Minggu, 16 Desember 2012

Kehidupanku, itulah kematianmu… Bagian 6-Ending (Leirion-Berdamai dengan Tuhan)

Dengarlah hai para malaikat surga, kan kulantunkan lagu ini jauh kesana…
Kan kubuat hatimu menjadi senja yang tak pernah terbit…
Menari tanpa irama, dan bernyayi tanpa suara…
Tertawalah dalam tangisanku, dan menangislah dalam bahagiaku…
Karena hidup tidak akan pernah dapat dimengerti sampai kau benar-benar mati…

(Sajak tentang surga-)


--------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------
“Hai Vi, maaf sebelumnya kalo gw ga ngasih lo kabar apa-apa, apa boleh buat, gw bukan pencipta waktu, gw ga bisa batasin apa yang akan terjadi, tapi yang pasti semua waktu singkat dan sederhana saat gw ada sama lo, itu saat yang paling bahagia yang dia kasih sama Tuhan, maaf kalo gw ga kasih tahu kalo sebenernya sebelum kita ketemu pun, gw udah kenal sama lo, perkenalan itu juga terjadi ga sengaja, gw adalah salah seorang pesakitan juga, ya mungkin bisa dibilang, kita satu nasib, tapi masalahnya, waktu yang diberikan sama gw itu lebih singkat, gw kenal banyak dokter yang ada di rumah sakit tempat lo biasa check-up karena dari kecil sampe sekarang gw emang sering kesitu, malahan kadang harus ga masuk sekolah beberapa hari dalam satu bulan untuk rawat inap, demi memperpanjang waktu hidup gw,

Gw mengidap Coronary artery disease dan Congestive Heart Failure, secara sederhana gw mengidap gagal jantung dan kelainan fungsi jantung, tapi anehnya salah satu dari ginjal gw berfungsi sangat baik, gw juga salah seorang yang terdaftar sebagai anggota pendonor organ tubuh, dan rumah sakit yang udah tahu keadaan gw yang makin menurun, mengenalkan gw sama profil lo, katanya ginjal gw yang akan direkomendasikan untuk jadi pengganti ginjal lo, waktu denger kabar itu gw seneng banget, karena sebelum akhirnya gw meninggal, masih ada sesuatu yang gw berikan buat orang lain, sejujurnya gw ga tahu kalo kita satu sekolah, beberapa bulan yang lalu, gw mulai coba cari tahu tentang diri lo, sampai akhirnya gw mutusin untuk kenal sama lo, gw ga mau sia-siain waktu yang gw ga akan pernah tahu berakhir kapan, dan lo adalah orang terakhir yang gw kenal, dan misi ketiga gw, yang juga misi terakhir adalah mendonorkan ginjal gw, sesuatu dan satu-satunya hal terakhir yang bisa gw bagiin sama orang lain, sama lo Vi, makasih buat perkenalan singkat dan sederhana, maaf kalo gw udah menyusahkan lo dengan maksa lo kenalan, semoga lo ga nyesel kenal sama gw, karena gw merasa beruntung kenal sama lo, sampe ketemu lagi suatu hari nanti, jaga hidup lo baik-baik, dan buat orang lain berdamai dengan Tuhan…”
RAIN

Entah apa yang harus aku katakan kini? entah apa yang harus aku perbuat kini? Harus senang karena ginjalku telah pulih, atau harus sedih ketika harus kehilangan seseorang yang tulus dan sangat berharga, dulu aku sama sekali tidak bersemangat untuk hidup, tapi kini hidupku sepertinya menjadi tanpa alasan,aku sangat tidak ingin menyusahkan siapa pun, tapi kini setiap nafas yang kuhembuskan, setiap detik yang kulewatkan, semua aku terima dengan perjuangan orang lain, perjuangan papa, mama, bahkan Rain, yang baru saja aku kenal bulan ini… ahh, kenapa? Kenapa? Kenapa Tuhan harus membuatku menjadi benalu yang tak terhancurkan? Tapi malah tubuh menjadi bunga yang baru? Sebuah bunga liar yang tumbuh dengan kuat…
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini kesekian kalinya aku gagal melakukan percobaan bunuh diri, setelah pulih dari operasi, aku memutuskan untuk tidak mengkonsumsi lagi obat yang diberikan dokter, berharap kondisiku memburuk, ternyata Tuhan bertindak lain, entah apa yang Ia pikirkan, tapi aku tetap sehat dan tangguh… hidup ini memang tidak pernah dapat diprediksi.
Seseorang membuka pintu kamarku, sementara aku hanya tertunduk, masih memikirkan bagaimana cara mengakhiri hidup yang mempersulitku, aku mengangkat wajahku perlahan, dan aku melihat Timmi, sahabatku…

“Plak…” Tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat di pipi kananku, sakit memang, tapi tak sebanding dengan rasa sakit yang ada di hatiku. Aku hanya tertunduk kembali dan diam.
“Bodoh…” Katanya Keras dan tegas, membuatku sungguh tak nyaman, membuat syaratku menegang, dan aku sungguh takut. perlahan aku mendengar sayup-sayup rintihan, aku dapat merasakan isak tangisannya, ia menangis kini… aku tak pernah melihat Timmi menangis, sejak pertama aku mengenalnya, ini yang pertama kalinya.
“Maaf…” Kataku padanya. Aku jelas tahu dimana letak kesalahanku, tapi entah kenapa aku masih tidak dapat mengubahnya.
“Gw dateng bukan buat lo, gw dateng buat Rain, setelah semua yang udah terjadi, dan semua kesempatan yang dibuat untuk hidup lo, lo harus sadar dan ga buang semuanya gitu aja…”
“Maafin gw…” Kataku lagi, kali ini aku mengucapkannya dengan kesungguhan, aku tersadar, aku terlalu bodoh dan menyia-yiakan sesuatu yang seharusnya aku pertahankan dan perjuangkan dengan baik, tidak akan pernah ada yang dapat membeli kebesaran hati, kerendahan hati, serta kemampuan untuk memperjuangkan hati, semua harus dilalui dan diputuskan untuk dijalani dengan baik, sama seperti kebesaran dan kerendahan hati Rain yang tidak pernah dapat terdefinisikan oleh siapa pun, bahkan diriku sendiri… aku siap menanggung tanggung jawab yang telah Rain dan Tuhan berikan padaku, tanggung jawab untuk hidup, dan hidup untuk membagikannya bagi orang lain, bukan untuk diriku sendiri, hidup untuk membuat orang lain bahagia, sama seperti yang Rain telah lakukan untukku.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini aku memegang leirion itu erat, sebenarnya sangat tak ingin melepaskannya, tapi jauh yang kukira kadang melepaskan sesuatu membuat kita belajar akan sejauh mana ia berharga bagi hidup ini, Rain… aku persembahkan Leirion, sebuah bunga kematian, tapi juga lambang dari kebahagiaan, simbol ketulusan, kesucian, sama seperti hatimu yang tulus padaku… tak akan pernah aku lupakan semua yang waktu yang sederhana itu, setiap senyuman dan sikapmu mengubah caraku memandang dunia, dan kini, misimu telah selesai Rain, aku telah berdamai dengan Tuhan, bahkan kini, aku telah bersahabat denganNya, berharap Ia dapat menyampaikan salamku padamu, padamu yang ada jauh kini denganku… tapi akan kusimpan dalam hatiku.

Aku memang tidak akan pernah bertemu denganmu lagi disini, bahkan nanti jika ada kehidupan yang lain, tapi aku ingin selalu mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang Tuhan buat lewat hidupmu pada diriku, dan sesekali aku melihat langit, aku melihat bunga, dan semua hal yang pernah kau ciptakan sebagai bahasa untuk membuatku mengerti… terimakasih untuk hatimu yang telah mengajarkan padaku sejauh mana aku harus bersyukur, kini aku dapat memandang hidupku dengan jalan yang lebih baik…

Bukan soal berapa banyak hal yang kamu lakukan
Tapi…Ini soal seberapa cinta yang kau taruh Di tiap hal yang kau lakukan…

(Mother Teresa)



*THE END
 
(Akhirnyaa selesaaii jugaa, ahahahahaha :D )

0 komentar: