Selasa, 08 Januari 2013


Cerbung : Mandy dan Landy (7)

     " Dia udah sadar ! " samar-samar Mandy mendengar suara yang tak asing baginya. Perlahan-lahan ia pun membuka matanya, semua berwarna merah maroon, nuansa klasik yang sangat ia sukai.
     " Aku dimana ? " tanya Mandy sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut-denyut.
     " Kamu di rumah barumu, sayang. " ucap seorang wanita  paruh baya yang tampak welas asih.
     " Bunda mana ? kenapa ada kak Rifky ? rumah baru ? maksud Ibu ? " berondongan pertanyaan Mandy yang penasaran akan semua ini.
     " Kamu Ibu pilih untuk jadi anaknya Ibu. Ibu sudah lama menginginkan anak perempuan. " lirih sang Ibu.
Mandy yang punya perasaan begitu sensitif akhirnya tersentuh juga dengan melihat wajah sang Ibu namun ia tak dapat meredam rasa yang aneh di dadanya ketika ia harus menjadi saudara salah satu " penguasa " di sekolahnya sendiri.
     " Ma, Rifky keluar dulu ya. " ujar Rifky ketika melihat handphonenya berdering.
Dan semua pun seperti mimpi bagi Mandy !
     Keesokan harinya ketika memasuki gerbang sekolah, para siswa dan siswi seolah menunjukkan ekspresi yang sama ketika melihat langkah Rifky dan Mandy sejajar. Dengan perasaan yang begitu canggung, Mandy menundukkan wajahnya yang kini telah terbalut semua yang serba baru. Rambutnya yang kini biasanya diikat, kini diurai. Matanya yang dulu terbingkai kacamata, kini tidak ada. Matanya berwarna hitam pekat sekarang, ditutupi oleh softlens. Semua begitu terheran-heran melihat perubahan Mandy yang begitu drastis padahal ia adalah anak baru di sekolah itu.
     Namun saat mereka tengah asyiknya memperhatikan Mandy dan Rifky, Rifky merubah haluannya menuju lantai 2 sedangkan Mandy masih terus saja berjalan menuju ke kelasnya. " Mandy ? " tegur seseorang yang perlahan mendekat untuk memastikan. Mandy yang merasa dipanggil akhirnya mendongakkan kepala dan melihat bahwa Ghina tengah berdiri di hadapannya seolah tak percaya dengan perubahan drastis sahabatnya itu.
     " Kok bisa ? " alis Ghina berkerut pertanda ia meminta sebuah jawaban yang pasti dari mulut Mandy.
     " Jangan cerita disini, gimana kalo di kantin ? " perlahan gaya bahasa Mandy pun berubah.
     " Oke ! " Ghina menyetuji usulan sahabatnya itu lalu mereka pun pergi menuju kantin.
     Sesaatnya di kantin, mereka pun duduk dan memesan minuman favorit masing-masing. Beberapa menit mereka terdiam membisu seolah tak ada yang ingin membuka pembicaraan namun akhirnya Mandy mengambil inisiatif membuka pembicaraan itu terlebih dahulu. Semuanya Mandy ceritakan dengan sangat sempurna, tak ada satupun yang tertinggal hingga Ghina yang mendengarkan pun hanya bisa tertegun seolah ia tersambar petir yang sagat hebat di kepalanya pagi ini. Saat Mandy menyelesaikan ceritanya, tak lama kemudian Rifky menghampiri dengan mesranya hingga tiba-tiba praaanggg...
     " Bangsaaaatttt !!! " desis seseorang yang begitu emosi melihat kejadian itu.

0 komentar: