Angin bertiup menerpa
wajahku. Terasa sejuk dan menyenangkan. Bunyi daun bergoyang tertiup oleh angin
menambah kesan nyaman untukku. Oh ya, kita belum berkenalan nama ku Fita. Aku
bersekolah di SMA Negeri 5 Palembang,
duduk di kelas XI IPA. Aku suka sekali dengan menulis cerita, mulai dari kisah
nyata ku atau fiksi yang aku tulis di sebuah buku khusus yang kira-kira
tebalnya 200 halaman. Wah aku curhat jadinya, hehehe.
Hari
ini aku berjalan menuju sekolah ku, sambil bersenandung ria. Mencoba untuk membuat
mood ku menjadi lebih baik. Yah aku sangat lelah setelah melakukan tugas rumah,
membantu ibu ku yang menjadi Kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga.
Semenjak ayah ku pergi karena telah dipanggil oleh Tuhan, ibu ku merangkap
tugas sebagai Kepala keluarga, dan semenjak itu kasih sayang ibu kepada ku dan
2 adik ku, Uti dan Ruli menjadi berkurang bahkan sudah sangat jarang sekali.
Jika aku sih tak terlalu, tapi bagaimana dengan adik-adik ku yang masih kecil.
Mereka butuh kasih sayang kan?.
Hari
ini ibu pergi pagi-pagi sekali, sehingga aku yang harus mengurus adik-adik ku.
Pernah aku melihat ibu ku menangis tersedu-sedu sambil melihat foto ayah ku di
saat semua orang terlelap. Saat itu aku mendengar ibu berkata
“Hiks…Hiks…, ayah… sungguh aku lelah… kenapa kau
meninggalkan ku…hiks”
Aku menangis dalam diam, saat itu aku mencoba
merubah sifat ku yang selalu manja menjadi lebih mandiri dan dewasa. Aku tahu
pasti ibu ku merasa berat dengan tanggung jawab yang ia emban. Apa pun akan aku
lakukan untuk membuat ibu ku bahagia. Walaupun itu harus dengan nyawa ku
sendiri.
Aku
ingat sekali, pada saat itu ibu ku jatuh sakit karena kelelahan. Ibu tak
sadarkan diri selama 5 jam yang membuat ku risau, khawatir, cemas, semua campur
aduk. Sempat terpikirkan ibu ku akan pergi meninggalkan kami sama halnya ayah
ku. Aku takut dengan pikiran ku itu, bagaimana apabila itu benar- benar
terjadi, sungguh aku tak bisa membanyangkannya. Akhirnya ibu sadarkan diri, ia
mengerjabkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan dengan bias cahaya.
“IBU… sudah sadar?” Tanya ku, bodoh
sekali diriku, jelas-jelas ibu sudah sadar.
“Hm, jam berapa sekarang Fit?”
Tanya ibu padaku.
“Jam 2 siang bu. Memang kenapa bu?
“ aku menatap heran kepada Ibu.
“Kalian sudah makan?” ibu bertanya
dengan lemah lembut dan berjalan keluar ke dapur. Ingin rasanya aku berteriak
kepada ibu ku ‘Ibu tak perlu cemas, ibu harusnya pikirkan dirimu saja’.
Sempat-sempatnya ibu mengkhawatirkan kami, padahal dirinya sedang sakit. Sejak
itu aku memutuskan untuk belajar mengurus rumah, memasak , mencuci. Sempat aku
bertengkar dengan ibu ku, aku marah besar dengan ibu dan membentaknya. Waktu
itu sehari setelah kejadian itu, aku mencoba membantu ibu dengan memasak,
tetapi ibu mengatakan “Tak perlu, ibu bisa melakukannya, ibu sudah sehat!”,
“Apanya yang sehat, wajah ibu pucat
begitu!” kata ku yang mencoba mengatur emosi ku.
“Tak apa, ibu ingin memasak untuk
kalian” kata ibu mencoba mengambil apron ditangan ku.
“Ibu masih sakit biarlah aku yang
memasak!” dada ku naik turun, terus menarik napas untuk menenangkan diriku.
“Sudahlah, kau tidak bisa memasak!”
saat ibu mengatakan itu, meledak lah emosi ku.
“KENAPA IBU NGGAK PERCAYA PADAKU,
AKU SAYANG IBU, AKU INGIN IBU SEHAT
SECEPATNYA,AKU INGIN MEMBAHAGIAKAN IBU, AKU TAK MAU IBU PERGI SEPERTI AYAH,
SIAPA LAGI YANG AKU PUNYA SELAIN IBU, AKU BISA IBU, PERCAYALAH, A..a.ku hiks,
hiks” aku membentak ibu, air mataku jatuh aku langsung pergi dari dapur dan
mengunaci diri di kamar. Aku terus menangis sampai aku mendengar sesorang
mengetuk pintu ku. Aku menghapus kasar air mata ku.
“Fit, ini ibu. Buka pintunya
sayang!” perintah ibu dari luar. Aku pun membuka pintu dengan perlahan dan
memalingkan muka ku tak ingin menatap wajah Ibu. Setelah ibu masuk, ibu menutup
pintunya, dan menghampiri ku yang duduk di tepi ranjang. Ibu mengelus rambut ku
dengan sayang.
“Maaf kan ibu yang tak percaya
padamu” kata ibu masih dengan setia mengelus rambut ku.
“
“ aku hanya diam memejamkan mata merasakan elusan halus di rambut ku.
“Ibu bertrimakasih karena kau mau
membantu ibu, ibu janji ibu tak akan meninggalkan kalian, ibu sungguh
menyayangi kalian. Ibu sungguh bersyukur memiliki kalian, ibu..i..bu.. hiks”
aku langsung memeluk ibu dan menangis bersama ibu.
“hiks..hiks ibu tak perlu khawatir,
kami bersyukur punya ibu yang kuat dan tegar. Hiks.. ka.. mi inbgin ibu selalu
sehat… ma..af kan aku bu ka..karena
telah membentak mu” aku menangis sejadi-jadinya.
“Ibu..ibu tahu, ibu sangat tahu
kalian, terima kasih” ibu mengangis dalam diam.
0 komentar:
Posting Komentar