Senin, 18 Februari 2013


untuk pencuri hati



Sepertinya itu kamu, ya. Makhluk indah Tuhan dengan pakaian rapimu dan bersepeda di heningnya malam Surabaya. Kamu mau ke mana? Mengunjungi temanmu? Kalau begitu, akan kutitipkan surat ini pada temanmu saja dan memintanya untuk memberikannya padamu. Tapi, kumohon baca ini di kamar kos-mu tanpa mendengarkan lagu keroncong kesukaanmu. Setahuku, antara keroncong dan suratku ini tak ada korelasinya. Ah, korelasi, aku jadi ingat moment-moment ospek jika memakai kata tersebut. Sudahlah.

Kamu sudah di kamar saat ini, kan. Jangan lakukan apapun hingga kamu selesai membaca ini seutuhnya, kecuali mengupil yang kutahu itu kebiasaanmu. Ah, masak iya.

Malam tadi, kusapa kamu dengan nama temanku. Kuharap, aku bisa sedikit akrab denganmu gara-gara itu. Semoga. Aku berjalan berempat bersama kawanku dan kamu sendiri saja. Aku sapa kamu dan kamu hanya tersenyum. Simpul. Kusapa lagi --kali ini lebih keras-- dengan nama temanku itu dan sedikit kutelohkan pandanganku padamu. Mungkin saja kali ini kamu membalas sapaku. Ternyata, kamu pun menolehku. Tolehan yang menurutmu sederhana dan hanya hal biasa, bagiku itu seperti..... 

Ah, biasa saja, sih. Tidak ada yang terlalu spesial (sekarang).

Aku membuat surat cinta macam apa ini, terlalu berbelit-belit. Cinta? Aku tidak sedang membuat surat cinta. Aku hanya sedang menuliskan betapa leganya aku, ternyata memang sudah tak ada lagi kamu di hatiku. Bahkan, sedikit pun tidak. Mungkin, itu pun yang membuatku berani menyapamu malam ini. Bukankah sebelumnya aku hanya bisa tertunduk dan mengagumimu dari jauh saja, kan. Kini, bersyukurlah kamu, karena aku tak lagi melakukan itu.

Mungkin, aku masih saja membicarakanmu. Tapi, sejujurnya, aku sudah tidak terlalu menganggapmu bagaikan penyanyi idola yang sangat ingin kutemui. Aku sudah menganggapmu sebagai kenalan saja, sama seperti kamu menganggapku saat ini, bukan. Kamu mungkin sesekali saja datang di ingatanku, mungkin untuk memberitahuku bahwa kebahagianku telah menanti bahkan tanpa aku harus mengingatmu lagi. Jadi, bolehkah kutulis ulang judul dari surat ini? Akan kutuliskan dengan senyuman dan tinta pemberian temanku: "untukmu, (Bukan Lagi) Pencuri Hatiku."

0 komentar: