Minggu, 22 Januari 2012

Sistem penulisan

Huruf BesarHuruf KecilNamaHuruf BesarHuruf KecilNama
AaMm
BbNn
CcNgng
DdNyny
EeOo
-éPp
-euQq
GgRr
HhSs
IiTt
JjUu
KkWw
LlYy

[sunting]Aksara Sunda

HaNaCaRaKa
DaTaSaWaLa
PaDhaJaYaNya
MaGaBaThaNga

[sunting]Undak-usuk

Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.

[sunting]Tempat

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas ..di luhur ..palih luhur ..
di belakang ..di tukang ..palih pengker ..
di bawah ..di handap ..palih handap ..
di dalam ..di jero ..palih lebet ..
di luar ..di luar ..palih luar ..
di samping ..di sisi ..palih gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
antawis ..
sareng ..

[sunting]Waktu

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelumsaacan, saencan, saméméhsateuacan
sesudahsanggeussaparantos
ketikabasanalika
BesokIsukanEnjing

[sunting]Lain Lain

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
laparTinaTina
AdaAyaNyondong
TidakEmbungAlim
SayaUrangAbdi/sim kuring/pribados

[sunting]Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten

Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(Banten)
Bahasa Sunda
(Priangan)
sangatjasapisan
dianyanaanjeunna
susahgatihese
sepertidoangsiga
tidak pernahtiloktara
sayaaingabdi
merekamaraneharanjeuna
melihatnoongningali/nenjo
makanhakantuang/dahar
kenapapannaha
singkongdangdeursampeu
tidak mauembung/endungalim
belakangTukangPengker
repothaliwurebut
BajuJamangAcuk
TemanOrokBatur
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
Ketika sedang berpendapat:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"
  • Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"
  • Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"
  • Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"
  • Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"
Ketika sedang berbelanja:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."
  • Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"
  • Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."
Ketika sedang menunjuk:
  • Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"
  • Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "
  • Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.

[sunting]Tradisi tulisan

Bahasa Sunda memiliki catatan tulisan sejak milenium kedua, dan merupakan bahasa Austronesia ketiga yang memiliki catatan tulisan tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Tulisan pada masa awal menggunakan aksara Pallawa. Pada periode Pajajaran, aksara yang digunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah masuknya pengaruh Kesultanan Mataram pada abad ke-16, aksara hanacaraka(cacarakan) diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan di sekolah-sekolah sampai abad ke-20. Tulisan dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abad ke-20 dan sekarang mendominasi sastra tulisan berbahasa Sunda.

[sunting]Kesusastraan dalam bahasa Sunda

[sunting]Bilangan dalam bahasa Sunda

BilanganLemes
1hiji
2dua
3tilu
4opat
5lima
6genep
7tujuh
8dalapan
9salapan
10sa-puluh
11sa-belas
12dua belas
13tilu belas
....
20dua puluh
21dua puluh hiji
22dua puluh dua
....
100sa-ratus
101sa-ratus hiji
....
200dua ratus
201dua ratus hiji
....
1.000sa-rebu
....
1.000.000sa-juta
....
1.000.000.000sa-miliar
....
1.000.000.000.000sa-triliun
....
1.000.000.000.000.000sa-biliun

[sunting]Catatan kaki

  1. ^ Misalkan Wurm dan Shirô Hattori dalam Language Atlas of Asia-Pacific (1983).
  2. ^ Daerah Ujung Kulon di sebelah selatan Banten semenjak meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883 tidak dihuni lagi dan sekarang menjadi taman nasional

0 komentar: