dipadu dengan lirik yang bagus otomatis akan jadi karya yang menjual. Memang tidak semua lagu-lagu lama itu enak didengar, ada juga yang tak enak. Tapi secara fundamental, mungkin juga karena keterbatasan teknologi jaman itu, lagu-lagu lama memiliki magnet yang kuat karena unsur lirik dan melodi yang mudah diingat. Bahasa sekarangnya, easy listening.

Khusus untuk lirik, aku ingin membahas beberapa lagu. Salah satu lagu yang kami dengarkan kemarin adalah "Selamat Jalan Kekasih" milik mendiang Chrisye yang diciptakan oleh Yockie Suryoprayogo. Potongan liriknya berbunyi


"Resah rintik hujan
Yang tak henti menemani...
Sunyinya malam ini
Sejak dirimu jauh dari pelukan..."


Perhatikanlah, kondisi "galau" dalam lagu itu dikemas dengan sangat puitis dan tidak membuat telinga kita terkaget-kaget kan mendengarnya? Justru membuat kita semakin menghayati isi lagunya. Coba dengarkan, lagu itu bagus sekali!

Nah, kemarin juga aku belajar sejarah. Ternyata di tahun 80an, musik pop Indonesia terbagi dua kubu. Kubu pop kreatif dan pop cengeng. Chrisye, Ruth Sahanaya, Ebiet G. Ade dan tipe-tipe musik seperti 'itu' dianggap kreatif. Sementara lagu Obbie Messakh, Pance, Rinto Harahap dianggap cengeng karena isi liriknya negatif (sedih melulu) bahkan pernah dituding oleh pemerintahan masa itu sebagai golongan yang tidak mendukung pembangunan bangsa dan negara. Sebuah cercaan yang berlebihan menurutku.

Yuk, kita bandingkan lirik tadi dengan lagu galau dari kelompok pop cengeng. Aku coba ambil lagu Pance yah. Judulnya "Walau Hati Menangis" ups! Judulnya memang cengeng. Coba baca petikan lirik berikut dari awalan lagu tersebut :

"Mungkin lebih baik begini
Menyendiri di sudut kota ini
Kututup pintu hati 
Untuk semua cinta
Walau batin ini menangis..."


Entah pemikiran Anda sama atau tidak denganku, tapi aku menangkap kesan lebih lugas di lirik lagu ini, Si pencipta lebih jujur mengungkap perasaannya dalam kata-kata. Tapi aku tidak merasa lirik itu sebagai sesuatu yang norak. Jadi kurasa sebagai pendengar, kita juga harus bisa memilah-milah mana yang jujur dan mana yang vulgar! Sekarang ini kebanyakan lagu dibuat vulgar kata-katanya untuk memuaskan kebutuhan industri.

Hasilnya? Anak-anak kecil sudah bisa mengerti kata-kata kasar bahkan mereka gunakan sebagai bahasa sehari-hari. Sungguh tidak pantas, bukan? Artis-artis pendatang baru juga seolah tak mau ketinggalan membuat karya yang kata mereka "jualan". Aku cuma bisa mengurut dada melihat kondisi begini.

"Untuk menang di industri kita memang harus unik. Tetapi unik bukan berarti vulgar, kan?"

Bermain Api


Sudah kubilang
Jangan dekati mawar yang penuh berduri...
Sudah kubilang
Jangan engkau dekati api yang membara...

Jangan, kan tertusuk nanti
Jangan, kan terbakar nanti
Jangan, kau bawa dirimu dalam mimpi

Potongan lagu di atas adalah karya Rinto Harahap untuk Christine Panjaitan yang berjudul "Sudah Kubilang". Aku menulis tulisan yang kali ini karena agak tergelitik. Beberapa temanku, termasuk aku mungkin adalah "petualang" yang berani bermain api atau mengambil resiko yang bisa berakibat fatal. Seringkali ini terjadi karena faktor-faktor berikut : Penasaran, Iseng atau kadang Nekat!

"Main api" bukan melulu urusan asmara, meski sering diidentikkan dengan hal itu. Aku misalnya, sering ngeloyor kalau sedang mengemudi. Menurutku itu juga salah satu "main api" yang mengancam keselamatan. Atau hal lain lagi, temanku yang suka melakukan hobi parkour, lompat dari satu bangunan ke bangunan lain. Seaman-amannya tetap saja resiko yang dipertaruhkan tinggi.

Khusus isu asmara, "main api" identik dengan... Menjalin hubungan dengan orang lain meski kita sudah punya pasangan atau terikat dalam suatu hubungan, atau orang-orang yang agak iseng tidak punya kerjaan mencari masalah dengan menggoda pacar/istri/suami orang lain, atau yang lebih gila lagi selingkuh lahir batin padahal sudah punya pasangan yang sah secara agama dan hukum.

Terkadang "api" tersebut seperti makanan pedas. Sudah tahu efeknya tapi tetap saja dimakan. Padahal kita tahu kalau mau hidup dengan sehat dan normal, hindari "makanan" tersebut. Maklum, sebagai manusia punya nafsu dan rasa kepo yang agak berlebihan. Sayangnya kalau sudah tercebur ke dalam lautan api, sulit untuk keluar. Namun sebisa mungkin segera lari dari pusaran yang sangat mengerikan itu. Otherwise, siap-siap terkena luka bakar yang parah.

Semoga kita bisa menghindari api yang banyak tersebar di sekitar kita. Tapi hati-hati juga, diri Anda juga bisa menjadi "api" kalau Anda tak bisa mengendalikannya.

Senin, 19 November 2012


Pangeran Kecil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pangeran Kecil
Lepetitprinceindonesia.jpg
Sampul Pangeran Kecil terbitan Gramedia
PenulisAntoine de Saint Exupéry
Judul asliLe Petit Prince
IlustratorAntoine de Saint Exupéry
Seniman sampulAntoine de Saint Exupéry
NegaraPerancis
BahasaPerancis
GenreNovel
PenerbitBahasa Indonesia:Gramedia
Tanggal terbit
Terbitan dalam Bahasa Inggris1943
Le Petit Prince (Pangeran Kecil) adalah novel karya Antoine de Saint Exupéry yang diterbitkan pada tahun 1943. Novel berbahasa Perancis ini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 180 bahasa dan terjual lebih dari 80 juta eksemplar. Edisi bahasa Indonesia diterbitkan olehGramedia.
Walaupun ditujukan sebagai bacaan anak-anak, Pangeran Kecil sering melontarkan makna yang dalam dan idealis tentang kehidupan dan sifat-sifat manusia. Dalam novel ini, Saint Exupéry menceritakan tentang pertemua tokoh utamanya dengan mahluk asing, sang Pangeran Kecil (yang berbentuk persis manusia) di tengah-tengah gurun Sahara. Dalam percakapan mereka, sang penulis mengemukakan pandangannya tentang kesalahpahaman yang sering dilakukan oleh manusia dan kebenaran sederhana yang sering dilupakan oleh mereka seiring mereka bertambah dewasa. Sari pati buku ini sering dinyatakan terangkum dalam kutipan terkenal yang dinyatakan oleh rubah kepada Pangeran Kecil: "On ne voit bien qu'avec le cÅ“ur, l'essentiel est invisible pour les yeux."
Seseorang hanya dapat melihat dengan sebaik-baiknya melalui hatinya, karena yang terpenting (dalam kehidupan) tidak terlihat oleh mata.
Kutipan lain yang juga terkenal adalah saat sang rubah mengungkapkan tentang penaklukan. "Manusia kadang sering lupa, bahwa mereka bertanggung jawab, selamanya, atas apa yang telah mereka jinakkan".

[sunting]Sinopsis

Buku dimulai dengan cerita ketika sang narator masih kecil. Dia suka menggambar ular boayang memakan seekor gajah, baik dari dalam maupun dari luar. Tapi, ketika dia menunjukkan gambar itu ke orang dewasa, mereka menyuruhnya untuk berhenti menggambar dan mulai belajar hal-hal lain, seperti geometriaritmetikageografi dan lain-lain. Akhirnya sang narator kecil berhenti menggambar dan tumbuh besar menjadi seorang pilot.
Pada bab berikutnya, sang narator terdampar di gurun Sahara ketika pesawatnya jatuh. Dia mencoba memperbaiki pesawatnya karena dia hanya punya cukup air minum untuk satu minggu. Di gurun inilah dia bertemu dengan Sang Pangeran kecil yang memintanya untuk menggambar seekor domba. Sang narator mengaku bahwa dia tidak bisa menggambar domba, dan akhirnya menunjukkan kedua gambar ular boa kepadanya. Anehnya, sang pangeran bisa melihat boa dengan sangat jelas. Akhirnya, setelah beberapa gambar awalnya ditolak oleh sang pangeran, sang narator menggambar sebuah kotak dan berkata bahwa didalamnya ada seekor domba/ Sang pangeran bisa melihat domba di dalam kotak itu dan menerimanya.
Sang pangeran lalu berverita tentang planet tempat ia tinggal, sebuah Asteroid kecil seukuran rumah dan mempunyai tiga gunung berapi (yang satu mati dan yang lainnya aktif), setangkai mawar dan lain-lainnya bernama B-612. Asteroid itu pertama kali dilihat oleh seorang ilmuwan Turki yang berpenampilan aneh, jadi tidak ada yang mempercayainya pertama-tama. Setelah seorang diktator menyuruhnya untuk berpakaian ala Eropa, barulah orang-orang percaya padanya.
Sang pangeran menghabiskan hari-harinya di "planet" itu dengan mencabuti baobab-baobab yang tumbuh agar tidak mengganggu planetnya , membersihkan semua gunung berapi—termasuk yang sudah tidak aktif, dan merawat mawarnya. Dia belajar kesabaran untuk membuat "planet"-nya tetap ada. Dia akhirnya jatuh cinta kepada mawar yang berada di planetnya yang sepertinya tidak mencintainya kembali karena sifatnya yang sombong. Sang pangeran akhirnya memutuskan untuk berkelana melihat alam semesta dan mengunjungi 6 asteroid, dari nomor 325 sampai 330.
Pada asteroid pertama, sang Pangeran bertemu dengan seorang Raja yang mberkata bahwa ia "menguasai" semua bintang dan bisa menyuruhnya melakukan apa saja. Dia menjelaskan kepada pangeran kecil bahwa rakyat hanya mematuhi perintah yang masuk akal dari pemerintah atau penguasa mereka. Pertama-tama, dia memaksa sang pangeran untuk tinggal sebagai Menteri Kehakimannya, tapi akhirnya dia mengijinkannya pergi sebagai Dutanya.
Pada asteroid kedua, sang pangeran bertemu dengan seorang yang sombong. Dia hanya mau mendengar pujian dan berpikir bahwa dia adalah orang yang terhebat di planetnya (yang secara teknis memang betul). Dia mengira bahwa sang pangeran adalah seorang penggemar.
Pada asteroid ketiga, sang pangeran bertemu dengan seorang pemabuk yang minum-minum untuk melupakan fakta bahwa dia malu mabuk-mabukan.
Pada asteroid keempat, sang Pangeran bertemu dengan seorang pengusaha yang sibuk menghitung bintang-bintang yang ia pikir dipunyainya (ada 501.622.731). Dia mengharapkan untuk mendapat untung dari mereka untuk mendapat lebih banyak uang untuk membeli lebih banyak bintang. Sang pangeran lalu memberi definisi tentang properti. Sang pangeran mempunyai bunga dan gunung-gunung berapi di planetnya karena ia merawat mereka dan mereka merawatnya, dan karena seseorang tidak bisa merawat bintang dan mereka tidak bisa merawat kita, maka tidak ada seorang pun yang bisa memilikinya. Pada bagian-bagian berikutnya, sang pangeran mengingat sang pengusaha dengan jijik.
Pada asteroid kelima, sang Pangeran bertemu dengan seseorang penyala lampu yang harus menyalakan lampu setiap sore menjelang malam dan mematikannya tiap pagi. Dulu, ketika planetnya masih berotasi dengan normal, dia bisa tidur dan beristirahat dengan cukup. Tapi, sekarang planetnya berotasi setiap satu menit dan dia tidak bisa mendapat tidur. Tapi, sang penyala lampu tetap patuh kepada perintahnya dan tetap menyalakan dan mematikan lampu, walaupun ia tidak pernah tidur. Sang Pangeran menghormatinya lebih daripada orang-orang lain yang ia temui karena ia memikirkan sesuatu yang lain dari dirinya sendiri. Tapi, karena planetnya terlalu kecil untuk dua orang, sang Pangeran pun pergi.
Pada asteroid keenam, sang Pangeran bertemu dengan seorang pembuat peta (geographer) yang tidak pernah pergi dari mejanya dan bergantung kepada pengelana-pengelana untuk membuat petanya. Dia lalu meminta sang pangeran kecil untuk bercerita tentang planetnya, tapi dia menolak untuk memasukkan mawarnya ke dalam petanya karena ia bersifat 'semu' (ephemeral). Sang pangeran sangat terkejut untuk mengetahui bahwa bunganya suatu saat akan hilang. Sang pembuat peta akhirnya mengusulkan kepadanya untuk pergi ke Bumi

[sunting]Perjalanan di Bumi

Akhirnya, sang pangeran kecil pergi ke bumi dan pertama-tama mendarat di gurun. Di sana dia bertemu dengan seekor ular yang mengklaim mempunyai kekuatan untuk mengirim seseorang ke planet asalnya. Lalu, ia bertemu dengan sebuah bunga gurun yang berkata bahwa ia melihat manusia di karavan, tapi mereka sulit ditemukan karena mereka tidak punya akar dan angin terus-menerus menghembus mereka.
Setelah itu, sang pangeran memanjat gunung untuk melihat bumi dengan lebih jelas dan terkejut ketika mendengar gemanya sendiri. Dia berpikir bahwa manusia sangatlah aneh karena mereka selalu mengulangi apa yang ia katakan dan bahwa bumi itu keras dan penuh dengan benda tajam.
Pangeran pun sampai ke kebun yang penuh dengan bunga mawar. Dia terkejut karena dia mengira bahwa mawarnya spesial dan hanya satu-satunya di dunia. Sang pangeran pun menangis, tapi ia lalu bertemu dengan seekor rubah yang meminta sang pangeran untuk menjinakkannya. Dia lalu menjelaskan kepadanya tentang cinta, dan bahwa mawarnya memang spesial baginya dan hanya satu-satunya di dunia, karena waktu yang sudah sang pangeran buang untuk merawatnya dan hanya ia yang pangeran cintai. Dia juga menjelaskan bahwa sang pangeran sudah menjinakkan bunga dan sang bunga pun sudah menjinakkan sang pangeran, dan itulah kenapa sekarang ia merasa bertanggung jawab atasnya.
Pada bab-bab berikutnya, sang pangeran bertemu dengan seorang penjaga pintu/rel kereta (the railway switchman) yang menjelaskan kepadanya bahwa manusia pergi kemanapun dengan kereta ekspres, tapi tidak pernah tahu apa yang mereka cari dan hanya anak-anak yang tahu kemana mereka pergi dan apa yang mereka cari. Dia lalu bertemu dengan seorang pedagang yang menjual obat laris yang menghilangkan haus dan bisa menghemat 53 menit seminggu. Sang pangeran pergi dan menjawab jika ia punya waktu sebanyak itu, ia akan pergi dan mencari sebuah mata air.
Dimulai dengan bab 24, ada pergantian sudut pandang dari sudut pandang orang ketiga ke sudut pandang orang pertama. Sang narator sedang sekarat karena kehausan, tetapi dia dan sang pangeran kecil akhirnya menemukan sebuah sumur. Setelah berpikir sejenak, sang Pangeran mengucapkan selamat tinggal ke sang narator karena sudah waktunya ia pulang ke planet asalnya. Dia menjelaskan bahwa sang narator seharusnya ia tidak melihat, karena ia akan sedih melihat proses ini karena akan seperti jika sang pangeran kecil mati (dia tidak) karena tubuhnya terlalu berat untuk dibawa ke planetnya. Sang pangeran akhirnya mengijinkan sang ular menggigitnya. Esoknya, sang narator berpikir bahwa sang pangeran kecil sudah kembali ke planet asalnya, karena ia tidak menemukan tubuhnya dimanapun juga.
Akhirnya, cerita berakhir dengan gambar pemandangan tempat dimana sang pangeran kecil datang ke Bumi dan ketika sang ular mengambil nyawanya. Sang narator meminta kepada pembaca, jika menemukan seseorang anak kecil aneh yang menolak untuk menjawab pertanyaan, hubungi dia secepat mungkin.
Sang pangeran kecil dikisahkan sudah berada selama satu tahun di Bumi, dan sang narator mengakhiri ceritanya 6 tahun setelah ia diselamatkan dari gurun.

Mundinglaya

Mundinglaya Dikusumah adalah cerita rakyat dari masyarakat Sunda. Cerita rakyat tersebut menceritakan kehidupan seorang pangeran yang kemudian diangkat menjadi raja saat Prabu Siliwangi memerintah kerajaan tersebut. Kerajaan Sunda sendiri sering disebut oleh orang Sunda sebagai Pajajaran (nama ibukota kerajaan) setelah Cirebon dan Banten memisahkan diri dari kerajaan tersebut.

Sumber

Cerita rakyat ini berasal dari tradisi lisan orang Sunda yang disebut cerita pantun, yang kemudian ditulis dalam bentuk buku oleh para penulis Sunda baik dalam Bahasa Sunda maupun Bahasa Indonesia).[1] karya-karya roman yang mengadopsi cerita pantun Mundinglaya Dikusumah di antaranya
  • Pasini Jangji di Muaraberes karya Rohmat Tasdik Al-Garuti (dalam tiga bahasa: Sunda, Indonesia, dan Inggris)

[sunting]Rangkuman

Prabu Siliwangi memiliki dua orang istri yaitu Nyimas Tejamantri dan Nyimas Padmawati yang menjadi permaisuri. Dari Nyimas Tejamantri, Prabu Silihwangi mendapat seorang anak yaitu pangeran Guru Gantangan. Sedangkan dari permaisuri Nyimas Padmawati, raja memperoleh anak yang diberi nama Mundinglaya. Beda umur antara pangeran Guru Gantangan dan pangeran Mundinglaya sangat jauh. Saat pangeran Guru Gantangan ditunjuk jadi bupati di Kutabarang dan sudah menikah, Mundinglaya masih anak-anak.
Karena tidak mempunyai anak, pangeran Guru Gantangan memungut anak dan diberi nama Sunten Jaya. Guru Gantangan juga tertarik untuk merawat Mundinglaya sebagai anaknya. Saat pangeran Guru Gantangan meminta Mundinglaya dari permaisuri Nyimas Padmawati, permaisuri memberikannya karena mengetahui bahwa pangeran Guru Gantangan sangat menyayangi pangeran Mundinglaya.
Saat pangeran Mundinglaya dewasa, pangeran Guru Gantangan lebih menyayangi pangeran Mundinglaya daripada pangeran Sunten Jaya. Hal ini disebabkan perbedaan karakter yang sangat jauh antara pangeran Mundinglaya dan pangeran Sunten Jaya. Pangeran Mundinglaya selain rupawan juga baik budi pekertinya sedangkan keponakannya sifatnya angkuh dan manja. Hal ini sangat membuat iri pangeran Sunten Jaya. Terlebih lagi ibunya juga sangat menyayangi pangeran Mundinglaya.
Hanya saja perhatian istri pangeran Guru Gantangan kepada pangeran Mundinglaya sangat berlebihan sehingga membuat pangeran Guru Gantangan cemburu. Akhirnya pangeran Mundinglaya dijebloskan kedalam penjara oleh saudara tirinya itu dengan alasan bahwa pangeran Mundinglaya mengganggu kehormatan wanita. Keputusan ini menjadikan masyarakat dan bangsawan Pajajaran terpecah dua, ada yang menyetujui dan ada yang menentang keputusan tersebut sehingga mengancam ketentraman kerajaan ke arah permusuhan antar saudara.
Pada saat yang gawat ini, terjadi sesuatu yang aneh. Pada suatu malam, permaisuri Nyimas Padmawati bermimpi aneh. Dalam tidurnya, permaisuri melihat tujuh guriang, yaitu mahluk yang tinggal di puncak gunung. Di antara mereka ada yang membawa jimat yang disebut Layang Salaka Domas. Permaisuri mendengar perkataan guriang yang membawa jimat tersebut: “Pajajaran akan tenteram hanya jika seorang kesatria dapat mengambilnya dari Jabaning Langit.”
Segera setelah bangun pada pagi harinya, permaisuri menceritakan mimpi itu kepada raja. Prabu Silihwangi sangat tertarik oleh mimpi permaisuri dan segera meminta seluruh rakyat juga bangsawan, termasuk pangeran Guru Gantangan dan pangeran Sunten Jaya, untuk berkumpul di depan halaman istana untuk membahas mimpinya permaisuri. Setelah seluruhnya berkumpul, raja berkata: “Adakah seorang kesatria yang berani pergi ke Jabaning Langit untuk mengambil jimat Layang Salaka Domas?”
Senyap... Tidak ada suara yang terdengar. Pangeran Sunten Jaya pun tidak mengeluarkan suaranya. Dia takut akan barhadapan dengan Jonggrang Kalapitung, seorang raksasa berbahaya yang selalu menghalangi jalan ke puncak gunung. Setelah beberapa saat, patih Lengser angkat bicara: “Paduka,” dia berkata, “setiap orang telah mendengarkan apa yang disampaikan paduka, kecuali masih ada satu orang yang belum mendengarkannya. Dia berada dalam penjara. Paduka belum menanyainya. Dia adalah pangeran Mundinglaya.” Mendengar ini, raja memerintahkan agar pangeran Mundinglaya dibawa menghadap. Patih Lengser kemudian meminta izin pangeran guru Gantangan untuk melepaskan pangeran Mundinglaya.
Saat pangeran Mundinglaya sudah berada di hadapannya, raja berkata: “Mundinglaya, maukah ananda mengambil jimat Layang Salaka Domas, yang diperlukan untuk mencegah negara dari kehancuran akibat malapetaka?” Karena layang salaka domas penting bagi keselamatan negara, ananda akan pergi mencarinya, ayah,” kata pangeran Mundinglaya.
Prabu Silihwangi sangat senang mendengar jawaban ini. Demikian juga masyarakat dan para bangsawan. Bagi pangeran Mundinglaya, tugas ini juga berarti kebebasan jika dia berhasil mendapatkan layang salaka domas. Sementara bagi pangeran Sunten Jaya ini berarti menyingkirkan musuhnya, karena dia yakin bahwa pamannya akan dibunuh oleh Jonggrang Kalapitung. “Kakek,” kata pangeran Sunten Jaya, “dia adalah seorang tahanan, jika kakek membiarkannya pergi sekarang, tidak akan ada jaminan bahwa dia akan kembali.”
“Apa yang cucunda usulkan, Sunten Jaya?”
“Jika dia tidak kembali setelah sebulan, penjarakan kanjeng ibu Padmawati dalam istana.” Masyarakat dan bangsawan kaget mendengar permintaan ini. Prabu Silihwangi berbalik kepada pangeran Mundinglaya: “Bagaimana menurutmu?”
”Ananda akan kembali dalam sebulan dan setuju dengan usulan Sunten Jaya.”
Dalam beberap minggu, pangeran Mundinglaya diajari oleh patih Lengser ilmu perang dan cara menggunakan berbagai senjata sebagai bersiapan untuk menghadapi rintangan yang akan ditemui selama perjalanan ke Jabaning Langit. Kemudian pangeran Mundinglaya meninggalkan Pajajaran. Karena dia tidak pernah keluar dari ibukota tersebut, pangeran Mundinglaya tidak mengetahui jalan ke Jabaning Langit. Dengan berserah diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa, sang pangeran pergi melewati berbagai hutan lebat untuk menemukan Jabaning Langit dan bertemu dengan para guriang.
Dalam perjalanan, pangeran Mundinglaya melewati kerajaan kecil Muara Beres (atau Tanjung Barat) yang merupakan bawahan dari Pajajaran. Disana pangeran Mundinglaya bertemu dan jatuh hati dengan putri kerajaan yang bernama Dewi Kania atau Dewi Kinawati. Mereka saling berjanji akan bertemu lagi setelah pangeran Mundinglaya berhasil menjalankan tugas dari Prabu silihwangi untuk memperoleh jimat layang salaka domas.
Pangeran Mundinglaya meneruskan perjalanannya. Tiba-tiba di tengah perjalanan dia dicegat oleh raksasa Janggrang Kalapitung yang berdiri di depannya. “Mengapa kamu memasuki wilayahku? Apakah kamu menyerahkan diri sebagai santapanku?”
“Coba saja kalau bisa!” jawab pangeran Mundinglaya dengan tenang. Jonggrang Kalapitung menubruknya tapi pangeran Mundinglaya berkelit.
Berkali-kali si raksasa menyerang pangeran Mundinlaya, tapi lagi dan lagi jatuh ke tanah sampai akhirnya kehabisan napas. Dengan kerisnya, pangeran Mundinglaya mengancam musuhnya:
“Katakan dimana Jabaning Langit?”
“Di dalam dirimu.” Berpikiran bahwa si raksasa berbohong, pangeran Mundinglaya menekankan keris lebih dalam ke leher si raksasa. “Jangan berbohong! Di manakah Jabaning Langit?”
“Di dalam hatimu.” Setelah itu, pangeran Mundinglaya melepaskan raksasa tersebut, sambil berkata: “Aku membebaskanmu, tapi jangan ganggu rakyat Pajajaran lagi.” Jonggrang Kalapitung menuruti dan berterima kasih kepada pangeran Mundinglaya dan meninggalkan Pajajaran selamanya.
Ketika dia pergi, pangeran Mundinglaya menemukan suatu tempat untuk beristirahat dan berdoa meminta tolong kepada tuhan yang Maha Esa untuk diberikan jalan. Suatu hari dia merasakan seolah-olah terangkat dari tempatnya dan terbang ke suatu tempat yang sangat terang. Di sana dia diterima oleh tujuh guriang, mahluk-mahluk supranatural yang menjaga Layang Salaka Domas.
Mereka bertanya kepada pangeran Mundinglaya mengapa berani datang ke Jabaning Langit. “Tujuanku datang ke sini adalah untuk mengambil Layang Salaka Domas yang diperlukan oleh negaraku sebagai obat untuk mencegah permusuhan antar saudara. Akan banyak orang menderita dan mati memperebutkan yang tidak jelas.” “Kami menghargaimu, pangeran Mundinglaya, tapi kami tidak dapat memberimu Layang Salaka Domas karena ini bukan untuk manusia. Bagaimana kalau pemberian lain sebagai hadiah untukmu? Misalnya seorang putri cantik atau kesejahteraan, atau kami dapat menjadikanmu manusia tersuci di dunia?”
“Aku tidak memerlukan semua itu, jika rakyat Pajajaran terlibat dalam perang.”
“Kalau begitu, kamu harus merebutnya setelah mengalahkan kami.” Maka terjadilah perkelahian. Karena para guriang sangat kuat, pangeran Mundinglaya terjatuh dan meninggal. Segera setelah itu, muncul mahluk supranatural lainnya, yaitu Nyi Pohaci yang menampakkan diri dan menghidupkan kembali pangeran Mundinglaya. Pangeran Munding Laya bersiap kembali untuk bertempur dengan para guriang.
“Tidak perlu ada lagi pertempuran, karena engkau telah menunjukkan sifatmu yang sebenarnya,” kata salah satu dari tujuh guriang, “jujur, tidak tamak. Engkau mempunyai hak untuk membawa Layang Salaka Domas.” Dan dia kemudian memberikannya kepada pangeran Mundinglaya. Pangeran Mundinglaya sangat bergembira dan mengucapkan terima kasih. Dia juga berterima kasih kepada Nyi Pohaci atas bantuannya. Dengan dipandu oleh tujuh guriang yang kemudian menyebut diri mereka sebagai Gumarang Tunggal, pangeran Mundinglaya pergi pulang ke Pajajaran.
Di Pajajaran, pangeran Sunten Jaya mengganggu ketentraman permaisuri. Kepada Prabu Silihwangi, pangeran Sunten Jaya mengatakan bahwa permaisuri sebenarnya tidak bermimpi, bahwa dia berdusta untuk membebaskan putranya dari penjara. Dengan demikian, dia membujuk Prabu Silihwangi untuk menghukum mati permaisuri.
Pangeran Sunten Jaya bahkan lebih jauh berniat untuk mengganggu ketentraman Dewi Kinawati di Muara Beres dengan menceritakan bahwa pangeran Mundinglaya telah dibunuh oleh Jonggrang Kalapitung. Tentara digelar untuk mendatangi kerajaan itu. Pada saat yang gawat tersebut, pangeran Mundinglaya beserta ajudannya telah sampai ke Pajajaran. Mereka senang dan berteriak kegirangan. Pangeran Sunten Jaya dan pengikutnya diusir.
Setelah itu. Prabu Silihwangi menobatkan pangeran Mundinglaya sebagai raja Pajajaran menggantikannya dengan gelar Mundinglaya Dikusumah.
Tidak lama setelah itu, Mundinglaya Dikusumah menikahi Dewi Kinawati dan menjadikannya sebagai permaisuri dan Pajajaran menjadi negara yang adil makmur dan aman.

BONAMA

[All] Ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddadaddarabba Ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddanddaranddan, ddadaddarabba [Siwon] Neon alkkamalkka alkkamalkka neomu yeppeun miinah Nal michyeotdago malhaedo nan Niga jotda miinah [Heechul] Nuga jeonhaejweo Bayi Saya, untuk SAYA Bayi naega yeogi itdago MaryaGidarinda Marya [Leeteuk + Eunhyuk] (Baby, Andari mengubahnya sekarang) [Kyuhyun] Neon, gataboota, mal gataboota jom haera miinah Ni maeumeul gajyeotdamyeon geunyang naneun salmyi Pemenang [Yesung] Ee sesangyi Ichiran, Ichiran, Yongki itneun jareul ddara Na gateun nom Marya [Ryeowook] Namun mare mengatakan, yeol Beon jjigeumyeon neomeoganda Eusseuk, eusseuk, eusseuk [Sungmin] Geunyeoneun gangjeok ggeuddeogeobtda Pijook, pijook, pijook. [Ryeowook + Sungmin] Nan eodkleokakla eodkleokakla geunyeomani Nae gwansimin Geol, Geol, Geol [ Semua Bounce] kepada Andari, mental untuk Andari, Nae gaseumeun Neol janghae Jabil sudo Eobseul mankeum ddwigo itneungeol Istirahat Ke Bawah kepada Andari, turun-kepadamu, Nae gaseumi neo, Neol gajji Motandamyeon meomchul georanda (nal barabwara) [* Semua] Bolkamakla, bolkamakla, boklamakla na gateun Namja Bonchemanche, bonchemanche, bonchemanche doraseo bwado Bogobwado, bogobwado, bogobwado na Bakke eobtda Bonamana, Bonamana, Bonamana [Leeteuk] (Baby, Andari mengubahnya sekarang) [Donghae] Mweol sakkla, sakkla, sakkla, sakkla neoreul wihan seonmul O, michigetda . Saenggakman Haedo joahal ni moseup [Kyuhyun] Dengarkan Bokep [Donghae] Joahae [Kyuhyun] Bayi Perempuan [Yesung] Saranghae [Kyuhyun] namani neoreul wihan Namja [Yesung] Deureojweo BWA neoreul hyanghan gobaek [Ryeowook] Nae mamyi mengatakan, aeman taeuji malgo Jebal Ggeudeok, ggeudeok, ggeudeok [Lyrics from: http://www.lyricsmode.com/lyrics/s/super_junior/bonamana.html] [Sungmin] I noryeok jeongdomyeon narado guhae Giteuk, giteuk, giteuk [Ryeowook + Sungmin] Nan eoddeogarago, eoddeogarago geunyeomani Nae jeonbuin Geol, Geol, Geol [All] Bounce kepada Andari, mental untuk Andari, Nae gaseumeun Neol janghae Jabil sudo Eobseul mankeum ddwigo itneungeol Istirahat Ke Bawah kepada Andari, turun-kepadamu, Nae gaseumi neo, Neol gajji Motandamyeon meomchul georanda (nal barabwara) [All] Bolklamalka, bolkamalka, bolkamalka na gateun Namja Bonchemanche, bonchemanche, bonchemanche doraseo bwado Bogobwado, bogobwado, bogobwado na Bakke eobtda Bonamana, Bonamana, Bonamana na Bakke eobtda [Leeteuk] Nan deudyeo michilgeoya. Porkabhae beoril geoya [Heechul] Deo mot chamgesseo geunyeomanyi milgo danggigi[Eunhyuk] O jinjja michilgeoya Nuga jom malryeobwa BWA [Siwon] Ireoke himdeul georan Geol Nuga marhaesseoyaji [Ryeowook] (INI) BENAR, BENAR nae gamjeongeun gal GOSI eobseo Nege majchweo beoringeol neon jal aljanni [Kyuhyun] Bagaimana Tetap mengasihi Andari? Naega jinjja nege jaralge idaero nal sseogyeo dujima [Yesung] Gidarinda Miina! [Shindong] Harap Andari Akan melangkah kepada Saya, langkah untuk SAYA [Yesung] Saranghanda Miina! [Shindong] Bawa, Tanda untuk SAYA, Tanda kepada SAYA Hahahaha hahahahaha [ Ryeowook] Geunyeoga imi nal barabol [Kyuhyun] Junbiga dwae isseotna BWA [All] Bounce kepada Andari, mental Ke Andari Nae gaseumeun Neol hyanghae Jabil sudo Eobseul mankeum ddwigo itneungeol Istirahat Ke Bawah kepada Andari, Andari turun-kepada, Nae gaseumi neo, Neol gajji Motandamyeon meomchul georanda (nal barabwara) [All] Bolkamalka, bolkamalka, bolkamalka, na gateun Namja Bonchemanche, bonchemanche, bonchemanche, doraseo bwadoBogobwado, bogobwado, bogobwado, na Bakke eobtda Bonamana, Bonamana, Bonamana, na Bakke eobtda

Pangeran si buruk rupa


Tepat di tengah hutan, seekor kelinci sedang menikmati dedaunan sebagai makan siangnya. Bulunya putih seputih salju di puncak gunung dan lembut seperti kapas. Telinganya yang panjang bergerak ke kanan dan ke kiri. Tidak jauh dari situ kupu-kupu hutan melompat dari bunga satu ke bunga yang lainnya, mencari-cari madu di dalamnya. Setelah merasa kenyang, kupu-kupu hutan terbang di atas kelinci.
“Kabarnya Pangeran Buruk Rupa akan pindah ke hutan ini” kata kupu-kupu hutan, kepakan sayapnya mengenai telinga kelinci dan membuatnya kegatalan
“Aduh, pangeran itu akan membuat buluku yang indah menjadi kotor” kata kelinci, melompat-lompat mengejar kupu-kupu “Dia akan menjadikan bunga-bunga layu dan aku tidak akan pernah bisa mencium wangi bunga” si kelinci berhenti mengejar kupu-kupu hutan
Kupu-kupu hutan hinggap di daun mawar kemudian melompat-lompat dengan santai ke atas kelopak bunga sambil memamerkan sayapnya yang indah
“Kamu belum tahu cerita sebenarnya” kata kupu-kupu hutan “Dia itu pangeran yang baik, selalu merawat bunga-bunganya di taman sehingga aku bisa minum madu di sana”
“Benarkah?” tanya si kelinci “aku tak percaya”
“Raja sangat sayang padanya, tapi ia tidak ingin rakyatnya tahu kalau sang pangeran mempunyai rupa yang buruk. Karena itu raja membuatkan kamar yang indah untuknya, tidak ada cermin di kamar itu. Di samping kamarnya ada kebun bunga yang indah, kami biasa bermain di sana. Ia memberi nama kepada kupu-kupu dan burung-burung yang mampir ke kebunnya, ia memberiku nama ‘Jamila’, artinya cantik. Aku senang dengan nama itu karena aku memang cantik.”
“Aku akan buktikan kalau kamu itu salah” kata kelinci, melompat-lompat ke dalam hutan.
“Mudah-mudahan kamu dapat belajar dari kebaikan hati sang Pangeran” ujar kupu-kupu hutan
***
Pada suatu malam, di sebuah istana yang indah, pangeran buruk rupa memandang bintang melalui jendela kamarnya, berharap dapat tinggal di sana sehingga tak seorang pun merasa jijik dengannya. Walaupun raja menyayanginya, tapi apakah rakyatnya mencintainya? Pernah di suatu siang, dengan memakai tudung, ia diam-diam keluar istana untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia prihatin melihat rakyatnya yang tinggal di tepi hutan hidup miskin. Di depan sebuah rumah ia jumpai seorang anak yang menangis kelaparan. Ia mendekatinya dan memberinya uang. Tapi anak itu lari ketakutan setelah melihat wajahnya yang buruk rupa.
Menjelang tengah malam, ketika dipastikan rakyatnya sudah tidur, Pangeran buruk rupa pergi keluar kamarnya dan melangkah ke dapur. Ia mengambil sejumlah roti, jagung dan gandum, lalu membungkusnya dengan kain. Ia keluar istana melalui jendela dapur sehingga tak seorang penjaga pun melihatnya. Ia berjalan menuju tepi hutan, dan dengan sangat hati-hati membagikan makanan itu ketiap-tiap rumah tanpa tak seorang pun mengetahuinya. Hampir satu tahun ia melakukannya ini dan ia melakukannya karena ia sangat sayang kepada rakyatnya. Dan keesokan paginya, orang-orang akan mengambil makanan itu dan menyangka makanan itu jatuh dari langit.
Si kelinci putih melihat apa yang dilakukan pangeran dari semak-semak dan memuji tindakannya.
Ia memang mencintai rakyatnya kelinci berkata dalam hati, Tapi apakah ia juga sayang kepada biantang?
Pangeran buruk rupa kembali ke istana dan kembali ke kamarnya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali si kelinci yang mengikutinya dari belakang.
***
Matahari pagi bersinar cerah menyapa bunga-bunga di taman istana, tersenyum pada sang pangeran yang sedang menyirami bunga-bunganya. Burung-burung pagi berjejer di pagar mendengar alunan suara pangeran. Si kelinci tertidur di rerumputan dekat bunga mawar. Bunga mawar membangunkannya dengan durinya yang tajam. Si kelinci melompat terkejut dan menjauh dari bunga mawar. Bunga mawar mengucapkan selamat pagi padanya.
“Kelinci yang cantik” seru sang pangeran
Si kelinci lagi-lagi terkejut dan hampir membuatnya terjatuh ke belakang.
“Jangan takut” kata Pangeran buruk rupa “Kamu pasti belum makan. Kamu tunggu di sni, aku akan mengambil makanan untukmu” ia pergi menuju dapur dan kembali membawa semangkuk susu dan roti manis.
Si kelinci mendekati roti itu perlahan, mendengus-dengus dan kemudian menyantapnya dengan lahap. Ia juga menghabiskan susu itu dan menjilat-jilat mangkuknya. Belum pernah ia makan makanan selezat itu.
“Aku menamakanmu Snowy, karena engkau seputih salju” kata Pangeran buruk rupa.
Ketika malam kembali datang, Pangeran buruk rupa kembali memandangi langit dari jendelanya. Ia menatap bulan, seolah-olah menjadi cermin baginya sambil membayangkan di dalam cermin itu ada dirinya yang rupawan sedang tersenyum. Bulan memandangi Pangeran buruk rupa dengan sedih. Si kelinci memerhatikannya dari kejauhan, ikut merasakan kesedihannya.
Menjelang tengah malam, seperti malam-malam sebelumnya, Pangeran buruk rupa mengambil makanan dari dapur, lalu keluar istana dan kemudian menuju tepi hutan untuk membagi-bagikan makanan kepada rakyatnya. Si kelinci melompat-lompat di belakangnya tanpa diketahui sang pangeran. Setelah selasai membagikan makanan, Pangeran buruk rupa kembali ke istana. Tapi, belum sempat melangkah jauh, terdengar suara retakan ranting di belakangnya. Pangeran Buruk Rupa berhenti melangkah, menengok ke arah asal suara itu, dan tampaklah si kelinci putih sedang terjepit dalam perangkap dan sedang meringis kesakitan. Pangeran buruk rupa mencoba membebaskannya, menarik tuasnya sekuat tenaga sampai akhirnya si kelinci dapat bebas dan melompat-lompat menjauh. Tiba-tiba dari dalam rumah keluar seorang laki-laki tua, ia berteriak :
“Ada yang mau mencuri makanan kita!”
Pangeran buruk rupa terkejut mendengarnya dan melihat orang-orang sudah berkerumun ingin menangkapnya.
“Lihat wajahnya buruk sekali! Ia monster!” kata seorang wanita bertubuh gemuk. Orang-orang melempari Pangeran buruk rupa dengan batu dan ranting kayu.
Pangeran buruk rupa berlari ke dalam hutan dengan sekuat tenaga. Tapi sebuah lubang membuatnya terjatuh. Orang-orang memukulnya dengan kayu dan terus melemparinya hingga wajah dan tubuhnya terluka. Orang-orang meninggalkannya setelah melihatnya tidak berdaya. Dengan susah payah Pangeran buruk rupa bangkit dan berjalan menuju hutan.
***
Cahaya matahari bersinar menembus celah-celah dedaunan hutan, menghangatkan tubuh sang pangeran yang terbaring lemah. Ketika membuka matanya, ia melihat kelinci, kupu-kupu hutan, rusa, kera, burung-burung yang berdiri di badan harimau mengelilinginya.
“Kami tahu kejadiannya” kata rusa
“Kami akan merawatmu” kata kera
“Kami akan menjagamu” kata kelinci
“Terima kasih” kata Pangeran buruk rupa “Kalian memang baik hati, tapi aku harus kembali ke istana. Raja akan mencariku”
Tapi tubuh Pangeran buruk rupa terlalu lemah untuk berjalan, sehingga ia harus tinggal di hutan.
Ia tinggal di rumah mungil yang terbuat dari kayu yang dikelilingi bunga-bunga beraneka warna. Kupu-kupu berterbangan ke sana kemari, burung-burung pun bernyanyi.
Di istana, sang Raja gelisah karena kehilangan putranya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk mencarinya. Dan setelah beberapa hari mencari, Raja menemukan putranya di tengah hutan. Tapi, Pengeran buruk rupa enggan kembali ke istana karena di hutan ini ia mempunyai banyak sahabat yang menyayanginya. Sang Raja akhirnya membiarkan pangeran tinggal di hutan dan memerintahkan pengawalnya membawakan makanan untuk putranya setiap hari.
Sementara itu rakyat yang tinggal di tepi hutan tidak menemukan makanan di depan rumahnya lagi. Dan mereka sadar kalau selama ini yang meletakkan makanan di depan rumah mereka adalah Pangeran buruk rupa yang mereka hina beberapa waktu yang lalu, maka mereka minta ma’af kepada Pangeran buruk rupa dan mereka berjanji pula untuk tidak bergantung pada pemberian orang lain seperti yang mereka lakukan selama ini.
Akhir cerita, Pangeran Buruk Rupa, sang raja dan rakyatnya bersama-sama membangun negeri mereka. Mereka membuka perkebunan jeruk yang besar dan menjual jeruk itu ke negeri lain. Sekarang orang-orang tidak lagi menyebutnya Pangeran buruk rupa melainkan Pangeran jeruk.