Selasa, 20 Agustus 2013

Cerpen - Tuhan,Keadilan dan air mata

Terkadang hidup tidak seindah cerita-cerita dongeng yang selalu dibacakan orang tua kita sebelum kita tidur.Tidak semanis lagu-lagu cinta yang saat ini banyak diputar di seantero dunia.Namun hampir menyerupai pertunjukan film yang penuh rekayasa dan drama.Terkadang kita diharuskan memakai topeng dalam menjalani hidup ini.Harus tersenyum kepada orang yang kita benci agar dia tidak tahu jika kita membenci dia.
                Hujan sore ini membuat Kota Jakarta semakin macet dari hari-hari biasanya.Jika pada hari biasa saja sudah macet bagaimana jika ditambah hujan seperti ini.Namun aku suka hujan dan melihat rintik-rintik air yang berjatuhan.Menurutku itu sangat indah,seperti butiran-butiran air mata para dewa langit yang memberikan karunianya kepada manusia-manusia di bawah sini.
                Aku bingung harus pulang kemana malam ini.Kulirik jam sudah menunjukan lewat pukul tujuh malam dan halte tempat aku berteduh ini hanya ada aku seorang.Aku enggan untuk pulang kerumah jika hanya untuk melihat pertengkaran orang tuaku saja.Sudah bertahun-tahun rasanya mereka bertengkar seperti ini dan mungkin saat ini sudah hampir mencapai puncaknya dan mereka akan memutuskan untuk perceraian.Terlalu banyak masalah rumit yang susah untuk aku pahami tentang mereka berdua.
                Tanpa terasa aku meneteskan air mata jika mengingat betapa beruntungnya teman-temanku yang mempunyai keluarga yang harmonis yang peduli kepada perkembangan anak-anaknya,yang selalu ada disaat anak mereka membutuhkan seseorang untuk berbagi kesedihan dan membantu menyelesaikan masalah.Tidak seperti keluargaku yang berantakan seperti ini.Aku benci ketidak adilan ini Tuhan.Mengapa yang lain bahagia tapi aku tidak bahagia seperti ini.
                Tiba-tiba seorang bapak tua menyodorkan sebuah tissue kepadaku “Ada masalah apa anak muda sehingga kamu menangis seperti ini?”
                Aku masih terdiam sambil melap air mata yang sudah membasahi wajahku dengan tissue pemberian bapak tua tersebut. “Tidak adil” Aku hanya bisa mengucapkan dua kata itu karna aku tidak sanggup untuk berbicara banyak.Terlalu banyak emosi yang membebaniku saat ini.
                “Apa yang kamu tahu tentang keadilan anak muda?sementara umurmu saja masih muda” Bapak tua tersebut kulihat tersenyum sendirian.”Ketidak adilan yang kamu rasakan itulah arti sebuah keadilan yang sebenarnya.Tuhan sudah merancang arti keadilan dalam ketidak adilan yang sangat indah”
                “Aku tidak mengerti apa yang bapak maksud” Kutatap sinis bapak tua tersebut.
                “Apa masalahmu anak muda.Jangan terlalu sedih dalam menghadapi suatu masalah”
                “Mengapa yang lain mempunyai keluarga yang harmonis sementara aku tidak?Mengapa yang lain sering merasakan bahagia sementara aku tidak?Mengapa yang lain bisa mendapatkan apa yang mereka mau dengan mudah sementara aku susah?Apa itu namanya jika bukan suatu ketidak adilan Tuhan?Ini yang Tuhan rencanakan dengan indah membuat aku tidak merasakan kebahagiaan tapi mendapatkan air mata terus?” Tak terasa air mata kembali turun dari kedua mataku
                “Kamu tidak tahu rencana Tuhan yang begitu indah.Kamu hanya bisa mengeluh tanpa pernah tahu arti dari itu semua” Bapak tua itu memainkan genangan air di jalanan dengan kakinya yang tanpa mengenakan alas kaki apapun “Segala sesuatu yang direncanakan Tuhan itu indah,namun kita sebagai manusia tidak pernah mengerti rencana indah tersebut.Terkadang disaat kita menjalani hidup kita menemui jalan buntu kita sering berputus asa dan menyalahkan Tuhan.Padahal kita tidak tahu jika diatas sana Tuhan tersenyum pada kita dan ingin membisikan jika jalan yang kita hadapi bukanlah jalan buntu melainkan sebuah belokan dan kita sebagai manusia tidak sadar akan itu semua.Sungguh indah rencana Tuhan tersebut”
                Aku diam mendengar semua omongan bapak tua tersebut dan berusaha memahami itu semua.
                “Kamu lihat gelandangan yang sedang mengemis di tengah hujan begini?menurutmu apa itu adil sementara ada orang lain duduk manis di dalam mobil mewah mereka?”
                Aku berusaha mencari pengemis yang dimaksud bapak tua tersebut dan memang tak jauh dari sebrang jalan kulihat ada seorang pengemis yang sedang meminta-minta ke sebuah mobil mewah saat jalanan sedang macet seperti ini “Entahlah mungkin memang tidak adil.Aku tidak mengerti”
                “Tuhan menciptakan orang miskin,kaya,jelek,tampan,bodoh,pintar,cacat,baik,itu ada tujuannya tersendiri.Tidak ada tujuan Tuhan yang sia-sia.Bayangkan jika semua dibuat adil tanpa ada perbedaan.Jika manusia dibuat kaya raya semua?Siapa yang mau jadi pengemis atau siapa yang mau menjadi pembantu di rumah dia,yang mau menjadi supir dan pegawai di tempat dia?Atau semua orang dibuat sama semuanya,sama rupanya,kayanya,cerdasnya pokonya semua dibuat sama adil dan tanpa ada perbedaan?Apakah malah jadi tidak adil jadinya?”
                “Jadi maksud bapak Tuhan menciptakan perbedaan dan ketidak adilan yang aku maksud itu justru untuk membuat kehidupan manusia menjadi saling berkesinambungan dan justru menjadi indah dan adil?”
                “Kamu benar anak muda.Jangan pernah kamu melihat suatu masalah dari satu sisi.Lihatlah masalah tersebut dari berbagai sisi”
                Aku menghapus sisa-sisa air mata yang tersisa di wajahku dan berusaha tersenyum menghadapi ini semua.Mungkin Tuhan benar ini harus aku lewati.Justru ketidak adilan yang aku rasakan ini merupakan sebuah keadilan bagiku.Tuhan memang sangat pintar dalam membuat sebuah kehidupan tanpa aku sadari.
                Aku sadar diluar sana masih banyak manusia yang sedang dilatih cobaan yang jauh lebih berat oleh Tuhan namun masih bisa tersenyum untuk menyelesaikan masalah mereka.Jika mereka bisa mengapa aku tidak bisa?
                Aku hendak berterima kasih kepada bapak tua tersebut akan segala nasiha-nasihat yang dia berikan namun dia sudah tak ada.Hanya angin kecil yang tiba-tiba lewat disekitar tubuhku yang masih mencari-cari bapak tua tersebut.Mungkin bapak tua tersebut sudah pergi namun aku tidak menyadari kepergiannya.Ya mungkin….

0 komentar: