Senin, 19 November 2012


KISAH SANG PANGERAN (bagian 1 & 2)

01AUG
(Bagian 1)
Di sebuah kerajaan yang aman dan makmur, hidup seorang pangeran yang dikaruniai baik harta maupun cinta kasih yang berlimpah. Pangeran ini adalah anak dari seorang raja yang memiliki istana di empat penjuru mata angin. Keempat-empat istana ini berjauhan, karena hanya didatangi sesuai musim saja. Pangeran ini memiliki nama yang panjang, namun jarang diucapkan karena kebanyakan mereka hanya memanggilnya Pangeran saja.
Pangeran memiliki sedikit teman, kebanyakan adalah anak-anak bangsawan yang hidup di kerajaan ayahnya, karena untuk mencari teman sesama pangeran sangatlah sulit, karena negeri mereka yang berjauhan. Bersama teman-temannya inilah ia belajar berburu, memanah, berenang, dan adu senjata. Kadang-kadang ditemani naga peliharaannya, ia terbang mengitari negerinya.
Suatu hari, permaisuri memanggilnya,”Anakku, usiamu sudah memasuki 17 tahun. Sudah sepantasnya kalau kami mengadakan pesta perkenalan, debute party, untuk memperkenalkan kau sebagai calon pengganti ayahmu. Kita akan undang gadis-gadis tercantik di negeri ini, untuk pesta dansa. Kau boleh undang kawan-kawanmu juga dan besok mulailah berlatih dansa, sehingga kau tidak mempermalukan kami karena kau juga menguasai ilmu tata krama, selain ilmu berperang yang kami ajarkan sejak kecil.”
”Ibunda, aku akan berlatih supaya tidak mengecewakanmu dalam pesta nanti.”

Selang sebulan sesudahnya, setelah pengumuman di seluruh penjuru negeri, hari bahagia itu pun tiba. Di bawah sinar bulan purnama, puluhan gadis-gadis cantik dan pemuda tampan tiba di istana. Pangeran pun menyambut mereka dengan mengajak mereka berdansa bersama dengan penuh penghormatan. Sang Raja dan Permaisuri pun asyik bercakap-cakap dengan kaum bangsawan yang lain. Pada waktu hampir jam 10 malam, tibalah seorang gadis cantik, dengan rambut pirang yang tertata rapi dengan tiara platina bertatahkan berlian dan mata biru yang memancarkan kelembutan hati. Gaun taffetta sifon dan sutra yang ia kenakan menyapu lantai. Tangan halusnya diselubungi sepasang sarung tangan putih transparan. Aura kecantikannya yang memancar dengan tata rias yang sederhana membuat hampir seluruh tamu mendongak ke arah gerbang balairung.
Pangeran permisi pada gadis yang sedang diajaknya berdansa untuk menyambut tamunya ini.
Gadis ini tersenyum lembut, Pangeran serta merta mengajaknya berdansa. Tamu-tamu yang lain mundur mengelilingi pasangan ini. Pangeran mengambilkan segelas anggur dari pelayan yang lewat dan diberikan pada si gadis, kemudian menggandeng tangan si gadis dan berdansa bersama. Jubah Pangeran yang berwarna biru dengan benang keemasan tampak serasi dengan gaun si gadis yang berwarna putih lembut. Lampu-lampu pesta yang temaram dan musik dari orkestra ikut membuat suasana semakin romantis.
Selesai berdansa, pangeran mengajak si gadis untuk mengobrol di balkon, sambil melihat bintang melalui teleskop si pangeran. Mereka berdiskusi tentang galaksi, pergerakan planet-planet, dan benda-benda langit lainnya. Sesekali si gadis tertawa mendengar lelucon sang pangeran.
’Deng… deng.. deng…’ Suara lonceng jam kerajaan berbunyi kencang 12 kali. Wajah si gadis memucat, dilepaskannya pelukan si pangeran yang sedang melingkar erat di pinggang rampingnya. Ia berlari menuruni tangga namun ia tersandung di anak tangga ketiga. Sepatu kaca yang dipakainya terlepas sebelah. Sambil melepas yang satu lagi, si gadis menyadari gaun dan tatanan rambutnya sudah berubah menjadi pakaian rumahan yang biasa. Rambut pirangnya menjadi kusam. Ia malu dan lari bersembunyi di semak-semak.. Pangeran yang mengejarnya tak menemukan jejaknya kecuali sebuah sepatu kaca yang tergeletak di anak tangga ketiga. Si gadis mengintip Pangeran dari sela semak-semak, dan berkata lirih,”Aku Cinderella. Kenapa kau tak tanya namaku sekali saja?”.
Cinderella berjalan pulang ke rumahnya yang terletak 3 jam perjalanan. Ketika mentari hampir terbit di ufuk timur, barulah ia tiba.
(Bagian 2)
Esok paginya, Pangeran berpikir, akankah ia mencari gadis bersepatu kaca itu? Memangnya ada berapa banyak gadis yang memakai sepatu kaca? Apakah sepatu ini sedang trend? Kalau memang iya, akan sulit sekali mencari gadis ini karena pasti banyak yang memiliki. Ia menyesal terlalu terpesona sehingga tidak menanyakan nama si gadis.
Permaisuri yang menjumpai putranya di balkon di samping teleskopnya menanyakan gundahnya si Pangeran.
”Ibu, walaupun aku dapat melihat Venus dari sini, namun terasa gadis itu lebih jauh dari galaksi Andromeda. Cuma sepatu ini jejakku. Akankah titisan Aphrodite ini dapat kutemukan lagi?”
”Anakku, aku tahu kegundahanmu, tapi jangan sia-siakan masa mudamu. Ada banyak gadis yang menanti hatimu, Pangeran. Sepatu itu banyak yang punya, lihat, ibu pun memilikinya satu,” kata Sang Permaisuri sambil menjulurkan kakinya. Sepatu kaca milik permaisuri bertatahkan emas dan batu zamrud. Sedangkan milik si gadis berhias berlian dengan potongan yang memancarkan kilaunya.
”Pemilik sepatu ini pasti gadis dengan selera tinggi. Tak sembarangan gadis dapat memiliki sepatu semewah ini. Pasti ia dari keturunan bangsawan atau putri raja dari negeri seberang. Ibu, dimana kau membeli sepatu milikmu? Mungkin gadis ini memesan dari tempat yang sama??”
”Ini hadiah dari negeri bagian barat. Musim panas disana terasa lembut. Banyak peniup kaca menghasilkan karya yang sangat indah. Malam-malam di jembatan dengan pemain biola melantunkan lagu cinta. Kau bisa kesana, Nak. Temui Manolo, salah satu pembuat sepatu terbaik. Mungkin ia bisa membantumu.”
***BERSAMBUNG***

0 komentar: