Selasa, 27 November 2012

Kasih Ibu Sepanjang Masa


 Angin bertiup menerpa wajahku. Terasa sejuk dan menyenangkan. Bunyi daun bergoyang tertiup oleh angin menambah kesan nyaman untukku. Oh ya, kita belum berkenalan nama ku Fita. Aku bersekolah di SMA Negeri  5 Palembang, duduk di kelas XI IPA. Aku suka sekali dengan menulis cerita, mulai dari kisah nyata ku atau fiksi yang aku tulis di sebuah buku khusus yang kira-kira tebalnya 200 halaman. Wah aku curhat jadinya, hehehe.
                Hari ini aku berjalan menuju sekolah ku, sambil bersenandung ria. Mencoba untuk membuat mood ku menjadi lebih baik. Yah aku sangat lelah setelah melakukan tugas rumah, membantu ibu ku yang menjadi Kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Semenjak ayah ku pergi karena telah dipanggil oleh Tuhan, ibu ku merangkap tugas sebagai Kepala keluarga, dan semenjak itu kasih sayang ibu kepada ku dan 2 adik ku, Uti dan Ruli menjadi berkurang bahkan sudah sangat jarang sekali. Jika aku sih tak terlalu, tapi bagaimana dengan adik-adik ku yang masih kecil. Mereka butuh kasih sayang kan?.
                Hari ini ibu pergi pagi-pagi sekali, sehingga aku yang harus mengurus adik-adik ku. Pernah aku melihat ibu ku menangis tersedu-sedu sambil melihat foto ayah ku di saat semua orang terlelap. Saat itu aku mendengar ibu berkata
“Hiks…Hiks…, ayah… sungguh aku lelah… kenapa kau meninggalkan ku…hiks”
                 Aku menangis dalam diam, saat itu aku mencoba merubah sifat ku yang selalu manja menjadi lebih mandiri dan dewasa. Aku tahu pasti ibu ku merasa berat dengan tanggung jawab yang ia emban. Apa pun akan aku lakukan untuk membuat ibu ku bahagia. Walaupun itu harus dengan nyawa ku sendiri.
                Aku ingat sekali, pada saat itu ibu ku jatuh sakit karena kelelahan. Ibu tak sadarkan diri selama 5 jam yang membuat ku risau, khawatir, cemas, semua campur aduk. Sempat terpikirkan ibu ku akan pergi meninggalkan kami sama halnya ayah ku. Aku takut dengan pikiran ku itu, bagaimana apabila itu benar- benar terjadi, sungguh aku tak bisa membanyangkannya. Akhirnya ibu sadarkan diri, ia mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan dengan bias cahaya.
“IBU… sudah sadar?” Tanya ku, bodoh sekali diriku, jelas-jelas ibu sudah sadar.
“Hm, jam berapa sekarang Fit?” Tanya ibu padaku.
“Jam 2 siang bu. Memang kenapa bu? “ aku menatap heran kepada Ibu.
“Kalian sudah makan?” ibu bertanya dengan lemah lembut dan berjalan keluar ke dapur. Ingin rasanya aku berteriak kepada ibu ku ‘Ibu tak perlu cemas, ibu harusnya pikirkan dirimu saja’. Sempat-sempatnya ibu mengkhawatirkan kami, padahal dirinya sedang sakit. Sejak itu aku memutuskan untuk belajar mengurus rumah, memasak , mencuci. Sempat aku bertengkar dengan ibu ku, aku marah besar dengan ibu dan membentaknya. Waktu itu sehari setelah kejadian itu, aku mencoba membantu ibu dengan memasak, tetapi ibu mengatakan “Tak perlu, ibu bisa melakukannya, ibu sudah sehat!”,
“Apanya yang sehat, wajah ibu pucat begitu!” kata ku yang mencoba mengatur emosi ku.
“Tak apa, ibu ingin memasak untuk kalian” kata ibu mencoba mengambil apron ditangan ku.
“Ibu masih sakit biarlah aku yang memasak!” dada ku naik turun, terus menarik napas untuk menenangkan diriku.
“Sudahlah, kau tidak bisa memasak!” saat ibu mengatakan itu, meledak lah emosi ku.
“KENAPA IBU NGGAK PERCAYA PADAKU, AKU SAYANG IBU, AKU INGIN  IBU SEHAT SECEPATNYA,AKU INGIN MEMBAHAGIAKAN IBU, AKU TAK MAU IBU PERGI SEPERTI AYAH, SIAPA LAGI YANG AKU PUNYA SELAIN IBU, AKU BISA IBU, PERCAYALAH, A..a.ku hiks, hiks” aku membentak ibu, air mataku jatuh aku langsung pergi dari dapur dan mengunaci diri di kamar. Aku terus menangis sampai aku mendengar sesorang mengetuk pintu ku. Aku menghapus kasar air mata ku.
“Fit, ini ibu. Buka pintunya sayang!” perintah ibu dari luar. Aku pun membuka pintu dengan perlahan dan memalingkan muka ku tak ingin menatap wajah Ibu. Setelah ibu masuk, ibu menutup pintunya, dan menghampiri ku yang duduk di tepi ranjang. Ibu mengelus rambut ku dengan sayang.
“Maaf kan ibu yang tak percaya padamu” kata ibu masih dengan setia mengelus rambut ku.
“  “ aku hanya diam memejamkan mata merasakan elusan halus di rambut ku.
“Ibu bertrimakasih karena kau mau membantu ibu, ibu janji ibu tak akan meninggalkan kalian, ibu sungguh menyayangi kalian. Ibu sungguh bersyukur memiliki kalian, ibu..i..bu.. hiks” aku langsung memeluk ibu dan menangis bersama ibu.
“hiks..hiks ibu tak perlu khawatir, kami bersyukur punya ibu yang kuat dan tegar. Hiks.. ka.. mi inbgin ibu selalu sehat… ma..af kan aku bu ka..karena  telah membentak mu” aku menangis sejadi-jadinya.
“Ibu..ibu tahu, ibu sangat tahu kalian, terima kasih” ibu mengangis dalam diam.

0 komentar: