Senin, 19 November 2012

Pangeran si buruk rupa


Tepat di tengah hutan, seekor kelinci sedang menikmati dedaunan sebagai makan siangnya. Bulunya putih seputih salju di puncak gunung dan lembut seperti kapas. Telinganya yang panjang bergerak ke kanan dan ke kiri. Tidak jauh dari situ kupu-kupu hutan melompat dari bunga satu ke bunga yang lainnya, mencari-cari madu di dalamnya. Setelah merasa kenyang, kupu-kupu hutan terbang di atas kelinci.
“Kabarnya Pangeran Buruk Rupa akan pindah ke hutan ini” kata kupu-kupu hutan, kepakan sayapnya mengenai telinga kelinci dan membuatnya kegatalan
“Aduh, pangeran itu akan membuat buluku yang indah menjadi kotor” kata kelinci, melompat-lompat mengejar kupu-kupu “Dia akan menjadikan bunga-bunga layu dan aku tidak akan pernah bisa mencium wangi bunga” si kelinci berhenti mengejar kupu-kupu hutan
Kupu-kupu hutan hinggap di daun mawar kemudian melompat-lompat dengan santai ke atas kelopak bunga sambil memamerkan sayapnya yang indah
“Kamu belum tahu cerita sebenarnya” kata kupu-kupu hutan “Dia itu pangeran yang baik, selalu merawat bunga-bunganya di taman sehingga aku bisa minum madu di sana”
“Benarkah?” tanya si kelinci “aku tak percaya”
“Raja sangat sayang padanya, tapi ia tidak ingin rakyatnya tahu kalau sang pangeran mempunyai rupa yang buruk. Karena itu raja membuatkan kamar yang indah untuknya, tidak ada cermin di kamar itu. Di samping kamarnya ada kebun bunga yang indah, kami biasa bermain di sana. Ia memberi nama kepada kupu-kupu dan burung-burung yang mampir ke kebunnya, ia memberiku nama ‘Jamila’, artinya cantik. Aku senang dengan nama itu karena aku memang cantik.”
“Aku akan buktikan kalau kamu itu salah” kata kelinci, melompat-lompat ke dalam hutan.
“Mudah-mudahan kamu dapat belajar dari kebaikan hati sang Pangeran” ujar kupu-kupu hutan
***
Pada suatu malam, di sebuah istana yang indah, pangeran buruk rupa memandang bintang melalui jendela kamarnya, berharap dapat tinggal di sana sehingga tak seorang pun merasa jijik dengannya. Walaupun raja menyayanginya, tapi apakah rakyatnya mencintainya? Pernah di suatu siang, dengan memakai tudung, ia diam-diam keluar istana untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia prihatin melihat rakyatnya yang tinggal di tepi hutan hidup miskin. Di depan sebuah rumah ia jumpai seorang anak yang menangis kelaparan. Ia mendekatinya dan memberinya uang. Tapi anak itu lari ketakutan setelah melihat wajahnya yang buruk rupa.
Menjelang tengah malam, ketika dipastikan rakyatnya sudah tidur, Pangeran buruk rupa pergi keluar kamarnya dan melangkah ke dapur. Ia mengambil sejumlah roti, jagung dan gandum, lalu membungkusnya dengan kain. Ia keluar istana melalui jendela dapur sehingga tak seorang penjaga pun melihatnya. Ia berjalan menuju tepi hutan, dan dengan sangat hati-hati membagikan makanan itu ketiap-tiap rumah tanpa tak seorang pun mengetahuinya. Hampir satu tahun ia melakukannya ini dan ia melakukannya karena ia sangat sayang kepada rakyatnya. Dan keesokan paginya, orang-orang akan mengambil makanan itu dan menyangka makanan itu jatuh dari langit.
Si kelinci putih melihat apa yang dilakukan pangeran dari semak-semak dan memuji tindakannya.
Ia memang mencintai rakyatnya kelinci berkata dalam hati, Tapi apakah ia juga sayang kepada biantang?
Pangeran buruk rupa kembali ke istana dan kembali ke kamarnya tanpa diketahui oleh siapapun kecuali si kelinci yang mengikutinya dari belakang.
***
Matahari pagi bersinar cerah menyapa bunga-bunga di taman istana, tersenyum pada sang pangeran yang sedang menyirami bunga-bunganya. Burung-burung pagi berjejer di pagar mendengar alunan suara pangeran. Si kelinci tertidur di rerumputan dekat bunga mawar. Bunga mawar membangunkannya dengan durinya yang tajam. Si kelinci melompat terkejut dan menjauh dari bunga mawar. Bunga mawar mengucapkan selamat pagi padanya.
“Kelinci yang cantik” seru sang pangeran
Si kelinci lagi-lagi terkejut dan hampir membuatnya terjatuh ke belakang.
“Jangan takut” kata Pangeran buruk rupa “Kamu pasti belum makan. Kamu tunggu di sni, aku akan mengambil makanan untukmu” ia pergi menuju dapur dan kembali membawa semangkuk susu dan roti manis.
Si kelinci mendekati roti itu perlahan, mendengus-dengus dan kemudian menyantapnya dengan lahap. Ia juga menghabiskan susu itu dan menjilat-jilat mangkuknya. Belum pernah ia makan makanan selezat itu.
“Aku menamakanmu Snowy, karena engkau seputih salju” kata Pangeran buruk rupa.
Ketika malam kembali datang, Pangeran buruk rupa kembali memandangi langit dari jendelanya. Ia menatap bulan, seolah-olah menjadi cermin baginya sambil membayangkan di dalam cermin itu ada dirinya yang rupawan sedang tersenyum. Bulan memandangi Pangeran buruk rupa dengan sedih. Si kelinci memerhatikannya dari kejauhan, ikut merasakan kesedihannya.
Menjelang tengah malam, seperti malam-malam sebelumnya, Pangeran buruk rupa mengambil makanan dari dapur, lalu keluar istana dan kemudian menuju tepi hutan untuk membagi-bagikan makanan kepada rakyatnya. Si kelinci melompat-lompat di belakangnya tanpa diketahui sang pangeran. Setelah selasai membagikan makanan, Pangeran buruk rupa kembali ke istana. Tapi, belum sempat melangkah jauh, terdengar suara retakan ranting di belakangnya. Pangeran Buruk Rupa berhenti melangkah, menengok ke arah asal suara itu, dan tampaklah si kelinci putih sedang terjepit dalam perangkap dan sedang meringis kesakitan. Pangeran buruk rupa mencoba membebaskannya, menarik tuasnya sekuat tenaga sampai akhirnya si kelinci dapat bebas dan melompat-lompat menjauh. Tiba-tiba dari dalam rumah keluar seorang laki-laki tua, ia berteriak :
“Ada yang mau mencuri makanan kita!”
Pangeran buruk rupa terkejut mendengarnya dan melihat orang-orang sudah berkerumun ingin menangkapnya.
“Lihat wajahnya buruk sekali! Ia monster!” kata seorang wanita bertubuh gemuk. Orang-orang melempari Pangeran buruk rupa dengan batu dan ranting kayu.
Pangeran buruk rupa berlari ke dalam hutan dengan sekuat tenaga. Tapi sebuah lubang membuatnya terjatuh. Orang-orang memukulnya dengan kayu dan terus melemparinya hingga wajah dan tubuhnya terluka. Orang-orang meninggalkannya setelah melihatnya tidak berdaya. Dengan susah payah Pangeran buruk rupa bangkit dan berjalan menuju hutan.
***
Cahaya matahari bersinar menembus celah-celah dedaunan hutan, menghangatkan tubuh sang pangeran yang terbaring lemah. Ketika membuka matanya, ia melihat kelinci, kupu-kupu hutan, rusa, kera, burung-burung yang berdiri di badan harimau mengelilinginya.
“Kami tahu kejadiannya” kata rusa
“Kami akan merawatmu” kata kera
“Kami akan menjagamu” kata kelinci
“Terima kasih” kata Pangeran buruk rupa “Kalian memang baik hati, tapi aku harus kembali ke istana. Raja akan mencariku”
Tapi tubuh Pangeran buruk rupa terlalu lemah untuk berjalan, sehingga ia harus tinggal di hutan.
Ia tinggal di rumah mungil yang terbuat dari kayu yang dikelilingi bunga-bunga beraneka warna. Kupu-kupu berterbangan ke sana kemari, burung-burung pun bernyanyi.
Di istana, sang Raja gelisah karena kehilangan putranya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk mencarinya. Dan setelah beberapa hari mencari, Raja menemukan putranya di tengah hutan. Tapi, Pengeran buruk rupa enggan kembali ke istana karena di hutan ini ia mempunyai banyak sahabat yang menyayanginya. Sang Raja akhirnya membiarkan pangeran tinggal di hutan dan memerintahkan pengawalnya membawakan makanan untuk putranya setiap hari.
Sementara itu rakyat yang tinggal di tepi hutan tidak menemukan makanan di depan rumahnya lagi. Dan mereka sadar kalau selama ini yang meletakkan makanan di depan rumah mereka adalah Pangeran buruk rupa yang mereka hina beberapa waktu yang lalu, maka mereka minta ma’af kepada Pangeran buruk rupa dan mereka berjanji pula untuk tidak bergantung pada pemberian orang lain seperti yang mereka lakukan selama ini.
Akhir cerita, Pangeran Buruk Rupa, sang raja dan rakyatnya bersama-sama membangun negeri mereka. Mereka membuka perkebunan jeruk yang besar dan menjual jeruk itu ke negeri lain. Sekarang orang-orang tidak lagi menyebutnya Pangeran buruk rupa melainkan Pangeran jeruk.

0 komentar: