Namaku Fitria ,panggil saja dengan panggilan Fitri...
Kini aku duduk dibangku Sekolah menengah pertama,tepatnya aku kelas VII.
Sejak kecil aku buta,aku mempunyai seorang ayah yang bernama
Herman,ayahku selalu menyyangiku.ibuku meninggal dunia saat
melahirkanku.
Ayahku bekerja sebagai tukang urut keliling.
Suatu hari aku bertaya kepada ayahku, “Ayah...kapan ya fitria bisa
melihat indahnya dunia,bisa melihat warna seperti teman-teman fitria
yang lain,kan selama ini yang fitria lihat cuman hitam dan gelap.’’
Ayahpun menjawab “Sabar ya sayang,sebentar lagi kamu akan melihat indhnya dunia.
Tersenyumlah aku mendengar ucapan ayah.
Waktu terus berjalan,haripun terus berganti,tak ku sangka-sangka
akhirnya aku bisa melihat indahnya dunia,sejak itu pula aku beranih
jatuh cinta.
Ada seorang lelaki kaya raya dia mendekatiku,meski usianya jauh lebih
tua dariku,tak menutup kemungkinan ku bukakan hatiku untuk dia.
aku mengenalnya ketika aku dan teman-temanku saat makan bersama.
setiap hari lelaki tersebut menelfonku.
Pada suatu malam Hp berbunyi,dengan bergegas aku mengangkatnya,ternyata dari lelaki itu,sebut aja namanya Adli,
Ku terima panggilan masuknya,lalu kita ngobrol panjang .
Ku nikmati setiap obrolan yang terjadi antara aku dan Adli,didepan teras
dengan bersandar tiang yang tua,aku merasakan kenyamanan saat menerima
telfon darinya.
Tiba-tiba ku dengar seorng yang berjalan dibelakangku dan memanggilku,
‘’Fitri...ayah haus nak,tolong ambilkan ayah minum’’
Akupun tak menghiraukannya dan ku lanjutkan telfonku dengan Adli.
Lalu ayahpun berkata “Fitria sayang,kalau nggak mau nggak apa-apa,ayah
berangkat kerja dulu,’’ ujar ayahku dan lngsung pergi dengan tongkat
kayu tuanya yang digunakan sebagai petunjuk jalan.
Hingga larut malam akupun terus mengobrol dengan Adli melalu Handpon genggamku.
Tak kusangka rasa kantukpun menyerangku hingga ku terlelap dalam tidurku
dan berselimut rasa dingin diteras rumahku.tiba-taba kudengar ada yang
mmemanggilku “Fitri...Ayah pulang sayang,Ketiduran ya nungguin ayah...?”
Kemudian akupun bangun dengan rasa kantuk yang menderaku dengan bisu aku berlari menuju kamar tanpa ku mendengar sapa’an ayah.
Waktu terus berjalan,hingga akhirnya aku menikah dan mempunyai sebuah
keluarga kecil bersama Adli dan dikaruniai dua anak laki-laki.
Kehidupanku yang dulu sudah ku tinggalkan,kini aku hidup disebuah
perumahan mewah bersama suwami dan anak-anakku.
Suatu hari anak-anakku bertanya padaku,panggil saja mereka dengan panggilan Arya dan Putra.
“Mah...Apa Arya dan Putra memiliki seorang nenek dan kakek dari mamah..?” tanya anakku dengan kepolosannya.
“Punya sayang...tapi sudah meninggal sebelum kalian lahir” jawabku dengan muka pucat.
Tiba-tiba ku dengar bel pintu rumahpun berbunyi,segera anak-anakku
membuka pintu,tak lama kmudian ku dengar mereka berteriak,bergegas aku
menemui anakku dan bertanya “Ada apa sayang?”
“Mama ada pengemis bermuka serem,itu mah lihat mah...Arya takut”
Dengan kaget aku melihat ayahku berdiri diepan pintu rumahku,bersandar
dengan tongkat nya,akupun menyuruh anak-anakku untuk masuk kedalam
rumah,lalu kupersilahkan ayahku duduk diteras rumahku.
“Ngapain Ayah kesini...Fitri kemarin sudah kirim banyak uang buat ayah,
Ayah tau nggak apa yang terjadi jika ayah muncul disini? Anak-anakku
pada takut ayah,dan fitri malu dilihat banyk tetangga kalau Fitri punya
ayah yang cacat.”
Ujarku kepada ayah,tanpa berkata apa-apa ayahpun langsung pergi.
Suatu hari kami sekeluarga akan berlibur disuatu tempat,dalam perjalanan
anak-anakku dan suwamiku merasa senang dan begitu pula denganku,dalam
perjalanan kita saling bersahut-sahutan dalam bersenandung.tiba-tiba
terdengar suara hentakan,ternyata mobil kami menabrak sesuatu,tanpa
kami suruh anak-ankku turun dari mobil dan melihat apa yang mobil kami
tabrak..,selang waktu beberapa menit anak-anakku masuk kembali kedalam
mobil dan brkata “papa...mobil kita menabrak seorang pengemis...mungki
dia meninggal papa.,Arya takut...,”
Suwamikupun menjawab “Biar papa lihat dulu ya sayang...”
“nggak papa kami takut papah,ayok papah kita pergi dari sini’’ rengek putraku dengan muka pucat didalam pelukanku...
Tanpa berfikir panjang swamiku pergi dari Tkp,selang beberapa jam kami
sampai rumah,suwamiku bertanya padaku “mah…apa nggak sebaknya kita
kembaali lagi,untuk bertanggung jawab atas apa yang kita tabrak tadi?”
tanpa berfikir panjang akupun meninggalkan suwamiku dengan muka yang
tidak penuh dengan kecemasan.
Beberapa bulan kemudian,saya memutuskan untuk menjenguk ayah saya
didesa,setibanya saya disana ku ketuk pintu rumahku…rumah masa kecilku
yang lapuk dan penuh dengan debu,lama ku ketuk tak ada satupun sahutan
terdengar dari dalam rumah,hanya seorang perempuan setengah baya
menemuiku.
“mbak Fitria??...mbak cari bapak ya…” Tanya wanita itu padaku,dan akupun
menjawabnya “iya…ayah kemana ya bu…dari tadi saya ketuk pintu nggak
keluar-keluar?”
“bapak sudah meninggal mbak beberapa bulan yang lalu,ketabrak mobil pas
bapak jalan kaki sepulang dari kota,pada waktu itu saya bertanya pada
bapak,kalau bapak kekota mau menemui cucu-cucunya,bapak membeli banyak
mainan mbak dari uang pijat urutnya,hampir bapak 2hari nggak pulang
rumah karna mencari uang tambahan buat beli mainan cucu-cucunya” cerita
ibu itu padaku,dengan rasa kaget dan menyesal aku bersandar pada pintu
tua yang lapuk dengan deraian air mata yang tak kunjung henti,ternyata
yang kami tabrak kemaren ayahku sendiri,kakek dari anak-anakku,bahkan
anak-anakku belum pernah sekalipun bertemu dengan kakek mereka,namun
ayah sudah pergi,dengan penyesalan yang tiada henti aku tersipu dan
kupandangi l langit-langit teras rumahku,disinilah dulu aku dibesarkan
ayahku,disinilah saksi bahwa mata yang ku punya ini adalah mata
ayahku,tak pernah sedikitpun aku membalasnya,ternyata aku malah
membunuhnya,sungguh durhaka aku ini,apa kelak anak-anakku akan seperti
aku?mendurhakaiku?
Dalam hati hanya ada penyesalan besar,gengsiku…membuatku lupa diri,lupa pada orang tuaku,ayah maafkan aku…
0 komentar:
Posting Komentar